New Normal 100: Digital Life & Privacy Trends
loading...
A
A
A
JAKARTA - Yuswohady
Managing Partner Inventure
NEW NORMAL sudah di depan mata. Kita sudah “keluar dari gua” dan menjalani hidup yang berbeda sama sekali dengan yang kita jalani sebelum pandemi mewabah.
Berikut ini adalah 100 prediksi kami tentang situasi di kenormalan baru di mana akan muncul perilaku baru, kebiasaan baru, gaya hidup baru, budaya baru, atau pola pikir baru. Welcome to whole new life: Life after Covid-19. Untuk kali ini, kami membahas secara khusus prediksi mengenai Digital Life & Privacy.
#27 Welcome to The Virtual Century: Working, Learning, Playing
Covid-19 menciptakan era baru yang begitu besar dampaknya bagi umat manusia yaitu: “The Virtual Century”. Sebuah abad baru di mana semua orang bekerja (work), belajar (learn), dan bermain/menikmati hiburan (play) dengan menggunakan perangkat digital dan online platform. Rupanya pandemi mempercepat proses migrasi digital dan menciptakan “the renaissance of digital adoption”. Welcome the virtual society. (Baca: Jenderal Polisi Membantu Kaburnya Djoko Tjandra Berujung Pidana)
Akibatnya, di new normal , gedung-gedung kantor, mal dan tempat perbelanjaan, sekolah, stadion olahraga, bioskop, tempat pertunjukan akan semakin sepi karena semuanya tergantikan oleh platform digital. So, welcome to the virtual century.
#28 Digital Banking Gets The Momentum
Covid -19 membuka gap baru lebih besar di dunia perbankan di mana perusahaan harus mampu menghadirkan layanan end-to-end solution mereka dalam satu aplikasi dan fitur yang berbasis digital. Maka inilah momentum yang tepat untuk perusahaan bank menyalip di tikungan dengan “digital banking”.
Alhasil, kantor cabang nantinya tak lagi menjadi point of diferentiation bagi bank karena digerus oleh digital banking. Ke depannya, kantor cabang tak lagi untuk melayani mass konsumer, tapi beralih fungsi untuk memberikan high-value services ke high-worth consumers. (Baca juga: Kemegahan Hagia Sophia Kembali Terpancar dengan Salat Jumat Pertama)
#29 Pandemic: Catalyst for Telemedicine
Di saat pandemi semua orang menjadikan telemedicine sebagai solusi untuk layanan dokter dan kesehatan, karena rumah sakit sangat rawan terhadap penyebaran virus corona. Pandemi telah menjadi catalyst adopsi platform telemedicine di kala semua orang stuck di rumah, namun masih butuh solusi dan bantuan medis.
Akibatnya, Covid-19 memaksa konsumen untuk mencoba dan bereksperimen menggunakan layanan telemedicine. Ketika mereka mendapatkan user experience yang baik (convenient, cost/time eficient, friendly customer service), telemedicine akan diterima luas dengan pasar yang amat besar. Telemedicine akan menjadi cara baru berobat dan membeli obat.
#31. Toward Cashless Society
Covid-19 membuat perilaku konsumen semakin berubah, contactless saat ini menjadi fitur dan layanan yang wajib disediakan oleh pelaku bisnis ketika melayani konsumen. Salah satunya ialah dengan mengurangi penggunaan uang fisik dan mulai beralih kepada cashless payment.
Dampaknya, cashless society menjadi tren baru di tengah kekhawatiran konsumen menggunakan uang fisik. Di sisi penyedia layanan, fitur digital payment semakin canggih dan beraneka ragam sehingga menjadi solusi bagi problem pembayaran apa pun secara praktis dan efisien. (Baca juga: Mohon Tidak Panik! Kondisi Pasar Keungan Mulai Membaik)
#34 Cybersecurity Threats
Risiko kejahatan cyberscurity di saat Covid-19 kian meningkat di kala semua orang bekerja, belajar, berbelanja, berobat, atau menikmati hiburan secara daring menggunakan platform digital.
Aplikasi Zoom yang beberapa bulan lalu mengalami kasus pembobolan data pengguna di mana data pengguna bocor ke pihak luar dan access code dari aplikasi Zoom diperjualbelikan di situs daring. (Lihat videonya: Usai Memesan Minuman, Seorang Pengunjung Warkop Tiba-tiba Meninggal)
Tentunya, hal ini menjadi penting di kala semua aktivitas ditunjang oleh aplikasi dan sistem berbasis daring, maka ancaman cyber security harus diminimalisasi dengan berbagai persiapan sistem dan program yang dimiliki oleh perusahaan.
