Soroti Wacana Bangun PLTN di Indonesia, Partai Perindo: Alternatif Pemenuhan Kebutuhan Energi
loading...
A
A
A
JAKARTA - Ketua DPP Partai Perindo Bidang Hankam dan Siber, Susaningtyas Nefo Handayani Kertapati menyoroti rencana perusahaan asing yang melirik pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir ( PLTN ) di Indonesia. Perusahaan asing itu di antaranya berasal dari Amerika Serikat (AS) dan Rusia.
Hal tersebut sebelumnya disampaikan oleh Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM, Yudo Dwinanda Priaadi.
"Patut kiranya kita sambut rencana investasi pembangunan PLTN untuk memenuhi kebutuhan listrik murah untuk seluruh masyarakat Indonesia. Jadi kita jangan melihat nuklir sebagai ancaman sistem pertahanan saja," kata Nuning, begitu Susaningtyas Nefo Handayani Kertapati disapa, kepada wartawan, Rabu (25/10/2023).
Menurut Nuning, pembangunan PLTN merupakan salah satu alternatif pemenuhan kebutuhan energi yang semakin tinggi di Indonesia. Populasi penduduk Indonesia yang berkembang secara eksponensial perlu diimbangi dengan ketersediaan energi listrik yang memadai.
Namun demikian, alokasi energi listrik untuk sebagian besar penduduk dinilai Nuning masih terbatas. Beberapa wilayah terpencil hingga kini masih ada yang belum menikmati listrik.
"Belum lagi kebutuhan listrik untuk industri. Harga listrik di Indonesia juga dirasakan relatif masih lebih tinggi dibandingkan beberapa negara," ujar Nuning yang juga merupakan Bacaleg Partai Perindo DPR RI Dapil Jateng VI (Kabupaten Magelang, Kabupaten Purworejo, Kabupaten Temanggung, Kabupaten Wonosobo, dan Magelang) ini.
Oleh karenanya, diakui Nuning, pembangunan PLTN diyakini mampu menyediakan listrik dalam kapasitas besar dengan harga yang bisa jauh lebih murah.
Beberapa negara telah membuktikan bahwa kunci keberhasilan pembangunan SDM adalah tersedianya listrik murah yang merata di seluruh wilayah. Di mana saat ini, sudah banyak kajian akademik dan riset ilmiah terkait peluang pembangunan PLTN.
"Sudah saatnya masyarakat Indonesia memiliki pemahaman dan pengetahuan yang lengkap dan berimbang terkait pembangunan PLTN," jelas dia.
Selain itu, Nuning menjelaskan, sejarah Indonesia mencatat sejak 1961 telah dibangun reaktor nuklir. Sejak itu sudah banyak ahli nuklir di Indonesia.
Beberapa universitas terkemuka di Indonesia juga menyelenggarakan program studi terkait nuklir. Banyak pakar di dunia juga menilai kapasitas dan kompetensi SDM Indonesia sangat siap membangun PLTN.
Terlebih lagi, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) saat ini menjadi satu-satunya instansi pemerintah yang mengelola tiga reaktor nuklir yakni di Serpong, Bandung, dan Yogyakarta. "Para periset nuklir di BRIN juga memiliki standar internasional sesuai peraturan IAEA," pungkasnya.
Lihat Juga: Punya Potensi Lahan 1 Juta Ha per Tahun, Perkebunan Sawit Bisa Wujudkan Kemandirian Pangan
Hal tersebut sebelumnya disampaikan oleh Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM, Yudo Dwinanda Priaadi.
Baca Juga
"Patut kiranya kita sambut rencana investasi pembangunan PLTN untuk memenuhi kebutuhan listrik murah untuk seluruh masyarakat Indonesia. Jadi kita jangan melihat nuklir sebagai ancaman sistem pertahanan saja," kata Nuning, begitu Susaningtyas Nefo Handayani Kertapati disapa, kepada wartawan, Rabu (25/10/2023).
Menurut Nuning, pembangunan PLTN merupakan salah satu alternatif pemenuhan kebutuhan energi yang semakin tinggi di Indonesia. Populasi penduduk Indonesia yang berkembang secara eksponensial perlu diimbangi dengan ketersediaan energi listrik yang memadai.
Namun demikian, alokasi energi listrik untuk sebagian besar penduduk dinilai Nuning masih terbatas. Beberapa wilayah terpencil hingga kini masih ada yang belum menikmati listrik.
"Belum lagi kebutuhan listrik untuk industri. Harga listrik di Indonesia juga dirasakan relatif masih lebih tinggi dibandingkan beberapa negara," ujar Nuning yang juga merupakan Bacaleg Partai Perindo DPR RI Dapil Jateng VI (Kabupaten Magelang, Kabupaten Purworejo, Kabupaten Temanggung, Kabupaten Wonosobo, dan Magelang) ini.
Oleh karenanya, diakui Nuning, pembangunan PLTN diyakini mampu menyediakan listrik dalam kapasitas besar dengan harga yang bisa jauh lebih murah.
Beberapa negara telah membuktikan bahwa kunci keberhasilan pembangunan SDM adalah tersedianya listrik murah yang merata di seluruh wilayah. Di mana saat ini, sudah banyak kajian akademik dan riset ilmiah terkait peluang pembangunan PLTN.
"Sudah saatnya masyarakat Indonesia memiliki pemahaman dan pengetahuan yang lengkap dan berimbang terkait pembangunan PLTN," jelas dia.
Selain itu, Nuning menjelaskan, sejarah Indonesia mencatat sejak 1961 telah dibangun reaktor nuklir. Sejak itu sudah banyak ahli nuklir di Indonesia.
Beberapa universitas terkemuka di Indonesia juga menyelenggarakan program studi terkait nuklir. Banyak pakar di dunia juga menilai kapasitas dan kompetensi SDM Indonesia sangat siap membangun PLTN.
Terlebih lagi, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) saat ini menjadi satu-satunya instansi pemerintah yang mengelola tiga reaktor nuklir yakni di Serpong, Bandung, dan Yogyakarta. "Para periset nuklir di BRIN juga memiliki standar internasional sesuai peraturan IAEA," pungkasnya.
Lihat Juga: Punya Potensi Lahan 1 Juta Ha per Tahun, Perkebunan Sawit Bisa Wujudkan Kemandirian Pangan
(akr)