Impor Turun Tajam, Cermin Ekonomi Indonesia Tidak Sehat
loading...
A
A
A
JAKARTA - Ekonomi Indonesia dinilai sedang tidak sehat di tengah penurunan impor yang cukup tajam meskipun perdagangan surplus USD3,4 miliar.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) impor tercatat sebesar USD17,34 miliar atau turun 8,15% (mtm) melemah 12,45% (yoy) dan ekspor tercatat USD 20,76 miliar atau turun 5,63% (mtm) dan melemah 16,17% (yoy).
"Surplus September lalu bukan disebabkan ekspor kita mengalami peningkatan. Surplus melebar dibandingkan bulan lalu juga karena impor yang menurun lebih tajam," ujar Direktur Eksekutif CORE Indonesia Mohammad Faisal, Selasa (17/10/2023).
Dia mengatakan, impor yang menurun tajam hingga 8,15% bukan indikasi yang baik sebetulnya karena penurunan impor terjadi pada seluruh golongan barang, termasuk barang-barang konsumtif, bahan baku dan penolong juga secara bulanan turun hampir 5%, dan barang modal menurun.
"Ini tidak sehat dilihat dari pergerakan ekspor maupun impor. Khusus untuk impor, ini terus terang berada di luar prediksi. Kami memprediksi penurunan tapi tidak setajam ini," ujar Faisal.
Dia menilai penurunan impor yang tajam indikasi bahwa Indonesia mengalami perlambatan ekonomi. "Kita sudah mulai lebih merasakan dampak perlambatan ekonomi global terhadap permintaan di dalam negeri sehingga mengurangi pembelian bahan baku, bahan penolong dan barang modal," kata dia.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) impor tercatat sebesar USD17,34 miliar atau turun 8,15% (mtm) melemah 12,45% (yoy) dan ekspor tercatat USD 20,76 miliar atau turun 5,63% (mtm) dan melemah 16,17% (yoy).
"Surplus September lalu bukan disebabkan ekspor kita mengalami peningkatan. Surplus melebar dibandingkan bulan lalu juga karena impor yang menurun lebih tajam," ujar Direktur Eksekutif CORE Indonesia Mohammad Faisal, Selasa (17/10/2023).
Dia mengatakan, impor yang menurun tajam hingga 8,15% bukan indikasi yang baik sebetulnya karena penurunan impor terjadi pada seluruh golongan barang, termasuk barang-barang konsumtif, bahan baku dan penolong juga secara bulanan turun hampir 5%, dan barang modal menurun.
"Ini tidak sehat dilihat dari pergerakan ekspor maupun impor. Khusus untuk impor, ini terus terang berada di luar prediksi. Kami memprediksi penurunan tapi tidak setajam ini," ujar Faisal.
Dia menilai penurunan impor yang tajam indikasi bahwa Indonesia mengalami perlambatan ekonomi. "Kita sudah mulai lebih merasakan dampak perlambatan ekonomi global terhadap permintaan di dalam negeri sehingga mengurangi pembelian bahan baku, bahan penolong dan barang modal," kata dia.
(nng)