Transformasi Bisnis Telat Bikin Kinerja BUMN Karya Jeblok
loading...
A
A
A
JAKARTA - Kementerian BUMN mengakui perusahaan pelat merah di sektor infrastruktur lambat dalam melakukan transformasi bisnis. Imbasnya, kinerja operasional dan keuangan perusahaan masih terkontraksi.
Wakil Menteri BUMN II, Kartika Wirjoatmodjo mengungkapkan, tidak terjadi perubahan yang signifikan di internal BUMN Karya. Hal ini lantaran transformasinya jauh tertinggal dengan perusahaan negara di sektor lainnya.
"BUMN Karya ini yang termasuk terlambat transformasi dan terlambatnya itu jauh," ujar Tiko, sapaan akrab Kartika Wirjoatmodjo, dikutip Selasa (20/6/2023).
Tak hanya rugi, BUMN Karya juga membukukan utang atau liabilitas ratusan triliun rupiah. Jumlah tersebut merupakan akumulasi dari utang empat perusahaan yang tercatat hingga Maret 2023.
Empat BUMN Karya terdiri dari PT Waskita Karya (Persero) Tbk (WSKT), PT Wijaya Karya (Persero) Tbk, (WIKA), PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk, (PTPP), dan PT Adhi Karya (Persero) Tbk, (ADHI).
Utang jumbo BUMN konstruksi tersebut disebabkan adanya kebutuhan modal kerja akibat banyak proyek infrastruktur baru yang harus didanai perusahaan.
Kementerian BUMN, sambung Tiko, menyadari bahwa struktur keuangan BUMN di sektor konstruksi bermasalah. Hal itu diperkuat oleh dugaan rekayasa laporan keuangan yang dilakukan Waskita Karya dan Wijaya Karya. "Ini membuat kita baru sadar bahwa memang dari sisi sektor industri ini bermasalah,” tuturnya.
Persoalan yang membelenggu BUMN Karya lainnya adalah persaingan usaha tidak sehat. Di mana, perusahaan cenderung saling sikut ihwal harga untuk memperoleh kontrak baru atau proyek.
”Margin di industri kontraktor ini sangat tipis yang membuat memang pelaporan keuangan antara cash flow dan pendapatan laba ini sering terjadi diskoneksi," pungkasnya.
Wakil Menteri BUMN II, Kartika Wirjoatmodjo mengungkapkan, tidak terjadi perubahan yang signifikan di internal BUMN Karya. Hal ini lantaran transformasinya jauh tertinggal dengan perusahaan negara di sektor lainnya.
"BUMN Karya ini yang termasuk terlambat transformasi dan terlambatnya itu jauh," ujar Tiko, sapaan akrab Kartika Wirjoatmodjo, dikutip Selasa (20/6/2023).
Tak hanya rugi, BUMN Karya juga membukukan utang atau liabilitas ratusan triliun rupiah. Jumlah tersebut merupakan akumulasi dari utang empat perusahaan yang tercatat hingga Maret 2023.
Empat BUMN Karya terdiri dari PT Waskita Karya (Persero) Tbk (WSKT), PT Wijaya Karya (Persero) Tbk, (WIKA), PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk, (PTPP), dan PT Adhi Karya (Persero) Tbk, (ADHI).
Utang jumbo BUMN konstruksi tersebut disebabkan adanya kebutuhan modal kerja akibat banyak proyek infrastruktur baru yang harus didanai perusahaan.
Kementerian BUMN, sambung Tiko, menyadari bahwa struktur keuangan BUMN di sektor konstruksi bermasalah. Hal itu diperkuat oleh dugaan rekayasa laporan keuangan yang dilakukan Waskita Karya dan Wijaya Karya. "Ini membuat kita baru sadar bahwa memang dari sisi sektor industri ini bermasalah,” tuturnya.
Persoalan yang membelenggu BUMN Karya lainnya adalah persaingan usaha tidak sehat. Di mana, perusahaan cenderung saling sikut ihwal harga untuk memperoleh kontrak baru atau proyek.
”Margin di industri kontraktor ini sangat tipis yang membuat memang pelaporan keuangan antara cash flow dan pendapatan laba ini sering terjadi diskoneksi," pungkasnya.
(ind)