Menjawab Tantangan Pertambangan Berkelanjutan dari Sumatera Selatan
loading...
A
A
A
Pembibitan melalui kultur jaringan awalnya bekerjasama dengan Institut Pertanian Bogor (IPB) dan Universitas Sriwijaya (Unsri). Namun, sekarang PT BA sudah melakukannya sendiri. Menurut Ketut, dengan penerapan green mining yang terencana, PT BA berhasil menyelamatkan tanaman langka seperti anggrek, hingga bunga bangkai jenis Amorphophallus Gigas dan Armophopallus Titanum . “Sebelum menambang, kami lihat dulu tanaman apa yang bisa di selamatkan. Sehingga kami bisa menyelamatkan 80 jenis tanaman, termasuk 40 jenis Anggrek,”tegas Ketut. PT BA terus melakukan penelitian sehingga terpilih tanaman yang cocok untuk di tanam di lahan pascatambang.
Sebagai perusahaan pertambangan batu bara, PTBA merasa memiliki tanggung jawab besar terhadap kelestarian alam. Karenanya, perusahaan ini melaksanakan praktik penambangan dengan metode selective mining. Dengan metode ini, lahan yang ditambang bisa diminimalkan, karena sebelum dilakukan penambangan dilakukan studi secara matang untuk menentukan lahan yang memiliki cadangan ekonomis dan layak secara geologis.
Di kawasan Nursery Park, tanaman yang paling banyak dikembangbiakkan yakni kayu putih, kaliandra, tabebuya, lili paris, hingga ketapang mini. Sedangkan untuk pohon berukuran besar dipilih merbau, trembesi, saga, meranti, hingga gaharu. “Kami tanam di area bekas tambang untuk menyerap logam berat dan menetralkan pH air,” imbuhnya.
PTBA, juga membudidayakan tanaman yang bisa ditanam di rawa bekas tambang atau swampy forest. Sehingga pengolahan air tambang bisa dilakukan secara alami oleh tanaman. Keuntungannya, di masa depan untuk menaikkan pH air tak lagi menggunakan alat atau campuran obat. Swampy forest dikembangkan sejak 2022.
Pohon kayu putih dipilih untuk ditanam di lahan reklamasi karena selain mampu menyerap logam berat dan mengurangi emisi, juga memiliki nilai ekonomis. “Bisa dibudidayakan oleh masyarakat, kami pun memiliki pabrik minyak putih yang membantu penghasilan bagi masyarakat,” katanya.
Selain sebagai pusat penelitian dan pembibitan, Nursery Park difungsikan sebagai sarana edukasi kepada masyarakat. Selain anak sekolah mulai dari TK hingga SMA, PTBA juga melakukan edukasi kepada masyarakat melalui karang taruna dan ibu-ibu PKK. Edukasi yang diberikan mencakup kegiatan pembibitan, cara penanaman, hingga cara merawat tanaman. PT BA juga mengajarkan kepada masyarakat bagaimana cara menggunakan kompos yang baik dan bisa menghasilkan pemasukan tambahan bagi masyarakat.
Digitalisasi dan Komitmen Menurunkan Emisi
Di ruangan berukuran 5x7 meter persegi di dalam gedung dua lantai yang berdampingan dengan fasilitas perawatan kendaraan operasional tambang, Edo Kurniawan bersama lima rekannya terlihat fokus menatap layar komputer yang menampilkan grafik bergerak secara real time. Komputer Edo tersambung dengan tiga layar super besar yang berada di ruangan lebih luas di gedung Mine Control Center (MCC) itu. “Jika ada masalah di lapangan dan terdeteksi di layar ini, langsung kami laporkan,”ujar pria yang mulai bekerja di PTBA pada Agustus 2019 itu.
Ruangan yang dindingnya dihiasi kalimat motivasi “Great Things Never Came From Comfort Zone” itu digunakan untuk memantau seluruh kegiatan operasional pertambangan selama 24 jam yang dibagi dalam tiga shift. “Setiap shift ada delapan hingga 10 orang,” kata Asisten Manajer Administrasi dan Pelaporan Penambangan PTBA Muhammad Ihsan.
Sejak 2020, lanjut dia, PT BA menggenjot transformasi digital. Tak sekadar untuk menghasilkan efisiensi dan mendongkrak profit, lebih dari itu, digitalisasi yang dilakukan juga ditujukan untuk menjalankan good mining practice dalam rangka tercapainya pertambangan yang berkelanjutan. “Jadi dari ruangan ini bisa kita pantau pegerakan alat produksi. Kawasan mana saja yang ada kendala, hingga jumlah armada yang beroperasi maupun yang sedang dalam masa perawatan,” ungkap Ihsan.
