New Normal 100: Leisure & Traveling Trends
loading...
A
A
A
Yuswohadi
Managing Pratner Inventure
Untuk kali ini kami membahas secara khusus prediksi mengenai Leisure & Traveling di situasi kenormalan baru (new normal) dimana akan muncul perilaku baru, kebiasaan baru, gaya hidup baru, budaya baru atau pola pikir baru.
#68 Touchless Travel
Penerapan protokol kesehatan yang ketat dan physical distancing di masa new normal akan mengubah wajah pariwisata beberapa waktu kedepan. Wisatawan akan sebisa mungkin membatasi kontak fisik dan jarak selama melakukan perjalanan demi mengurangi risiko terkena Covid-19 selama melakukan liburan.
Seiring dengan semakin masifnya social distancing maka layanan digital yang memungkinkan contactless atau tauchless akan dipilih. Maka dari itu, beberapa hotel dan bandara sudah menyediakan konter chek-in tanpa kontak dan outlet ritel telah menawarkan pembayaran secara cashless; pandemi ini akhirnya mempercepat akselerasi digital pada konsumen. (Baca: New Normal 100: Digital Life & Privacy Trends)
#70 Hygiene is the New Green
Sepuluh tahun terakhir istilah “green” seakan menjadi mantra yang sakti untuk komunitas pemasaran. Hal ini terjadi seiring bertumbuhnya konsumen yang semakin sadar akan kelestarian lingkungan dan keberlanjutan.
Pun di industri pariwisata, tren tersebut juga naik dengan semakin sadarnya wisatawan akan kelestarian dan keberlanjutan di destinasi wisata. Namun, dengan adanya wabah Covid-19 , tren “green” tersebut bertambah dengan unsur higienitas yang menjadi prioritas wisatawan saat ini.
Maka, di era new normal setelah pandemi Covid-19, “hygiene” akan menjadi “the new green”.
Wisatawan akan lebih peka terhadap kebersihan. Mereka akan menuntut penerapan protokol kesehatan seperti disinfektan, ketersediaan produk sanitasi, dan penggunaan masker wajah serta sarung tangan oleh frontliner.
#73 The Boomof Staycation
Liburan pasca-Covid-19 akan sangat berbeda dengan sebelum wabah. Orang akan lebih memilih liburan yang tidak banyak bersentuhan dengan orang lain. Maka,staycation atau berlibur di dalam lingkungan hotel akan menjadi pilihan terbaik dan menjadi kenormalan baru. (Baca juga: Tukang Jagal Tewas di Atas Domba yang Akan Disembelihnya)
Gaya liburan ini disukai karena konsumen atau wisatawan tidak perlu bepergian jauh. Cukup tempat yang nyaman seperti hotel atau sewa apartemen yang dekat rumah mereka, namun memiliki segala fasilitas mumpuni. Selain itu, staycation akan digemari karena membutuhkan biaya yang lebih murah dari pada liburan ke luar negeri atau keluar pulau yang masih berisiko bisa tertular.
#74 Micro Tourism is The Mainstream
Pendukung microtourism mungkin benar selama ini. Selama beberapa dekade, mereka telah memperingatkan kita bagaimana mass tourism telah merusak lingkungan dan mengomersialkan budaya lokal.
Karena pandemi, seiring self-social distancing akan menjadi new normal, wisatawan mungkin masih akan menghindari traveling secara grup atau rame-rame. Microtourism bahkan solo traveling akan menjadi pilihan, khususnya di generasi milenial, setidaknya sampai Covid-19 benar-benar hilang nanti.
Terlebih lagi, dengan solo traveling bisa membantu mengenal lebih dalam tentang diri sendiri dan bakat terpendam yang dimiliki. Selain itu traveler juga bisa mendapatkan perasaan puas setelah mendapatkan waktu me-time dengan solo traveling. (Lihat videonya: Puluhan Orang Terjaring razia Masker di Jakarta Pusat)
#75 The Growth of Local Tourism: Tourist Will Rediscover Their Own Backyard
Dalam jangka dekat setelah PSBB dilonggarkan, wisatawan masih belum bepergian jauh keluar negeri. Pertimbangannya, di samping harga tiket mahal, bepergian ke luar negeri juga sangat ribet karena adanya ketentuan protokol Covid-19 . Di samping itu, bepergian keluar negeri juga mengandung risiko nyawa di tengah wabah yang masih menyebar. Pilihannya tak lain adalah wisata dalam negeri dengan jarak yang lebih dekat dan waktu yang lebih pendek.
