Resesi Terdalam Sejak 1998 Telan Thailand
loading...
A
A
A
BANGKOK - Perekonomian Thailand mengalami kontraksi terdalam lebih dari dua dekade, untuk membuatnya merosot ke jurang resesi . Perdagangan dan pariwisata yang menjadi pendorong perekonomian Thailand dipaksa tetap tertatih-tatih oleh pandemi virus corona atau Covid-19.
Dilansir Bloomberg, PDB Thailand menyusut 12,2% apabila dibandingkan tahun lalu berdasarkan data resmi Nasional ekonomi dan Dewan Pembangunan Sosial. Penurunan tersebut menjadi yang terbesar sejak krisis keuangan di 1998. Akan tetap angka tersebut tidak seburuk perkiraan dari kontraksi 13% dalam survei Bloomberg terhadap para ekonom.
(Baca Juga: Tsunami Wabah Seret Jepang dan Malaysia ke Jurang Resesi, Awas Indonesia )
Proyeksi ekonomi Thailand tahun ini adalah yang paling mengerikan di Asia mengingat ketergantungan pada ekspor dan pariwisata, yang keduanya telah menderita pukulan berat di tengah wabah Covid-19. Rasa sakit telah diperparah oleh penguatan baht, yang memperoleh dorongan lebih dari 6% di kuartal April-Juni, mata uang berkinerja terbaik kedua di Asia yang dilacak oleh Bloomberg.
"Kami prihatin tentang perekonomian, terutama sektor tenaga kerja dan usaha kecil dan menengah. Pengeluaran pemerintah akan tetap menjadi pendorong ekonomi utama tahun ini, karena semua sektor lain tetap lemah," kata Thosaporn Sirisumphand, Sekretaris Jenderal Dewan ekonomi.
(Baca Juga: Jepang Resesi meski Tak Lockdown, Ekonomi Minus 7,8% di Kuartal II/2020 )
Pada kuartal II-2020, ekonomi Thailand tercatat minus 12,2% dibandingkan kuartal yang sama tahun sebelumnya (year on year/yoy). Ini merupakan penurunan atau kontraksi ekonomi terbesar dalam 22 tahun atau sejak krisis 1998.
Secara teknikal, Thailand sudah mengalami resesi, karena pada kuartal I-2020, ekonomi negeri gajah putih ini juga minus 2%. Pemerintah Thailand memprediksi ekonomi negaranya di tahun ini bakal minus 7,3-7,8%. Lebih parah dari proyeksi sebelumnya yaitu minus 5-6%.
Dilansir Bloomberg, PDB Thailand menyusut 12,2% apabila dibandingkan tahun lalu berdasarkan data resmi Nasional ekonomi dan Dewan Pembangunan Sosial. Penurunan tersebut menjadi yang terbesar sejak krisis keuangan di 1998. Akan tetap angka tersebut tidak seburuk perkiraan dari kontraksi 13% dalam survei Bloomberg terhadap para ekonom.
(Baca Juga: Tsunami Wabah Seret Jepang dan Malaysia ke Jurang Resesi, Awas Indonesia )
Proyeksi ekonomi Thailand tahun ini adalah yang paling mengerikan di Asia mengingat ketergantungan pada ekspor dan pariwisata, yang keduanya telah menderita pukulan berat di tengah wabah Covid-19. Rasa sakit telah diperparah oleh penguatan baht, yang memperoleh dorongan lebih dari 6% di kuartal April-Juni, mata uang berkinerja terbaik kedua di Asia yang dilacak oleh Bloomberg.
"Kami prihatin tentang perekonomian, terutama sektor tenaga kerja dan usaha kecil dan menengah. Pengeluaran pemerintah akan tetap menjadi pendorong ekonomi utama tahun ini, karena semua sektor lain tetap lemah," kata Thosaporn Sirisumphand, Sekretaris Jenderal Dewan ekonomi.
(Baca Juga: Jepang Resesi meski Tak Lockdown, Ekonomi Minus 7,8% di Kuartal II/2020 )
Pada kuartal II-2020, ekonomi Thailand tercatat minus 12,2% dibandingkan kuartal yang sama tahun sebelumnya (year on year/yoy). Ini merupakan penurunan atau kontraksi ekonomi terbesar dalam 22 tahun atau sejak krisis 1998.
Secara teknikal, Thailand sudah mengalami resesi, karena pada kuartal I-2020, ekonomi negeri gajah putih ini juga minus 2%. Pemerintah Thailand memprediksi ekonomi negaranya di tahun ini bakal minus 7,3-7,8%. Lebih parah dari proyeksi sebelumnya yaitu minus 5-6%.
(akr)