Manila Kembali Lockdown, Jadi Biang Kerok Resesi Filipina
loading...
A
A
A
JAKARTA - Ekonomi Filipina resmi jatuh ke jurang resesi untuk pertama kalinya dalam 29 tahun dengan rekor kemerosotan pada kuartal II/2020 akibat diserang wabah corona. Lagi-lagi biang keroknya karena karantina wilayah negara itu sehingga mendorong Pemerintah Filipina memangkas tajam perkiraan Produk Domestik Bruto (PDB) untuk tahun 2020.
Berdasarkan data resmi PDB negara tersebut merosot 16,5% pada kuartal II/2020 setelah kuartal pertama anjlok 0,7%. Penurunan PDB Filipina ter-ambyar sejak tahun 1981. Adapun penurunan itu jauh lebih besar dari perkiraan kontraksi 9% dalam jajak pendapat Reuters yang dilakukan oleh sejumlah pakar ekonomi. Pada akhirnya, Filipina negara kedua di Asia Tenggara, setelah Singapura, yang jatuh ke dalam resesi di tengah pandemi virus corona.
Dilansir dari Reuters, Jumat (7/8) permintaan domestik dan investasi bisnis Filipina sangat terpukul. Data dari Otoritas Statistik Filipina melaporkan penurunan PDB tahunan paling tajam sejak 1985 akibat dari diberlakukannya pembatasan pergerakan (lockdown) di Manila pekan ini untuk menekan penyebaran virus corona yang semakin meningkat. "Ekonomi Filipina jatuh ke dalam resesi dengan kehancuran PDB Q2 yang menunjukkan dampak destruktif dari penguncian pada ekonomi yang bergantung pada konsumsi," kata ekonom senior ING Nicholas Antonio Mapa.
PDB yang disesuaikan secara musiman turun 15,2% pada kuartal II/2020 dari tiga bulan pertama tahun ini. Sementara pemerintah menurunkan perkiraan pertumbuhan tahun ini. Filipina adalah salah satu negara dengan pertumbuhan ekonomi tercepat di Asia sebelum pandemi, tetapi sekarang pemerintah memperkirakan PDB menyusut 5,5% tahun ini terbesar dalam 35 tahun dari perkiraan sebelumnya untuk penurunan 2,0-3,4%. Pemerintah Filipina memproyeksikan ekonomi rebound pada 2021 atau 2022.
Pemerintah telah mengalokasikan sekitar 655 miliar peso atau US13,35 miliar untuk bantuan sosial dan 59 miliar peso untuk penanganan kesehatan. Namun demikian anggaran tersebut tidak banyak membantu, bahkan pengangguran mencetak rekor tertinggi.
Berdasarkan data resmi PDB negara tersebut merosot 16,5% pada kuartal II/2020 setelah kuartal pertama anjlok 0,7%. Penurunan PDB Filipina ter-ambyar sejak tahun 1981. Adapun penurunan itu jauh lebih besar dari perkiraan kontraksi 9% dalam jajak pendapat Reuters yang dilakukan oleh sejumlah pakar ekonomi. Pada akhirnya, Filipina negara kedua di Asia Tenggara, setelah Singapura, yang jatuh ke dalam resesi di tengah pandemi virus corona.
Dilansir dari Reuters, Jumat (7/8) permintaan domestik dan investasi bisnis Filipina sangat terpukul. Data dari Otoritas Statistik Filipina melaporkan penurunan PDB tahunan paling tajam sejak 1985 akibat dari diberlakukannya pembatasan pergerakan (lockdown) di Manila pekan ini untuk menekan penyebaran virus corona yang semakin meningkat. "Ekonomi Filipina jatuh ke dalam resesi dengan kehancuran PDB Q2 yang menunjukkan dampak destruktif dari penguncian pada ekonomi yang bergantung pada konsumsi," kata ekonom senior ING Nicholas Antonio Mapa.
PDB yang disesuaikan secara musiman turun 15,2% pada kuartal II/2020 dari tiga bulan pertama tahun ini. Sementara pemerintah menurunkan perkiraan pertumbuhan tahun ini. Filipina adalah salah satu negara dengan pertumbuhan ekonomi tercepat di Asia sebelum pandemi, tetapi sekarang pemerintah memperkirakan PDB menyusut 5,5% tahun ini terbesar dalam 35 tahun dari perkiraan sebelumnya untuk penurunan 2,0-3,4%. Pemerintah Filipina memproyeksikan ekonomi rebound pada 2021 atau 2022.
Pemerintah telah mengalokasikan sekitar 655 miliar peso atau US13,35 miliar untuk bantuan sosial dan 59 miliar peso untuk penanganan kesehatan. Namun demikian anggaran tersebut tidak banyak membantu, bahkan pengangguran mencetak rekor tertinggi.
(nng)