Setop Ekspor ke Israel, Negara Ini Tak Ingin Batu Baranya Dipakai untuk Membuat Bom
loading...
A
A
A
BOGOTA - Presiden Kolombia, Gustavo Petro telah menandatangani dekrit yang melarang ekspor batu bara ke Israel . Kebijakan ini sebagai respons atas krisis kemanusiaan di Gaza yang berkepanjangan.
Negara Amerika Selatan itu merupakan pemasok bahan bakar fosil terbesar Israel, dengan perdagangan mencapai USD450 juta pada tahun 2023. Asosiasi Penambang Kolombia telah memperingatkan terkait langkah penghentian ekspor pada Juni, lalu.
Hal itu merujuk pada perjanjian perdagangan antara Bogota dan Yerusalem Barat, serta adanya tentangan dari produsen batu bara. Kolombia akhirnya mengambil langkah untuk menekan Yerusalem Barat agar menghentikan konflik di Gaza.
Mengutip dokumen yang diterbitkan di situs web kepresidenan pada hari Minggu (18/4) menyatakan, bahwa keputusan itu dibuat berdasarkan "situasi kemanusiaan yang muncul di Palestina setelah operasi militer yang dilakukan oleh Israel setelah 7 Oktober 2023."
Laporan itu merujuk pada data baru-baru ini oleh Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan, yang mengungkap bahwa "32.333 warga Palestina telah meninggal dunia, 9.000 di antaranya adalah wanita dan 13.000 adalah anak-anak,".
Selanjutnya ada "1,1 juta orang mengalami kerawanan pangan; dan 1,7 juta orang terpaksa mengungsi dari wilayah mereka," sejak awal konflik Israel-Palestina.
Dekrit pelarangan ekspor batu bara oleh Kolombia ke Israel berlaku lima hari setelah publikasi dan akan tetap berlaku "sampai perintah sementara yang dikeluarkan oleh Mahkamah Internasional dalam Proses penerapan Konvensi Pencegahan dan Penghukuman Kejahatan Genosida di Jalur Gaza sepenuhnya dipatuhi."
Petro membagikan dekrit itu di akun resmi X (sebelumnya Twitter), dengan menjelaskan bahwa tindakan itu diambil karena "batu bara Kolombia digunakan untuk membuat bom untuk membunuh anak-anak Palestina."
Kolombia diketahui menjadi salah satu mitra terdekat Israel di Amerika Latin. Namun, hubungan antara kedua negara telah memburuk tajam sejak awal operasi militer Israel di Gaza.
Perpecahan dimulai setelah presiden Kolombia menggambarkan operasi di Gaza sebagai "genosida" dan membandingkan militer Israel dengan Nazi. Sikap tersebut langsung dikecam Yerusalem Barat, yang disebutkan sebagai "pernyataan bermusuhan dan antisemit."
Selanjutnya diikuti oleh sikap Israel yang menangguhkan semua ekspor keamanan ke Kolombia, hingga kemudian memutuskan hubungan diplomatik.
Negara Amerika Selatan itu merupakan pemasok bahan bakar fosil terbesar Israel, dengan perdagangan mencapai USD450 juta pada tahun 2023. Asosiasi Penambang Kolombia telah memperingatkan terkait langkah penghentian ekspor pada Juni, lalu.
Hal itu merujuk pada perjanjian perdagangan antara Bogota dan Yerusalem Barat, serta adanya tentangan dari produsen batu bara. Kolombia akhirnya mengambil langkah untuk menekan Yerusalem Barat agar menghentikan konflik di Gaza.
Mengutip dokumen yang diterbitkan di situs web kepresidenan pada hari Minggu (18/4) menyatakan, bahwa keputusan itu dibuat berdasarkan "situasi kemanusiaan yang muncul di Palestina setelah operasi militer yang dilakukan oleh Israel setelah 7 Oktober 2023."
Laporan itu merujuk pada data baru-baru ini oleh Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan, yang mengungkap bahwa "32.333 warga Palestina telah meninggal dunia, 9.000 di antaranya adalah wanita dan 13.000 adalah anak-anak,".
Selanjutnya ada "1,1 juta orang mengalami kerawanan pangan; dan 1,7 juta orang terpaksa mengungsi dari wilayah mereka," sejak awal konflik Israel-Palestina.
Dekrit pelarangan ekspor batu bara oleh Kolombia ke Israel berlaku lima hari setelah publikasi dan akan tetap berlaku "sampai perintah sementara yang dikeluarkan oleh Mahkamah Internasional dalam Proses penerapan Konvensi Pencegahan dan Penghukuman Kejahatan Genosida di Jalur Gaza sepenuhnya dipatuhi."
Petro membagikan dekrit itu di akun resmi X (sebelumnya Twitter), dengan menjelaskan bahwa tindakan itu diambil karena "batu bara Kolombia digunakan untuk membuat bom untuk membunuh anak-anak Palestina."
Kolombia diketahui menjadi salah satu mitra terdekat Israel di Amerika Latin. Namun, hubungan antara kedua negara telah memburuk tajam sejak awal operasi militer Israel di Gaza.
Perpecahan dimulai setelah presiden Kolombia menggambarkan operasi di Gaza sebagai "genosida" dan membandingkan militer Israel dengan Nazi. Sikap tersebut langsung dikecam Yerusalem Barat, yang disebutkan sebagai "pernyataan bermusuhan dan antisemit."
Selanjutnya diikuti oleh sikap Israel yang menangguhkan semua ekspor keamanan ke Kolombia, hingga kemudian memutuskan hubungan diplomatik.
(akr)