Sri Mulyani Ungkap Kinerja Pasar Keuangan Domestik: Modal Asing Surplus Rp60 Triliun
loading...
A
A
A
JAKARTA - Menteri Keuangan Sri Mulyani menyampaikan kinerja pasar keuangan domestik cenderung sideways. Nilai tukar rupiah bahkan masih terdepresiasi 0,64% (ytd).
Menurut Sri Mulyani, mayoritas negara-negara G20 atau ASEAN nilai tukarnya secara ytd masih menunjukkan depresiasi.
"Capital flow yang masih sangat volatile tergantung oleh sentimen terhadap arah perkembangan, arah kebijakan moneter Amerika Serikat, sehingga menunjukkan adanya net foreign flow sebesar Rp60,67 triliun," ungkap Menkeu Sri Mulyani dalam Konferensi Pers APBN KITA edisi Desember 2023 di Jakarta, Jumat (15/12/2023).
Dari sisi foreign flow, lanjut Sri Mulyani untuk membeli surat berharga negara (SBN) adalah 76,33%. Artinya capital inflow untuk membeli SBN mencapai Rp76 triliun.
Sedangkan dari sisi ekuitas yaitu pembelian saham masih mengalami negatif inflow atau capital outflow sebesar Rp15,6 triliun.
"Jadi di surat berharga negara positif, di saham negatif, net capital inflownya positif Rp60,67 triliun," kata Sri Mulyani.
Menurut Sri Mulyani, karena surat berharga masih cukup atraktif dan stabil, ini yang menyebabkan yield masih tetap terjaga baik.
SBN 10 tahun untuk local currency, yieldnya berada di 6,74%. Sedangkan SBN global untuk 10 tahun, yield berada di 4,9%.
"Ini adalah suatu hal yang positif pada saat dunia dan negara maju mengadopsi kebijakan higher for longer. Yield surat berharga kita baik yang rupiah maupun yang global masih relatif stabil dan tidak terdorong ikut naik sesuai dengan surat berharga di Amerika Serikat," jelasnya.
Menurut Sri Mulyani, mayoritas negara-negara G20 atau ASEAN nilai tukarnya secara ytd masih menunjukkan depresiasi.
"Capital flow yang masih sangat volatile tergantung oleh sentimen terhadap arah perkembangan, arah kebijakan moneter Amerika Serikat, sehingga menunjukkan adanya net foreign flow sebesar Rp60,67 triliun," ungkap Menkeu Sri Mulyani dalam Konferensi Pers APBN KITA edisi Desember 2023 di Jakarta, Jumat (15/12/2023).
Dari sisi foreign flow, lanjut Sri Mulyani untuk membeli surat berharga negara (SBN) adalah 76,33%. Artinya capital inflow untuk membeli SBN mencapai Rp76 triliun.
Sedangkan dari sisi ekuitas yaitu pembelian saham masih mengalami negatif inflow atau capital outflow sebesar Rp15,6 triliun.
"Jadi di surat berharga negara positif, di saham negatif, net capital inflownya positif Rp60,67 triliun," kata Sri Mulyani.
Menurut Sri Mulyani, karena surat berharga masih cukup atraktif dan stabil, ini yang menyebabkan yield masih tetap terjaga baik.
SBN 10 tahun untuk local currency, yieldnya berada di 6,74%. Sedangkan SBN global untuk 10 tahun, yield berada di 4,9%.
"Ini adalah suatu hal yang positif pada saat dunia dan negara maju mengadopsi kebijakan higher for longer. Yield surat berharga kita baik yang rupiah maupun yang global masih relatif stabil dan tidak terdorong ikut naik sesuai dengan surat berharga di Amerika Serikat," jelasnya.
(uka)