Ekspor Minyak Sawit Terkontraksi 11%, Kecuali ke Tiga Negara Ini
loading...
A
A
A
JAKARTA - Ekspor minyak kelapa sawit pada semester I/2020 mengalami kontraksi sebesar 11% dibandingkan semester I tahun 2019. Kontraksi ini disebabkan menurunnya permintaan minyak kelapa sawit di berbagai negara tujuan ekspor akibat adanya lockdown.
Kinerja ekspor minyak sawit Indonesia ke negara tujuan utama sampai Juni 2020 hampir semuanya mengalami penurunan kecuali India naik 23%, Amerika Serikat naik 7%, dan Pakistan naik 1%.
Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Joko Supriyono mengatakan, penurunan ekspor minyak sawit telah diprediksi sebelumnya mengingat hampir 70% sawit yang diproduksi di dalam negeri diekspor. (Baca juga: Jokowi Bisa Belajar dari Era Soeharto Saat RI Hampir Bangkrut, Ekspor Melesat )
Sementara hampir semua negara tujuan ekspor mengalami kontraksi karena lockdown sejak awal tahun. "Pasar utama seperti Eropa, China mengalami penurunan. Permintaan secara global juga mengalami pelemahan yang sangat signifikan sehingga berdampak pada ekspor yang turun 11%," ujarnya pada paparan kinerja industri sawit 2020 secara virtual, Rabu (12/8/2020).
Meski ekspor sawit mengalami penurunan 11%, namun secara nilai masih mengalami pertumbuhan. Menurut dia, ada kenaikan dari ekspor oleochemical yang sangat signifikan sebesar 24,4%. (Baca juga: Hebat, Anak Bangsa Ciptakan Aquagriculture, Pertanian Berbasis Aquaculture )
Hal ini seiring meningkatnya kebutuhan sabun cuci tangan, hand sanitizer, dan disinfektan selama pandemi Covid-19. "Ekspor turun 11% tetapi secara nilai naik 6,4%, sehingga sampai Juni 2020 ketemu angka USD10 miliar," jelasnya.
Joko melanjutkan, situasi ini cukup sulit terlebih tidak diketahui sampai kapan pandemi Covid-19 ini berlangsung. Menurut dia, selama vaksin belum ada maka banyak negara yang masih melakukan pembatasan. Apalagi selama pandemi ini terjadi perubahan pola konsumsi masyarakat terhadap konsumsi pangan.
"Kinerja ekspor tahun ini akan sulit bila menyamai dengan kinerja tahun lalu. Ini bergantung seberapa cepat recovery negara-negara tujuan ekspor dan seberapa signifikan dampaknya ke demand," tuturnya. (Baca juga: MNC Land Terus Dorong Kinerja di Tengah Wabah Corona )
Meski begitu, dia meyakini ekspor sawit pada semester II/2020 akan mengalami kenaikan sehingga sampai akhir tahun tidak terkontraksi 11%. "Biasanya semester II ada kenaikan. Dugaan saya bahwa semester II akan ada kenaikan namun sampai akhir tahun kita juga tidak akan lebih baik dari tahun lalu. Mungkin akan ada koreksi," tandasnya.
Kinerja ekspor minyak sawit Indonesia ke negara tujuan utama sampai Juni 2020 hampir semuanya mengalami penurunan kecuali India naik 23%, Amerika Serikat naik 7%, dan Pakistan naik 1%.
Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Joko Supriyono mengatakan, penurunan ekspor minyak sawit telah diprediksi sebelumnya mengingat hampir 70% sawit yang diproduksi di dalam negeri diekspor. (Baca juga: Jokowi Bisa Belajar dari Era Soeharto Saat RI Hampir Bangkrut, Ekspor Melesat )
Sementara hampir semua negara tujuan ekspor mengalami kontraksi karena lockdown sejak awal tahun. "Pasar utama seperti Eropa, China mengalami penurunan. Permintaan secara global juga mengalami pelemahan yang sangat signifikan sehingga berdampak pada ekspor yang turun 11%," ujarnya pada paparan kinerja industri sawit 2020 secara virtual, Rabu (12/8/2020).
Meski ekspor sawit mengalami penurunan 11%, namun secara nilai masih mengalami pertumbuhan. Menurut dia, ada kenaikan dari ekspor oleochemical yang sangat signifikan sebesar 24,4%. (Baca juga: Hebat, Anak Bangsa Ciptakan Aquagriculture, Pertanian Berbasis Aquaculture )
Hal ini seiring meningkatnya kebutuhan sabun cuci tangan, hand sanitizer, dan disinfektan selama pandemi Covid-19. "Ekspor turun 11% tetapi secara nilai naik 6,4%, sehingga sampai Juni 2020 ketemu angka USD10 miliar," jelasnya.
Joko melanjutkan, situasi ini cukup sulit terlebih tidak diketahui sampai kapan pandemi Covid-19 ini berlangsung. Menurut dia, selama vaksin belum ada maka banyak negara yang masih melakukan pembatasan. Apalagi selama pandemi ini terjadi perubahan pola konsumsi masyarakat terhadap konsumsi pangan.
"Kinerja ekspor tahun ini akan sulit bila menyamai dengan kinerja tahun lalu. Ini bergantung seberapa cepat recovery negara-negara tujuan ekspor dan seberapa signifikan dampaknya ke demand," tuturnya. (Baca juga: MNC Land Terus Dorong Kinerja di Tengah Wabah Corona )
Meski begitu, dia meyakini ekspor sawit pada semester II/2020 akan mengalami kenaikan sehingga sampai akhir tahun tidak terkontraksi 11%. "Biasanya semester II ada kenaikan. Dugaan saya bahwa semester II akan ada kenaikan namun sampai akhir tahun kita juga tidak akan lebih baik dari tahun lalu. Mungkin akan ada koreksi," tandasnya.
(ind)