Managing Pratner Inventure
Untuk kali ini kami membahas secara khusus prediksi mengenai Leisure & Traveling di situasi kenormalan baru (new normal) dimana akan muncul perilaku baru, kebiasaan baru, gaya hidup baru, budaya baru atau pola pikir baru.
#68 Touchless Travel
Penerapan protokol kesehatan yang ketat dan physical distancing di masa new normal akan mengubah wajah pariwisata beberapa waktu kedepan. Wisatawan akan sebisa mungkin membatasi kontak fisik dan jarak selama melakukan perjalanan demi mengurangi risiko terkena Covid-19 selama melakukan liburan.
Seiring dengan semakin masifnya social distancing maka layanan digital yang memungkinkan contactless atau tauchless akan dipilih. Maka dari itu, beberapa hotel dan bandara sudah menyediakan konter chek-in tanpa kontak dan outlet ritel telah menawarkan pembayaran secara cashless; pandemi ini akhirnya mempercepat akselerasi digital pada konsumen. (Baca: New Normal 100: Digital Life & Privacy Trends)
#70 Hygiene is the New Green
Sepuluh tahun terakhir istilah “green” seakan menjadi mantra yang sakti untuk komunitas pemasaran. Hal ini terjadi seiring bertumbuhnya konsumen yang semakin sadar akan kelestarian lingkungan dan keberlanjutan.
Pun di industri pariwisata, tren tersebut juga naik dengan semakin sadarnya wisatawan akan kelestarian dan keberlanjutan di destinasi wisata. Namun, dengan adanya wabah Covid-19 , tren “green” tersebut bertambah dengan unsur higienitas yang menjadi prioritas wisatawan saat ini.
Maka, di era new normal setelah pandemi Covid-19, “hygiene” akan menjadi “the new green”.
Wisatawan akan lebih peka terhadap kebersihan. Mereka akan menuntut penerapan protokol kesehatan seperti disinfektan, ketersediaan produk sanitasi, dan penggunaan masker wajah serta sarung tangan oleh frontliner.
#73 The Boomof Staycation
Liburan pasca-Covid-19 akan sangat berbeda dengan sebelum wabah. Orang akan lebih memilih liburan yang tidak banyak bersentuhan dengan orang lain. Maka,staycation atau berlibur di dalam lingkungan hotel akan menjadi pilihan terbaik dan menjadi kenormalan baru. (Baca juga: Tukang Jagal Tewas di Atas Domba yang Akan Disembelihnya)
Gaya liburan ini disukai karena konsumen atau wisatawan tidak perlu bepergian jauh. Cukup tempat yang nyaman seperti hotel atau sewa apartemen yang dekat rumah mereka, namun memiliki segala fasilitas mumpuni. Selain itu, staycation akan digemari karena membutuhkan biaya yang lebih murah dari pada liburan ke luar negeri atau keluar pulau yang masih berisiko bisa tertular.
#74 Micro Tourism is The Mainstream
Pendukung microtourism mungkin benar selama ini. Selama beberapa dekade, mereka telah memperingatkan kita bagaimana mass tourism telah merusak lingkungan dan mengomersialkan budaya lokal.
Karena pandemi, seiring self-social distancing akan menjadi new normal, wisatawan mungkin masih akan menghindari traveling secara grup atau rame-rame. Microtourism bahkan solo traveling akan menjadi pilihan, khususnya di generasi milenial, setidaknya sampai Covid-19 benar-benar hilang nanti.
Terlebih lagi, dengan solo traveling bisa membantu mengenal lebih dalam tentang diri sendiri dan bakat terpendam yang dimiliki. Selain itu traveler juga bisa mendapatkan perasaan puas setelah mendapatkan waktu me-time dengan solo traveling. (Lihat videonya: Puluhan Orang Terjaring razia Masker di Jakarta Pusat)
#75 The Growth of Local Tourism: Tourist Will Rediscover Their Own Backyard
Dalam jangka dekat setelah PSBB dilonggarkan, wisatawan masih belum bepergian jauh keluar negeri. Pertimbangannya, di samping harga tiket mahal, bepergian ke luar negeri juga sangat ribet karena adanya ketentuan protokol Covid-19 . Di samping itu, bepergian keluar negeri juga mengandung risiko nyawa di tengah wabah yang masih menyebar. Pilihannya tak lain adalah wisata dalam negeri dengan jarak yang lebih dekat dan waktu yang lebih pendek.
(ysw)