Peringkat Utang Israel Terancam Diturunkan Usai Perang di Gaza Makin Brutal
loading...
A
A
A
JAKARTA - Lembaga pemeringkat internasional Moody's menempatkan, peringkat kredit A1 Israel pada tinjauan dengan kemungkinan penurunan peringkat. Pernyataan ini dirilis dalam situs resmi Moody's Investors Service.
Potensi eskalasi konflik lebih lanjut antara Pasukan Pertahanan Israel (IDF) dan kelompok militan Palestina Hamas dikutip sebagai penyebab peninjauan peringkat tersebut.
"Profil kredit Israel telah terbukti tahan terhadap serangan teroris dan konflik militer di masa lalu. Namun, tingkat konflik militer saat ini meningkatkan kemungkinan dampak kredit yang lebih tahan lama dan material," kata Moody's.
Badan pemeringkat internasional itu mengatakan, akan memfokuskan tinjauannya pada penilaian bagaimana durasi dan skala konflik berdampak pada ekonomi, lembaga, dan keuangan publik Israel. Ia mencatat, bahwa inspeksi mungkin memakan waktu lebih lama daripada periode tiga bulan yang biasa dilakukan Moody.
"Sementara itu konflik yang berumur pendek masih bisa memiliki dampak kredit, semakin lama dan semakin parah konflik militer, semakin besar dampaknya terhadap efektivitas kebijakan, keuangan publik, dan ekonomi," ungkap Moody's.
Sebelumnya pada awal pekan ini, lembaga pemeringkat lain, Fitch, menempatkan skor kredit negara A + Israel pada 'rating watch negative,' yang juga terkait dengan krisis di Gaza . Hal itu menjadi peringatan, bahwa eskalasi yang signifikan dan perluasan konflik ke negara-negara lain di Timur Tengah dapat secara signifikan memperburuk metrik kredit Israel.
Lembaga pemeringkat internasional tidak pernah menurunkan peringkat Israel sejauh ini. Penurunan peringkat dapat menghambat kemampuan negara untuk meminjam ke luar negeri, yang pada gilirannya akan berdampak pada rencana pertumbuhan Israel di masa depan.
Seperti diketahui, konflik Gaza kembali memanas bulan ini setelah kelompok militan Palestina Hamas melancarkan serangan mendadak ke Israel selatan. Dimana Israel menanggapi dengan mengintensifkan blokade Gaza dan melakukan pemboman.
Eskalasi telah menyebabkan lonjakan harga minyak global karena kekhawatiran atas potensi gangguan pasokan di wilayah Timur Tengah. Menurut proyeksi Bloomberg Economics, harga minyak dapat melonjak menjadi USD150 per barel jika konflik menyebar ke Timur Tengah yang lebih luas, sementara ekonomi global akan jatuh ke dalam resesi.
Potensi eskalasi konflik lebih lanjut antara Pasukan Pertahanan Israel (IDF) dan kelompok militan Palestina Hamas dikutip sebagai penyebab peninjauan peringkat tersebut.
"Profil kredit Israel telah terbukti tahan terhadap serangan teroris dan konflik militer di masa lalu. Namun, tingkat konflik militer saat ini meningkatkan kemungkinan dampak kredit yang lebih tahan lama dan material," kata Moody's.
Badan pemeringkat internasional itu mengatakan, akan memfokuskan tinjauannya pada penilaian bagaimana durasi dan skala konflik berdampak pada ekonomi, lembaga, dan keuangan publik Israel. Ia mencatat, bahwa inspeksi mungkin memakan waktu lebih lama daripada periode tiga bulan yang biasa dilakukan Moody.
"Sementara itu konflik yang berumur pendek masih bisa memiliki dampak kredit, semakin lama dan semakin parah konflik militer, semakin besar dampaknya terhadap efektivitas kebijakan, keuangan publik, dan ekonomi," ungkap Moody's.
Sebelumnya pada awal pekan ini, lembaga pemeringkat lain, Fitch, menempatkan skor kredit negara A + Israel pada 'rating watch negative,' yang juga terkait dengan krisis di Gaza . Hal itu menjadi peringatan, bahwa eskalasi yang signifikan dan perluasan konflik ke negara-negara lain di Timur Tengah dapat secara signifikan memperburuk metrik kredit Israel.
Lembaga pemeringkat internasional tidak pernah menurunkan peringkat Israel sejauh ini. Penurunan peringkat dapat menghambat kemampuan negara untuk meminjam ke luar negeri, yang pada gilirannya akan berdampak pada rencana pertumbuhan Israel di masa depan.
Seperti diketahui, konflik Gaza kembali memanas bulan ini setelah kelompok militan Palestina Hamas melancarkan serangan mendadak ke Israel selatan. Dimana Israel menanggapi dengan mengintensifkan blokade Gaza dan melakukan pemboman.
Eskalasi telah menyebabkan lonjakan harga minyak global karena kekhawatiran atas potensi gangguan pasokan di wilayah Timur Tengah. Menurut proyeksi Bloomberg Economics, harga minyak dapat melonjak menjadi USD150 per barel jika konflik menyebar ke Timur Tengah yang lebih luas, sementara ekonomi global akan jatuh ke dalam resesi.
(akr)