Urgensi SRBI, Amunisi Baru BI untuk Mencegah Risiko Sistemik Likuiditas Rupiah?
loading...
A
A
A
Hingga 9 kali lelang, SRBI telah mencapai outstandi Rp113 triliun dengan net beli SRBI oleh investor non residen sebesar Rp 9,81 triliun. Hal ini menunjukan Inovasi SRBI ini memberikan daya tarik tersendiri bagi investor termasuk investor asing karena bersifat traded (dapat diperdagangkan).
Saat ini SRBI menawarkan yield yang lebih menggiurkan dibandingkan dengan Surat Berharga Negara (SBN) dengan tenor yang sama. Pada tanggal 20 Oktober 2023, untuk tenor 6 bulan, SRBI menawarkan yield sebesar 6.363, lebih tinggi 0.78 poin dibandingkan dengan Obligasi Negara yang memiliki tenor yang sama, yang hanya menawarkan yield sebesar 5.847.
Untuk tenor 9 bulan, SRBI menawarkan yield sebesar 6.6443, selisih 0.28 poin dibandingkan dengan obligasi negara yang hanya memberikan yield sebesar 6.355. Bahkan, untuk tenor 12 bulan, SRBI masih unggul dengan yield sebesar 6.7069, lebih tinggi 0.50 poin dibandingkan dengan obligasi negara yang menawarkan yield sebesar 6.198.
Tak heran dengan karakteristik SRBI yang bisa diperdagangkan, tenor yang tidak panjang dan juga tingkat pengembalian yang menggiurkan. Investor sangat antusias dengan hadirnya SRBI. Tujuan BI untuk menjaga likuiditas rupiah akan tercapai dan SRBI akan menjadi amunisi yang ampuh bagi Bank Indonesia untuk semakin menarik dana asing agar tinggal lebih lama di dalam negeri.
Bank Indonesia melakukan penerbitan SRBI dengan tujuan mengendalikan inflasi, menjaga nilai tukar Rupiah stabil, dan mengundang Investor asing masuk ke Indonesia dinilai sangat tepat melihat kondisi rupiah yang tidak stabil.
Penulis juga menyarankan kepada Bank Indonesia untuk terus melakukan sosialisasi kepada agen, bank, maupun investor tentang SRBI, karena dengan masuknya Investor Asing ke Indonesia dengan membeli SRBI, tentu akan menjaga kestabilan nilai tukar rupiah yang akan berdampak pada stabilnya inflasi dan semakin menurunya pembayaran Utang Luar Negeri pemerintah Indonesia yang kebanyakan bermata uang Valuta Asing serta pengelolaan likuiditas rupiah yang semakin baik di pasar uang.
Selain itu, upaya yang dapat dilakukan pemerintah dalam mengurangi risiko pelemahan nilai mata uang rupiah yaitu dengan mengurangi sedikit demi sedikit utang negara dalam mata uang asing dengan memanfaatkan investor domestik dalam belanja negara. pergeseran utang negara dari dolar AS ke dalam rupiah akan meminimalisir dampak buruk yang terjadi ketika terjadi ketidakstabilan mata uang Rupiah sehingga dampak dari risiko sistemik akan menurun.
Penulis:
Firly Armanda, Dianita Fitriani Pogram
(Magister Manajemen Universitas Indonesia)
Dewi Hanggraeni
(Magister Manajemen Universitas Indonesia, Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis & Fakultas Komunikasi dan Diplomasi Universitas Pertamina)
Saat ini SRBI menawarkan yield yang lebih menggiurkan dibandingkan dengan Surat Berharga Negara (SBN) dengan tenor yang sama. Pada tanggal 20 Oktober 2023, untuk tenor 6 bulan, SRBI menawarkan yield sebesar 6.363, lebih tinggi 0.78 poin dibandingkan dengan Obligasi Negara yang memiliki tenor yang sama, yang hanya menawarkan yield sebesar 5.847.
Untuk tenor 9 bulan, SRBI menawarkan yield sebesar 6.6443, selisih 0.28 poin dibandingkan dengan obligasi negara yang hanya memberikan yield sebesar 6.355. Bahkan, untuk tenor 12 bulan, SRBI masih unggul dengan yield sebesar 6.7069, lebih tinggi 0.50 poin dibandingkan dengan obligasi negara yang menawarkan yield sebesar 6.198.
Tak heran dengan karakteristik SRBI yang bisa diperdagangkan, tenor yang tidak panjang dan juga tingkat pengembalian yang menggiurkan. Investor sangat antusias dengan hadirnya SRBI. Tujuan BI untuk menjaga likuiditas rupiah akan tercapai dan SRBI akan menjadi amunisi yang ampuh bagi Bank Indonesia untuk semakin menarik dana asing agar tinggal lebih lama di dalam negeri.
Bank Indonesia melakukan penerbitan SRBI dengan tujuan mengendalikan inflasi, menjaga nilai tukar Rupiah stabil, dan mengundang Investor asing masuk ke Indonesia dinilai sangat tepat melihat kondisi rupiah yang tidak stabil.
Penulis juga menyarankan kepada Bank Indonesia untuk terus melakukan sosialisasi kepada agen, bank, maupun investor tentang SRBI, karena dengan masuknya Investor Asing ke Indonesia dengan membeli SRBI, tentu akan menjaga kestabilan nilai tukar rupiah yang akan berdampak pada stabilnya inflasi dan semakin menurunya pembayaran Utang Luar Negeri pemerintah Indonesia yang kebanyakan bermata uang Valuta Asing serta pengelolaan likuiditas rupiah yang semakin baik di pasar uang.
Selain itu, upaya yang dapat dilakukan pemerintah dalam mengurangi risiko pelemahan nilai mata uang rupiah yaitu dengan mengurangi sedikit demi sedikit utang negara dalam mata uang asing dengan memanfaatkan investor domestik dalam belanja negara. pergeseran utang negara dari dolar AS ke dalam rupiah akan meminimalisir dampak buruk yang terjadi ketika terjadi ketidakstabilan mata uang Rupiah sehingga dampak dari risiko sistemik akan menurun.
Penulis:
Firly Armanda, Dianita Fitriani Pogram
(Magister Manajemen Universitas Indonesia)
Dewi Hanggraeni
(Magister Manajemen Universitas Indonesia, Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis & Fakultas Komunikasi dan Diplomasi Universitas Pertamina)
(akr)