MCC digunakan untuk melakukan pemantauan kegiatan operasi tambang, integrasi data, analisis data, pemetaan digital, otomatisasi, pengolahan mineral dan produksi, hingga keselamatan pekerja. PTBA telah menggunakan sistem penambangan continous mining. Sistem ini menggunakan beberapa alat tambang utama seperti bucket wheel excavator (BWE), spreader dan stacker reclaimer, juga train loading station (TLS). Dari MCC itulah pengawasan operasional penambangan dilakukan secara menyeluruh dan terpadu. “Semua dipantau dari ruangan ini, mulai dari jam operasional, kegiatan produksi, hingga pencatatan hasil produksi,”ungkap Ihsan.
Selain bisa dipantau dari layar super besar, seluruh kegiatan di area tambang bisa dipantau dari telepon seluler (ponsel). Hal ini karena PTBA telah mengembangkan aplikasi Corporate Information System and Enterprise Application (CISEA) untuk memantau aktivitas pertambangan secara real time yang bisa diakses melalui ponsel.
Super App ini mengintegrasikan beberapa sistem sekaligus. Diantaranya, Automation & SCADA System Integration, Bukit Asam Mine Dispatch Optimation System, Automatic Train Loading Station, Slope Stability Radar (SSR), Digital Telemetri, Sistem Pemantauan Air Terintegrasi (SPARING), hingga Corporate Social Responsibility (CSR).
Penggunaan Internet of Things (IoT) dapat meningkatkan produktivitas dan efisiensi kegiatan penambangan. Data produksi, real time performance unit, loss time, konsumsi BBM, monitoring posisi unit kendaraan, perkiraan kondisi jalur tambang, hingga keselamatan operasional semuanya tersedia di ponsel secara real time. “Langsung nyambung ke ponsel direksi. Sehingga semuanya bisa dipantau langsung dari Jakarta,”ungkap Ihsan.
Dengan adanya digitalisasi itu, Ikhsan mengungkapkan, produktivitas operasional PTBA melonjak 20%. Integrasi teknologi informasi yang diadopsi PTBA itu berhasil meningkatkan efisiensi, produktivitas, dan keselamatan dalam seluruh rantai kegiatan pertambangan.
PT BA juga memiliki Bukit Asam Mining System and Information (Mister BA). Mister BA merupakan program terintegrasi dari hulu hingga hilir, mulai dari proses eksplorasi hingga pelabuhan. Adopsi IoT yang terintegrasi itu diklaim menghasilkan dampak yang signifikan dalam pengurangan konsumsi energi dan bahan bakar. Outputnya, yakni penurunan emisi gas rumah kaca (GRK) sebesar 6071,31 TCO2e. Wajah Ikhsan pun tampak sumringah tatkala ditanya pencapaian target produksi PT BA tahun ini yang diproyeksikan 41 juta ton dengan dukungan digitalisasi itu. “Kami yakin (tercapai),” tegasnya.
Sebagai perusahaan pertambangan batu bara, PTBA merasa memiliki tanggung jawab besar terhadap kelestarian alam. Karenanya, perusahaan ini melaksanakan praktik penambangan dengan metode selective mining. Dengan metode ini, lahan yang ditambang bisa diminimalkan, karena sebelum dilakukan penambangan dilakukan studi secara matang untuk menentukan lahan yang memiliki cadangan ekonomis dan layak secara geologis.
Di kawasan Nursery Park, tanaman yang paling banyak dikembangbiakkan yakni kayu putih, kaliandra, tabebuya, lili paris, hingga ketapang mini. Sedangkan untuk pohon berukuran besar dipilih merbau, trembesi, saga, meranti, hingga gaharu. “Kami tanam di area bekas tambang untuk menyerap logam berat dan menetralkan pH air,” imbuhnya.
PTBA, juga membudidayakan tanaman yang bisa ditanam di rawa bekas tambang atau swampy forest. Sehingga pengolahan air tambang bisa dilakukan secara alami oleh tanaman. Keuntungannya, di masa depan untuk menaikkan pH air tak lagi menggunakan alat atau campuran obat. Swampy forest dikembangkan sejak 2022.
Pohon kayu putih dipilih untuk ditanam di lahan reklamasi karena selain mampu menyerap logam berat dan mengurangi emisi, juga memiliki nilai ekonomis. “Bisa dibudidayakan oleh masyarakat, kami pun memiliki pabrik minyak putih yang membantu penghasilan bagi masyarakat,” katanya.
Selain sebagai pusat penelitian dan pembibitan, Nursery Park difungsikan sebagai sarana edukasi kepada masyarakat. Selain anak sekolah mulai dari TK hingga SMA, PTBA juga melakukan edukasi kepada masyarakat melalui karang taruna dan ibu-ibu PKK. Edukasi yang diberikan mencakup kegiatan pembibitan, cara penanaman, hingga cara merawat tanaman. PT BA juga mengajarkan kepada masyarakat bagaimana cara menggunakan kompos yang baik dan bisa menghasilkan pemasukan tambahan bagi masyarakat.