Managing Partner Inventure
NEW NORMAL sudah di depan mata. Kita sudah “keluar dari gua” dan menjalani hidup yang berbeda sama sekali dengan yang kita jalani sebelum pandemi mewabah.
Berikut ini adalah 100 prediksi kami tentang situasi di kenormalan baru di mana akan muncul perilaku baru, kebiasaan baru, gaya hidup baru, budaya baru, atau pola pikir baru. Welcome to whole new life: Life after Covid-19. Untuk kali ini, kami membahas secara khusus prediksi mengenai Digital Life & Privacy.
#27 Welcome to The Virtual Century: Working, Learning, Playing
Covid-19 menciptakan era baru yang begitu besar dampaknya bagi umat manusia yaitu: “The Virtual Century”. Sebuah abad baru di mana semua orang bekerja (work), belajar (learn), dan bermain/menikmati hiburan (play) dengan menggunakan perangkat digital dan online platform. Rupanya pandemi mempercepat proses migrasi digital dan menciptakan “the renaissance of digital adoption”. Welcome the virtual society. (Baca: Jenderal Polisi Membantu Kaburnya Djoko Tjandra Berujung Pidana)
Akibatnya, di new normal , gedung-gedung kantor, mal dan tempat perbelanjaan, sekolah, stadion olahraga, bioskop, tempat pertunjukan akan semakin sepi karena semuanya tergantikan oleh platform digital. So, welcome to the virtual century.
#28 Digital Banking Gets The Momentum
Covid -19 membuka gap baru lebih besar di dunia perbankan di mana perusahaan harus mampu menghadirkan layanan end-to-end solution mereka dalam satu aplikasi dan fitur yang berbasis digital. Maka inilah momentum yang tepat untuk perusahaan bank menyalip di tikungan dengan “digital banking”.
Alhasil, kantor cabang nantinya tak lagi menjadi point of diferentiation bagi bank karena digerus oleh digital banking. Ke depannya, kantor cabang tak lagi untuk melayani mass konsumer, tapi beralih fungsi untuk memberikan high-value services ke high-worth consumers. (Baca juga: Kemegahan Hagia Sophia Kembali Terpancar dengan Salat Jumat Pertama)
#29 Pandemic: Catalyst for Telemedicine
Di saat pandemi semua orang menjadikan telemedicine sebagai solusi untuk layanan dokter dan kesehatan, karena rumah sakit sangat rawan terhadap penyebaran virus corona. Pandemi telah menjadi catalyst adopsi platform telemedicine di kala semua orang stuck di rumah, namun masih butuh solusi dan bantuan medis.
Akibatnya, Covid-19 memaksa konsumen untuk mencoba dan bereksperimen menggunakan layanan telemedicine. Ketika mereka mendapatkan user experience yang baik (convenient, cost/time eficient, friendly customer service), telemedicine akan diterima luas dengan pasar yang amat besar. Telemedicine akan menjadi cara baru berobat dan membeli obat.
#31. Toward Cashless Society
Covid-19 membuat perilaku konsumen semakin berubah, contactless saat ini menjadi fitur dan layanan yang wajib disediakan oleh pelaku bisnis ketika melayani konsumen. Salah satunya ialah dengan mengurangi penggunaan uang fisik dan mulai beralih kepada cashless payment.
Dampaknya, cashless society menjadi tren baru di tengah kekhawatiran konsumen menggunakan uang fisik. Di sisi penyedia layanan, fitur digital payment semakin canggih dan beraneka ragam sehingga menjadi solusi bagi problem pembayaran apa pun secara praktis dan efisien. (Baca juga: Mohon Tidak Panik! Kondisi Pasar Keungan Mulai Membaik)
#34 Cybersecurity Threats
Risiko kejahatan cyberscurity di saat Covid-19 kian meningkat di kala semua orang bekerja, belajar, berbelanja, berobat, atau menikmati hiburan secara daring menggunakan platform digital.
Aplikasi Zoom yang beberapa bulan lalu mengalami kasus pembobolan data pengguna di mana data pengguna bocor ke pihak luar dan access code dari aplikasi Zoom diperjualbelikan di situs daring. (Lihat videonya: Usai Memesan Minuman, Seorang Pengunjung Warkop Tiba-tiba Meninggal)
Tentunya, hal ini menjadi penting di kala semua aktivitas ditunjang oleh aplikasi dan sistem berbasis daring, maka ancaman cyber security harus diminimalisasi dengan berbagai persiapan sistem dan program yang dimiliki oleh perusahaan.
(ysw)