Kelompok Pindang dan Bandeng Presto Raosna Ingin Ekspor ke Belanda
loading...
A
A
A
CIKAMPEK - Kelompok Pengolah Pemasar (Poklahsar) Pindang dan Bandeng Presto Raosna sedang berusaha menembus pasar ekspor ke Belanda. Dalam satu hari kelompok Pindang dan Bandeng Presto Raosna yang beranggotakan sekitar 1.200 orang mampu memproduksi 1 ton ikan pindang dan presto.
Ketua Kelompok Pindang dan Bandeng Presto Raosna, Muhidi (50) mengungkapkan, rencana untuk bisa menembus pasar ekspor ke Belanda, namun masih terkendala beberapa persyaratan. Salah satunya terkait soal higienis agar produk Bandeng Presto Raosna bisa mendapat izin untuk ekspor.
“Dapur pengolahan yang kami gunakan dinilai belum memadai terkait syarat higienis. Selain itu soal kemasan harus menggunakan kaleng, makanya kami berencana membeli mesinnya yang harganya cukup mahal sekitar Rp25 juta,” katanya saat acara Panen Hadiah Simpedes di Kantor BRI Cabang Cikampek, Sabtu (27/5/2023).
Muhidi bersama kelompoknya yang berlokasi di Desa Jayamukti, Kecamatan Banyusari, Kabupaten Karawang, terus berbenah agar keinginan menembus pasar ekspor bisa terwujud. Apalagi total produksi di seluruh pengolahan pindang di Desa Jayamukti, Cicinde Utara, Cicinde Selatan, dan Bayur Kidul, Kecamatan Banyusari, serta desa lain di Kecamatan Cilamaya Kulon mencapai 50 sampai 80 ton per hari.
Muhidi menuturkan, untuk membuat membuat pindang atau bandeng presto, masih diolah secara sederhana di dapur rumah. Dia mencontohkan membuat dapur sendiri di rumah berukuran 9 x 8 meter untuk membuat pindang dan bandeng presto.
“Kelompok kami sudah mempunyai gudang yang mampu menyimpan hasil produksi dengan kapasitas sekitar 20 ton. Jadi produksi kami bisa tahan lama dan memenuhi kalau ada permintaan tambahan,” ujarnya.
Untuk terus meningkatkan kualitas produksi, kelompok Pindang dan Bandeng Presto Raosna mendapatkan pelatihan dari Balai Besar Perikanan di Jakarta. Sedangkan soal permodalan, mereka mendapatkan program pinjaman dari Bank Rakyat Indonesia (BRI) berupa Kredit Usaha Rakyat (KUR) dan Dana Pari (Pasar Rakyat Indonesia).
Ketua Kelompok Pindang dan Bandeng Presto Raosna, Muhidi (50) mengungkapkan, rencana untuk bisa menembus pasar ekspor ke Belanda, namun masih terkendala beberapa persyaratan. Salah satunya terkait soal higienis agar produk Bandeng Presto Raosna bisa mendapat izin untuk ekspor.
“Dapur pengolahan yang kami gunakan dinilai belum memadai terkait syarat higienis. Selain itu soal kemasan harus menggunakan kaleng, makanya kami berencana membeli mesinnya yang harganya cukup mahal sekitar Rp25 juta,” katanya saat acara Panen Hadiah Simpedes di Kantor BRI Cabang Cikampek, Sabtu (27/5/2023).
Muhidi bersama kelompoknya yang berlokasi di Desa Jayamukti, Kecamatan Banyusari, Kabupaten Karawang, terus berbenah agar keinginan menembus pasar ekspor bisa terwujud. Apalagi total produksi di seluruh pengolahan pindang di Desa Jayamukti, Cicinde Utara, Cicinde Selatan, dan Bayur Kidul, Kecamatan Banyusari, serta desa lain di Kecamatan Cilamaya Kulon mencapai 50 sampai 80 ton per hari.
Muhidi menuturkan, untuk membuat membuat pindang atau bandeng presto, masih diolah secara sederhana di dapur rumah. Dia mencontohkan membuat dapur sendiri di rumah berukuran 9 x 8 meter untuk membuat pindang dan bandeng presto.
“Kelompok kami sudah mempunyai gudang yang mampu menyimpan hasil produksi dengan kapasitas sekitar 20 ton. Jadi produksi kami bisa tahan lama dan memenuhi kalau ada permintaan tambahan,” ujarnya.
Untuk terus meningkatkan kualitas produksi, kelompok Pindang dan Bandeng Presto Raosna mendapatkan pelatihan dari Balai Besar Perikanan di Jakarta. Sedangkan soal permodalan, mereka mendapatkan program pinjaman dari Bank Rakyat Indonesia (BRI) berupa Kredit Usaha Rakyat (KUR) dan Dana Pari (Pasar Rakyat Indonesia).