Menperin Absen Rapat HGBT, Nasib Harga Gas Murah Jadi Tidak Jelas
loading...
A
A
A
JAKARTA - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif telah melakukan pertemuan dengan Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani hari ini, Jumat (22/3/2024). Pertemuan yang seyogyanya akan membahas soal kelanjutan Harga Gas Bumi Tertentu ( HGBT ) itu ternyata tidak menghasilkan keputusan apapun. Arifin bilang, hal itu lantaran ketidakhadiran Menteri Perindustrian Agusn Gumiwang.
"HGBT rapat tapi yang dateng cuman 2. Menteri keuangan dateng, menteri perindustrian nggak dateng, ada kesibukan lain nggak tau jadi belum selesai," jelas Arifin.
Diungkapkan Arifin, pihaknya pun berencana menjadwalkan ulang kembali rapat tersebut. " (Ada pertemuan lanjutan?) mudah-mudahan," imbuhnya.
Dalam kesempatan itu, Arifin juga menyampaikan bahwa perpanjangan kebijakan HGBT ini mulanya juga akan menjadi topik pembahasan dalam rapat tersebut. "Tadinya mau ditanyain begitu (perpanjangan) tapi kan belum lengkap belum forum. (Jadi tadi) ngalor-ngidul aja," lanjut Arifin.
Sementara itu terkait perluasan sektor HGBT yang sebelumnya diminta oleh Kementerian Perindustrian menurutnya masih harus dievaluasi lebih dahulu. "Evaluasi dulu gasnya cukup apa enggak, kemampuan negara juga. Kita kan sekarang hitung dulu balancenya, pipanya harus nyambung dulu," tutupnya.
"HGBT rapat tapi yang dateng cuman 2. Menteri keuangan dateng, menteri perindustrian nggak dateng, ada kesibukan lain nggak tau jadi belum selesai," jelas Arifin.
Diungkapkan Arifin, pihaknya pun berencana menjadwalkan ulang kembali rapat tersebut. " (Ada pertemuan lanjutan?) mudah-mudahan," imbuhnya.
Dalam kesempatan itu, Arifin juga menyampaikan bahwa perpanjangan kebijakan HGBT ini mulanya juga akan menjadi topik pembahasan dalam rapat tersebut. "Tadinya mau ditanyain begitu (perpanjangan) tapi kan belum lengkap belum forum. (Jadi tadi) ngalor-ngidul aja," lanjut Arifin.
Sementara itu terkait perluasan sektor HGBT yang sebelumnya diminta oleh Kementerian Perindustrian menurutnya masih harus dievaluasi lebih dahulu. "Evaluasi dulu gasnya cukup apa enggak, kemampuan negara juga. Kita kan sekarang hitung dulu balancenya, pipanya harus nyambung dulu," tutupnya.
(nng)