Operasi Badai Al-Aqsa Mengguncang Pasar Minyak Mentah, Harga Brent Melonjak 2% Lebih
loading...
A
A
A
Ketidakpastian tentang bagaimana serangan Hamas ke Israel dapat berkembang dalam beberapa hari mendatang juga dapat mendorong investasi ke obligasi Treasury AS dan dolar, yang secara tradisional dibeli investor pada saat krisis, kata James Cheo dari bank HSBC.
Pada hari Senin, bank sentral Israel mengatakan, akan menjual hingga USD30 miliar mata uang asing dalam upaya untuk menenangkan pasar dan mendukung mata uang negara itu sendiri, shekel yang telah turun tajam.
"Pada tahap ini, ada sedikit kegugupan. (Investor) ingin lebih banyak kejelasan, terutama pada data ekonomi dan perkembangan yang terkait dengan ketidakpastian geopolitik," tambah Cheo.
Setelah invasi Rusia ke Ukraina pada Februari 2022, harga minyak sempat melonjak hingga mencapai lebih dari USD120 per barel pada Juni tahun lalu.
Namun harga minyak jatuh kembali di atas USD70 per barel pada Mei tahun ini, tetapi terus meningkat sejak saat itu karena produsen telah mencoba membatasi produksi untuk mendukung pasar.
Arab Saudi, selaku produsen minyak utama, mengatakan akan melakukan pemotongan satu juta barel per hari pada Juli 2023, lalu. Anggota OPEC + lainnya, sekelompok negara penghasil minyak, juga sepakat untuk melanjutkan pengurangan produksi dalam upaya untuk menopang harga yang lesu.
OPEC+ tercatat menyumbang sekitar 40% dari minyak mentah dunia dan keputusannya dapat berdampak besar pada harga minyak.
Pada hari Senin, bank sentral Israel mengatakan, akan menjual hingga USD30 miliar mata uang asing dalam upaya untuk menenangkan pasar dan mendukung mata uang negara itu sendiri, shekel yang telah turun tajam.
"Pada tahap ini, ada sedikit kegugupan. (Investor) ingin lebih banyak kejelasan, terutama pada data ekonomi dan perkembangan yang terkait dengan ketidakpastian geopolitik," tambah Cheo.
Setelah invasi Rusia ke Ukraina pada Februari 2022, harga minyak sempat melonjak hingga mencapai lebih dari USD120 per barel pada Juni tahun lalu.
Namun harga minyak jatuh kembali di atas USD70 per barel pada Mei tahun ini, tetapi terus meningkat sejak saat itu karena produsen telah mencoba membatasi produksi untuk mendukung pasar.
Arab Saudi, selaku produsen minyak utama, mengatakan akan melakukan pemotongan satu juta barel per hari pada Juli 2023, lalu. Anggota OPEC + lainnya, sekelompok negara penghasil minyak, juga sepakat untuk melanjutkan pengurangan produksi dalam upaya untuk menopang harga yang lesu.
OPEC+ tercatat menyumbang sekitar 40% dari minyak mentah dunia dan keputusannya dapat berdampak besar pada harga minyak.
(akr)