Ini Saatnya Memiliki Rumah Pertama
loading...
A
A
A
JAKARTA - Pandemi Covid-19 menyebabkan terjadinya penundaan transaksi properti hingga 60%. Namun, tiga dari lima responden yang menunda proses transaksi itu akan melanjutkan niatnya membeli rumah dalam waktu dekat, yakni pada semester II/2020 atau pada awal 2021.
Itulah salah satu hasil riset rumah.com yang meneliti keinginan masyarakat untuk memiliki rumah pertama tapi terkendala Covid-19. Rata-rata responden berusia produktif dan tengah berada di jenjang karier menengah.
Country Manager rumah.com Marine Novita menjelaskan, penundaan itu sebetulnya bukan karena situasi ekonomi akibat Covid-19, melainkan karena faktor keamanan. "Banyak konsumen yang memutuskan menunda membeli properti karena masih takut berinteraksi langsung dengan orang lain, termasuk mendatangi lokasi dan kantor pemasaran. Ini juga disebabkan diberlakukannya PSBB oleh pemerintah,” ujar Marine. (Baca: Yuk Manfaatkan Peluang, anak Milenial Juga Bisa Bisnis Properti)
Meski begitu, selama pandemi ini sumber informasi terkait transaksi properti tidak mengalami perubahan. Properti portal media sosial digunakan oleh 79% responden, disusul portal properti (67%). Selanjutnya, pameran properti (63%) dan brosur (62%). Sementara tren virtual tour atau video properti dipilih oleh 22% responden. Tentu mayoritas yang mengakses merupakan responden berusia milenial, yaitu sebesar 51%.
Pemerintah, dalam hal ini Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), terus mendorong generasi usia produktif atau milenial untuk dapat memiliki rumah layak huni. Sekretaris Direktorat Jenderal Penyediaan Perumahan Kementerian PUPR Dadang Rukmana mengatakan, pemerintah memiliki berbagai bantuan untuk milenial, seperti pilihan tempat tinggal mulai rumah tapak, rumah susun, maupun bantuan KPR bersubsidi.
Generasi milenial juga menjadi target program 1 juta rumah yang diusung Kementerian PUPR. Tentu dengan mempertimbangkan karateristik milenial yang memiliki mobilitas tinggi, sehingga harus disesuaikan dengan tempat tinggal yang dekat dengan moda transportasi. Tidak mengherankan jika ada sinergi antara Kementerian PUPR dan BUMN dalam mewujudkan transit oriented development (TOD) yang membuat generasi muda memiliki pilihan tempat tinggal yang layak. Keberadaan TOD yang dekat dengan moda transportasi seperti KRL akan semakin mempermudah mobilitas mereka dalam beraktivitas.
Arsitek Ferdian Khalif Ramdhani menambahkan, generasi masa kini tidak hanya memikirkan bagaimana memiliki hunian pertama mereka, tetapi juga desain. Pengaruh media sosial sangat besar dalam membentuk keinginan anak-anak muda memiliki rumah yang nyaman dan enak dipandang. Rumah impian pun sudah terbayang dalam benak mereka beserta interior dan perabot kekiniannya.
Bagi mereka yang ingin memiliki rumah pertama, membeli rumah ready stock di pengembang adalah solusi terbaik meskipun terkadang terkendala urusan desain tampak depan rumah. (Baca juga: Batu Hitam Diduga Meteor yang Timpa Rumah Warga Ditawar Rp1 Miliar)
Ferdian menjelaskan, terdapat dua perbedaan ketentuan dari developer. Pertama, biasanya ada aturan dari developer perumahan yang tidak membolehkan mengubah tampak depan rumah. Mayoritas pengembang melakukan ini. Kalaupun bisa diubah, akan dikenakan biaya cukup besar oleh pengembang.
"Jadi hal pertama yang dipertimbangkan adalah tampak depan rumah, karena mungkin tampak depan rumah adalah fix shape dari rumah kita," ujarnya.
Itulah salah satu hasil riset rumah.com yang meneliti keinginan masyarakat untuk memiliki rumah pertama tapi terkendala Covid-19. Rata-rata responden berusia produktif dan tengah berada di jenjang karier menengah.
Country Manager rumah.com Marine Novita menjelaskan, penundaan itu sebetulnya bukan karena situasi ekonomi akibat Covid-19, melainkan karena faktor keamanan. "Banyak konsumen yang memutuskan menunda membeli properti karena masih takut berinteraksi langsung dengan orang lain, termasuk mendatangi lokasi dan kantor pemasaran. Ini juga disebabkan diberlakukannya PSBB oleh pemerintah,” ujar Marine. (Baca: Yuk Manfaatkan Peluang, anak Milenial Juga Bisa Bisnis Properti)
Meski begitu, selama pandemi ini sumber informasi terkait transaksi properti tidak mengalami perubahan. Properti portal media sosial digunakan oleh 79% responden, disusul portal properti (67%). Selanjutnya, pameran properti (63%) dan brosur (62%). Sementara tren virtual tour atau video properti dipilih oleh 22% responden. Tentu mayoritas yang mengakses merupakan responden berusia milenial, yaitu sebesar 51%.
Pemerintah, dalam hal ini Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), terus mendorong generasi usia produktif atau milenial untuk dapat memiliki rumah layak huni. Sekretaris Direktorat Jenderal Penyediaan Perumahan Kementerian PUPR Dadang Rukmana mengatakan, pemerintah memiliki berbagai bantuan untuk milenial, seperti pilihan tempat tinggal mulai rumah tapak, rumah susun, maupun bantuan KPR bersubsidi.
Generasi milenial juga menjadi target program 1 juta rumah yang diusung Kementerian PUPR. Tentu dengan mempertimbangkan karateristik milenial yang memiliki mobilitas tinggi, sehingga harus disesuaikan dengan tempat tinggal yang dekat dengan moda transportasi. Tidak mengherankan jika ada sinergi antara Kementerian PUPR dan BUMN dalam mewujudkan transit oriented development (TOD) yang membuat generasi muda memiliki pilihan tempat tinggal yang layak. Keberadaan TOD yang dekat dengan moda transportasi seperti KRL akan semakin mempermudah mobilitas mereka dalam beraktivitas.
Arsitek Ferdian Khalif Ramdhani menambahkan, generasi masa kini tidak hanya memikirkan bagaimana memiliki hunian pertama mereka, tetapi juga desain. Pengaruh media sosial sangat besar dalam membentuk keinginan anak-anak muda memiliki rumah yang nyaman dan enak dipandang. Rumah impian pun sudah terbayang dalam benak mereka beserta interior dan perabot kekiniannya.
Bagi mereka yang ingin memiliki rumah pertama, membeli rumah ready stock di pengembang adalah solusi terbaik meskipun terkadang terkendala urusan desain tampak depan rumah. (Baca juga: Batu Hitam Diduga Meteor yang Timpa Rumah Warga Ditawar Rp1 Miliar)
Ferdian menjelaskan, terdapat dua perbedaan ketentuan dari developer. Pertama, biasanya ada aturan dari developer perumahan yang tidak membolehkan mengubah tampak depan rumah. Mayoritas pengembang melakukan ini. Kalaupun bisa diubah, akan dikenakan biaya cukup besar oleh pengembang.
"Jadi hal pertama yang dipertimbangkan adalah tampak depan rumah, karena mungkin tampak depan rumah adalah fix shape dari rumah kita," ujarnya.