Zong Qinghou, Konglomerat Terkaya China Meninggal Dunia di Usia 79 Tahun
loading...
A
A
A
JAKARTA - Zong Qinghou, konglomerat terkaya di China meninggal dunia di Usia 79 tahun. Miliarder ini berhasil mengendalikan merek minuman ternama di negara itu, yakni Danone.
Pendiri Wahaha Group ini meninggal karena sakit di sebuah rumah sakit pada pukul 10.30 pagi hari Minggu (25/2). Lahir sebelum Partai Komunis berkuasa, kehidupa Zong sejajar dengan transformasi China dari negara miskin kini menjadi ekonomi terbesar kedua dunia.
Kekayaannya yang berawal dari pinjaman keluarga sebesar USD22.000 berkembang menjadi miliaran dolar seiring dengan meningkatnya konsumsi masyarakat di China. Zong, yang tidak pernah mengenyam pendidikan di sekolah menengah atas, dipaksa tinggal di sebuah komune pertanian pada tahun 1964 selama Revolusi Kebudayaan Mao Zedong.
Baca Juga: Dulu Dikenal Playboy, Miliarder Inggris Danny Lambo Kini Masuk Islam
Dia keluar pada tahun 1978, tahun di mana Deng Xiaoping setelah mengkonsolidasikan kekuasaan sebagai pemimpin tertinggi China mulai memperkenalkan bisnis swasta dan investasi asing ke Tiongkok, membebaskan generasi wirausahawan seperti Zong untuk berkecimpung di dunia kapitalisme.
Setelah bekerja sebagai penjual barang konsumsi selama beberapa tahun, Zong mengambil alih sebuah toko kecil di sebuah sekolah dasar di kota timur Hangzhou pada tahun 1987. Di sana, dia menciptakan Wahaha, merek minuman yang akhirnya membuatnya menjadi salah satu orang terkaya di China.
Zong terdorong ke panggung global ketika ia berselisih dengan raksasa makanan dan minuman Prancis, Danone, karena keduanya membubarkan kemitraan selama satu dekade dalam serentetan tuntutan hukum dan intervensi pemerintah.
Kisah ini dimulai pada tahun 1996, ketika Zong membentuk beberapa perusahaan patungan dengan pemilik air Evian yang berbasis di Paris. Ketentuan perjanjian mereka termasuk pengalihan merek Wahaha ke perusahaan-perusahaan yang 51 persen sahamnya dimiliki oleh Danone.
Kemitraan tersebut berkembang hingga mencapai puncak penjualan sebesar 1,1 miliar euro atau USD1,6 miliar di Tiongkok, sebelum Zong menuduh Danone pada tahun 2007 mencoba mengambil alih Wahaha dengan harga yang sangat rendah. Danone membalas bahwa Zong telah melanggar kontrak mereka dengan mendirikan perusahaan-perusahaan bermerek Wahaha sebagai usaha sampingan.
Inti dari pertarungan ini adalah siapa yang memiliki merek Wahaha Danone percaya bahwa mereka memiliki merek tersebut sesuai dengan ketentuan perjanjian awal, sementara Zong menegaskan bahwa Pemerintah China telah memblokir aplikasi transfer merek yang berarti dia masih mengendalikannya.
Pendiri Wahaha Group ini meninggal karena sakit di sebuah rumah sakit pada pukul 10.30 pagi hari Minggu (25/2). Lahir sebelum Partai Komunis berkuasa, kehidupa Zong sejajar dengan transformasi China dari negara miskin kini menjadi ekonomi terbesar kedua dunia.
Kekayaannya yang berawal dari pinjaman keluarga sebesar USD22.000 berkembang menjadi miliaran dolar seiring dengan meningkatnya konsumsi masyarakat di China. Zong, yang tidak pernah mengenyam pendidikan di sekolah menengah atas, dipaksa tinggal di sebuah komune pertanian pada tahun 1964 selama Revolusi Kebudayaan Mao Zedong.
Baca Juga: Dulu Dikenal Playboy, Miliarder Inggris Danny Lambo Kini Masuk Islam
Dia keluar pada tahun 1978, tahun di mana Deng Xiaoping setelah mengkonsolidasikan kekuasaan sebagai pemimpin tertinggi China mulai memperkenalkan bisnis swasta dan investasi asing ke Tiongkok, membebaskan generasi wirausahawan seperti Zong untuk berkecimpung di dunia kapitalisme.
Setelah bekerja sebagai penjual barang konsumsi selama beberapa tahun, Zong mengambil alih sebuah toko kecil di sebuah sekolah dasar di kota timur Hangzhou pada tahun 1987. Di sana, dia menciptakan Wahaha, merek minuman yang akhirnya membuatnya menjadi salah satu orang terkaya di China.
Zong terdorong ke panggung global ketika ia berselisih dengan raksasa makanan dan minuman Prancis, Danone, karena keduanya membubarkan kemitraan selama satu dekade dalam serentetan tuntutan hukum dan intervensi pemerintah.
Kisah ini dimulai pada tahun 1996, ketika Zong membentuk beberapa perusahaan patungan dengan pemilik air Evian yang berbasis di Paris. Ketentuan perjanjian mereka termasuk pengalihan merek Wahaha ke perusahaan-perusahaan yang 51 persen sahamnya dimiliki oleh Danone.
Kemitraan tersebut berkembang hingga mencapai puncak penjualan sebesar 1,1 miliar euro atau USD1,6 miliar di Tiongkok, sebelum Zong menuduh Danone pada tahun 2007 mencoba mengambil alih Wahaha dengan harga yang sangat rendah. Danone membalas bahwa Zong telah melanggar kontrak mereka dengan mendirikan perusahaan-perusahaan bermerek Wahaha sebagai usaha sampingan.
Inti dari pertarungan ini adalah siapa yang memiliki merek Wahaha Danone percaya bahwa mereka memiliki merek tersebut sesuai dengan ketentuan perjanjian awal, sementara Zong menegaskan bahwa Pemerintah China telah memblokir aplikasi transfer merek yang berarti dia masih mengendalikannya.