Ketidakpastian Arah Suku Bunga The Fed Bikin Wall Street Tak Bertenaga

Kamis, 18 April 2024 - 08:34 WIB
loading...
Ketidakpastian Arah...
Wall Street berakhir melemah dalam perdagangan yang berombak pada Rabu (17/4) waktu setempat. Sentimen datang saat investor masih memantau arah suku bunga Federal Reserve alias the Fed. Foto/Dok
A A A
JAKARTA - Wall Street berakhir melemah dalam perdagangan yang berombak pada Rabu (17/4) waktu setempat. Sentimen datang saat investor masih memantau arah suku bunga Federal Reserve (the Fed ) dan lemahnya sejumlah pendapatan di awal musim pelaporan keuangan.



Mengutip Reuters, Dow Jones Industrial Average (.DJI) turun 45,66 poin atau 0,12% menjadi 37,753.31. Sedangkan indeks S&P 500 (.SPX) kehilangan 29,20 poin, atau 0,58% ke posisi 5,022.21 dan selanjutnya Nasdaq Composite ( .IXIC) kehilangan 181,88 poin atau 1,15% ke 15.683,37.

Aksi jual S&P 500 dalam empat sesi adalah yang terpanjang dalam empat bulan terakhir, menyamai penurunan empat hari yang berakhir pada 4 Januari. Travelers (TRV.N) anjlok 7,41% dan merupakan salah satu hambatan terbesar pada S&P 500 dan terbesar di Dow Industrials setelah raksasa asuransi itu meleset dari ekspektasi Wall Street untuk laba kuartal pertama.



Selain itu yang juga membebani indeks acuan S&P (.SPX) yakni setelah hasil kuartalan Prologis (PLD.N), dengan kepercayaan investasi real estat turun 7,19%, dan Abbott Laboratories (ABT.N ), yang turun 3,03% setelah melampaui perkiraan triwulanan tetapi mengecewakan terhadap perkiraan tahunannya.

Setelah reli dalam dua bulan terakhir tahun 2023 yang berlanjut hingga kuartal pertama, ekuitas mengalami kesulitan dengan S&P 500 mencatat penurunan sesi keempat berturut-turut. Indeks ini berada pada laju penurunan mingguan ketiga berturut-turut karena investor telah mengurangi ekspektasi mengenai waktu dan ukuran penurunan suku bunga The Fed.

Pada hari Selasa lalu, pejabat bank sentral AS termasuk Ketua Fed Jerome Powell enggan memberikan panduan mengenai kapan suku bunga dapat diturunkan. Powell justru mengatakan bahwa kebijakan moneter perlu bersifat restriktif lebih lama.

“Pasar sedang menghadapi beberapa hal – inflasi lebih tinggi dari perkiraan kebanyakan orang, ekspektasi penurunan suku bunga semakin menurun dan ketegangan geopolitik semakin meningkat, khususnya di Timur Tengah,” kata Anthony Saglimbene, kepala strategi pasar. di Ameriprise Financial di Troy, Michigan.

"Ini hanya alasan bagi para pedagang untuk mengambil tindakan dan pasar mengambil nafas setelah kenaikan lima bulan yang sangat, sangat kuat," sambungnya.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1337 seconds (0.1#10.140)