Ekspor China Meroket 8,7% per Agustus 2024, di Atas Ekspektasi
loading...
A
A
A
JAKARTA - Ekspor China secara tak terduga menguat pada Agustus, dengan kenaikan nilai ke level tertinggi dalam hampir dua tahun terakhir.
Berdasarkan laporan Bea Cukai China, Selasa (10/9), ekspor naik hampir 8,7% dari tahun sebelumnya menjadi sekitar USD309 miliar tertinggi sejak September 2022 melampaui ekspektasi. Sementara, impor meningkat hanya 0,5% dengan surplus perdagangan sebesar USD91 miliar.
Ekspor China ke mitra dagang utamanya AS, Uni Eropa, dan Asia Tenggara meningkat secara tahunan pada Agustus. Berdasarkan perhitungan CNBC Internasional, ekspor ke Uni Eropa tumbuh paling tinggi naik 13%. Data menunjukkan impor China dari AS naik 12% di Agustus dari tahun lalu, sementara impor dari Uni Eropa turun. Sedangkan impor dari ASEAN naik 5%. Impor China dari Rusia turun 1%, sementara ekspor naik 10%.
Baca Juga: Perang Dagang Jilid II AS vs China Memanas, Siapa yang Menang?
Ekspor mobil China naik hampir 40% di bulan Agustus menjadi 610.000 kendaraan. Ekspor kapal laut naik 40%, sementara jumlah smartphone yang diekspor naik 6,7%. Ekspor koper naik hampir 9%. Nilai sirkuit terpadu yang diekspor naik 18%, sementara impor meningkat 11%.
Impor minyak mentah China turun 7% dalam volume di Agustus. Dalam hal yuan China, ekspor year-to-date naik 6,9%, sementara impor naik 4,7%. Ekspor China telah menjadi titik terang dalam perekonomian yang sedang berjuang untuk meningkatkan permintaan domestik.
"Meskipun ekspor mengejutkan, impor lebih penting mengingat fokus pada apakah China dapat menghasilkan permintaan domestik yang cukup untuk menghindari siklus deflasi,” ujar Steve Brice, kepala investasi di Standard Chartered Wealth Management dilansir dari CNBC Internasional, Selasa (10/9/2024).
Baca Juga: Dunia Kocar-kacir Banjir Produk China, Nilainya Tembus Nyaris Rp5.000 Triliun
Dia memperkirakan kekhawatiran tersebut akan membebani saham, mengingat risiko bahwa pemerintahan Trump akan meningkatkan tarif ekspor China. Saham-saham China daratan diperdagangkan lebih rendah pada Selasa. China dijadwalkan pada hari Sabtu untuk merilis data penjualan ritel, produksi industri dan investasi untuk bulan Agustus.
Indeks harga konsumen inti, yang menghilangkan harga makanan dan energi yang lebih tidak stabil, naik 0,3% pada Agustus dari tahun lalu paling lambat sejak Maret 2021, menurut Wind Information. Ketergantungan China yang semakin besar pada ekspor juga terjadi seiring meningkatnya ketegangan perdagangan dengan AS dan Uni Eropa, yang mengarah pada penambahan tarif pada mobil listrik China dan produk lainnya.
Berdasarkan laporan Bea Cukai China, Selasa (10/9), ekspor naik hampir 8,7% dari tahun sebelumnya menjadi sekitar USD309 miliar tertinggi sejak September 2022 melampaui ekspektasi. Sementara, impor meningkat hanya 0,5% dengan surplus perdagangan sebesar USD91 miliar.
Ekspor China ke mitra dagang utamanya AS, Uni Eropa, dan Asia Tenggara meningkat secara tahunan pada Agustus. Berdasarkan perhitungan CNBC Internasional, ekspor ke Uni Eropa tumbuh paling tinggi naik 13%. Data menunjukkan impor China dari AS naik 12% di Agustus dari tahun lalu, sementara impor dari Uni Eropa turun. Sedangkan impor dari ASEAN naik 5%. Impor China dari Rusia turun 1%, sementara ekspor naik 10%.
Baca Juga: Perang Dagang Jilid II AS vs China Memanas, Siapa yang Menang?
Ekspor mobil China naik hampir 40% di bulan Agustus menjadi 610.000 kendaraan. Ekspor kapal laut naik 40%, sementara jumlah smartphone yang diekspor naik 6,7%. Ekspor koper naik hampir 9%. Nilai sirkuit terpadu yang diekspor naik 18%, sementara impor meningkat 11%.
Impor minyak mentah China turun 7% dalam volume di Agustus. Dalam hal yuan China, ekspor year-to-date naik 6,9%, sementara impor naik 4,7%. Ekspor China telah menjadi titik terang dalam perekonomian yang sedang berjuang untuk meningkatkan permintaan domestik.
"Meskipun ekspor mengejutkan, impor lebih penting mengingat fokus pada apakah China dapat menghasilkan permintaan domestik yang cukup untuk menghindari siklus deflasi,” ujar Steve Brice, kepala investasi di Standard Chartered Wealth Management dilansir dari CNBC Internasional, Selasa (10/9/2024).
Baca Juga: Dunia Kocar-kacir Banjir Produk China, Nilainya Tembus Nyaris Rp5.000 Triliun
Dia memperkirakan kekhawatiran tersebut akan membebani saham, mengingat risiko bahwa pemerintahan Trump akan meningkatkan tarif ekspor China. Saham-saham China daratan diperdagangkan lebih rendah pada Selasa. China dijadwalkan pada hari Sabtu untuk merilis data penjualan ritel, produksi industri dan investasi untuk bulan Agustus.
Indeks harga konsumen inti, yang menghilangkan harga makanan dan energi yang lebih tidak stabil, naik 0,3% pada Agustus dari tahun lalu paling lambat sejak Maret 2021, menurut Wind Information. Ketergantungan China yang semakin besar pada ekspor juga terjadi seiring meningkatnya ketegangan perdagangan dengan AS dan Uni Eropa, yang mengarah pada penambahan tarif pada mobil listrik China dan produk lainnya.
(nng)