BI Disarankan Tahan Suku Bunga Acuan pada Level 6%, Berikut Dasarnya
loading...
A
A
A
Pertumbuhan PDB pada tahun 2023 lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan 5,31% (y.o.y) pada tahun 2022 karena Indonesia masih menikmati sedikit efek low-base pada tahun 2022.
Pada awal tahun 2024, Indonesia membukukan neraca perdagangan positif sebesar USD2,01 miliar pada Januari 2024, terendah dalam enam bulan terakhir dibandingkan USD3,29 miliar pada bulan sebelumnya.
Ekspor pada Januari 2024 mengalami penurunan sebesar 8,06% (y.o.y) menjadi USD20,52 miliar, kontraksi yang lebih besar dibandingkan penurunan sebesar 5,76% (y.o.y) pada bulan sebelumnya.
Penurunan ekspor disebabkan oleh melemahnya permintaan global dan turunnya harga komoditas global sehingga berdampak pada penurunan ekspor migas dan nonmigas masing-masing sebesar 6,07% (y.o.y) (atau 5,49% (m.t.m)) dan 8,20% (y.o.y) (atau 8,54%). (m.t.m)).
"Dilihat dari dinamika terkini, ketahanan perekonomian domestik dan kemungkinan penurunan suku bunga The Fed yang lebih rendah dalam waktu dekat, kami memandang BI perlu mempertahankan BI Rate pada level 6,00% pada rapat dewan gubernur BI bulan ini," ujarnya.
Hal itu karena inflasi tetap terjaga mendekati target baru sebesar 2,5% dengan tekanan inflasi terdekat kemungkinan berasal dari kenaikan pengeluaran pada beberapa libur akhir pekan panjang dan harga menjelang musim Ramadhan.
Meskipun sedikit terdepresiasi selama sebulan terakhir, Rupiah kini berada pada kisaran Rp15.650 per USD setelah pemilu. Dari sisi eksternal, The Fed memutuskan untuk mempertahankan suku bunga kebijakannya dan mengindikasikan penurunan suku bunga kemungkinan akan ditunda.
Meskipun tidak ada tekanan dari inflasi, menjaga perbedaan imbal hasil yang memadai antara obligasi Pemerintah Indonesia dan obligasi Negara AS sangat penting untuk mencegah arus keluar modal dan menjaga nilai tukar Rupiah tetap terkendali.
"Mempertahankan BI Rate mungkin merupakan sikap paling bijak dalam Rapat Dewan Gubernur mendatang," pungkasnya.
Pada awal tahun 2024, Indonesia membukukan neraca perdagangan positif sebesar USD2,01 miliar pada Januari 2024, terendah dalam enam bulan terakhir dibandingkan USD3,29 miliar pada bulan sebelumnya.
Ekspor pada Januari 2024 mengalami penurunan sebesar 8,06% (y.o.y) menjadi USD20,52 miliar, kontraksi yang lebih besar dibandingkan penurunan sebesar 5,76% (y.o.y) pada bulan sebelumnya.
Penurunan ekspor disebabkan oleh melemahnya permintaan global dan turunnya harga komoditas global sehingga berdampak pada penurunan ekspor migas dan nonmigas masing-masing sebesar 6,07% (y.o.y) (atau 5,49% (m.t.m)) dan 8,20% (y.o.y) (atau 8,54%). (m.t.m)).
"Dilihat dari dinamika terkini, ketahanan perekonomian domestik dan kemungkinan penurunan suku bunga The Fed yang lebih rendah dalam waktu dekat, kami memandang BI perlu mempertahankan BI Rate pada level 6,00% pada rapat dewan gubernur BI bulan ini," ujarnya.
Hal itu karena inflasi tetap terjaga mendekati target baru sebesar 2,5% dengan tekanan inflasi terdekat kemungkinan berasal dari kenaikan pengeluaran pada beberapa libur akhir pekan panjang dan harga menjelang musim Ramadhan.
Meskipun sedikit terdepresiasi selama sebulan terakhir, Rupiah kini berada pada kisaran Rp15.650 per USD setelah pemilu. Dari sisi eksternal, The Fed memutuskan untuk mempertahankan suku bunga kebijakannya dan mengindikasikan penurunan suku bunga kemungkinan akan ditunda.
Meskipun tidak ada tekanan dari inflasi, menjaga perbedaan imbal hasil yang memadai antara obligasi Pemerintah Indonesia dan obligasi Negara AS sangat penting untuk mencegah arus keluar modal dan menjaga nilai tukar Rupiah tetap terkendali.
"Mempertahankan BI Rate mungkin merupakan sikap paling bijak dalam Rapat Dewan Gubernur mendatang," pungkasnya.
(akr)