Digitalisasi dan Komitmen Menurunkan Emisi
Di ruangan berukuran 5x7 meter persegi di dalam gedung dua lantai yang berdampingan dengan fasilitas perawatan kendaraan operasional tambang, Edo Kurniawan bersama lima rekannya terlihat fokus menatap layar komputer yang menampilkan grafik bergerak secara real time. Komputer Edo tersambung dengan tiga layar super besar yang berada di ruangan lebih luas di gedung Mine Control Center (MCC) itu. “Jika ada masalah di lapangan dan terdeteksi di layar ini, langsung kami laporkan,”ujar pria yang mulai bekerja di PTBA pada Agustus 2019 itu.
Ruangan yang dindingnya dihiasi kalimat motivasi “Great Things Never Came From Comfort Zone” itu digunakan untuk memantau seluruh kegiatan operasional pertambangan selama 24 jam yang dibagi dalam tiga shift. “Setiap shift ada delapan hingga 10 orang,” kata Asisten Manajer Administrasi dan Pelaporan Penambangan PTBA Muhammad Ihsan.
Sejak 2020, lanjut dia, PT BA menggenjot transformasi digital. Tak sekadar untuk menghasilkan efisiensi dan mendongkrak profit, lebih dari itu, digitalisasi yang dilakukan juga ditujukan untuk menjalankan good mining practice dalam rangka tercapainya pertambangan yang berkelanjutan. “Jadi dari ruangan ini bisa kita pantau pegerakan alat produksi. Kawasan mana saja yang ada kendala, hingga jumlah armada yang beroperasi maupun yang sedang dalam masa perawatan,” ungkap Ihsan.
MCC digunakan untuk melakukan pemantauan kegiatan operasi tambang, integrasi data, analisis data, pemetaan digital, otomatisasi, pengolahan mineral dan produksi, hingga keselamatan pekerja. PTBA telah menggunakan sistem penambangan continous mining. Sistem ini menggunakan beberapa alat tambang utama seperti bucket wheel excavator (BWE), spreader dan stacker reclaimer, juga train loading station (TLS). Dari MCC itulah pengawasan operasional penambangan dilakukan secara menyeluruh dan terpadu. “Semua dipantau dari ruangan ini, mulai dari jam operasional, kegiatan produksi, hingga pencatatan hasil produksi,”ungkap Ihsan.
Selain bisa dipantau dari layar super besar, seluruh kegiatan di area tambang bisa dipantau dari telepon seluler (ponsel). Hal ini karena PTBA telah mengembangkan aplikasi Corporate Information System and Enterprise Application (CISEA) untuk memantau aktivitas pertambangan secara real time yang bisa diakses melalui ponsel.
Super App ini mengintegrasikan beberapa sistem sekaligus. Diantaranya, Automation & SCADA System Integration, Bukit Asam Mine Dispatch Optimation System, Automatic Train Loading Station, Slope Stability Radar (SSR), Digital Telemetri, Sistem Pemantauan Air Terintegrasi (SPARING), hingga Corporate Social Responsibility (CSR).
Penggunaan Internet of Things (IoT) dapat meningkatkan produktivitas dan efisiensi kegiatan penambangan. Data produksi, real time performance unit, loss time, konsumsi BBM, monitoring posisi unit kendaraan, perkiraan kondisi jalur tambang, hingga keselamatan operasional semuanya tersedia di ponsel secara real time. “Langsung nyambung ke ponsel direksi. Sehingga semuanya bisa dipantau langsung dari Jakarta,”ungkap Ihsan.
Dengan adanya digitalisasi itu, Ikhsan mengungkapkan, produktivitas operasional PTBA melonjak 20%. Integrasi teknologi informasi yang diadopsi PTBA itu berhasil meningkatkan efisiensi, produktivitas, dan keselamatan dalam seluruh rantai kegiatan pertambangan.
PT BA juga memiliki Bukit Asam Mining System and Information (Mister BA). Mister BA merupakan program terintegrasi dari hulu hingga hilir, mulai dari proses eksplorasi hingga pelabuhan. Adopsi IoT yang terintegrasi itu diklaim menghasilkan dampak yang signifikan dalam pengurangan konsumsi energi dan bahan bakar. Outputnya, yakni penurunan emisi gas rumah kaca (GRK) sebesar 6071,31 TCO2e. Wajah Ikhsan pun tampak sumringah tatkala ditanya pencapaian target produksi PT BA tahun ini yang diproyeksikan 41 juta ton dengan dukungan digitalisasi itu. “Kami yakin (tercapai),” tegasnya.