Sanksi Barat Tak Berkutik melawan Kemampuan Adaptasi Rusia
loading...
A
A
A
Sejak awal invasi Rusia ke Ukraina pada Februari 2022, AS sudah menjatuhkan sanksi kepada lebih dari 4.000 orang dan bisnis, termasuk 80% sektor perbankan Rusia berdasarkan aset.
Pemerintahan Biden mengakui bahwa sanksi saja tidak dapat menghentikan invasi Rusia — ia juga telah mengirim sekitar USD56 miliar dalam bentuk bantuan militer ke Ukraina sejak invasi 2022. Dan banyak pakar kebijakan mengatakan, sanksi itu tidak cukup kuat, sebagaimana dibuktikan oleh pertumbuhan ekonomi Rusia.
Para pejabat AS mengatakan, Rusia telah beralih ke China untuk mendapatkan peralatan mesin, mikroelektronika dan teknologi lain yang digunakan Moskow untuk memproduksi rudal, tank, pesawat terbang dan persenjataan lainnya untuk digunakan dalam perang.
Seorang perwakilan Departemen Keuangan menunjuk pada pernyataan Menteri Keuangan Janet Yellen pada bulan Juli selama pertemuan menteri keuangan G20, di mana dia menyebut tindakan terhadap Rusia "belum pernah terjadi sebelumnya."
"Kami terus menindak penghindaran sanksi Rusia dan memperkuat serta memperluas kemampuan kami untuk menargetkan lembaga keuangan asing dan siapa pun di seluruh dunia yang mendukung mesin perang Rusia," katanya.
Namun, Rusia mampu menghindari pembatasan harga USD60 pada ekspor minyaknya yang diberlakukan oleh AS dan negara G7 lainnya yang mendukung Ukraina. Batas tersebut diberlakukan dengan melarang perusahaan asuransi dan perusahaan pelayaran Barat menangani minyak di atas batas harga tersebut.
Tapi Rusia mampu menghindari pembatasan harga minyak dengan merakit armada tanker bekas yang tidak menggunakan layanan Barat dan mengangkut 90% minyaknya.
Sementara itu AS mendorong pembatasan harga sebagai cara untuk mengurangi keuntungan minyak Moskow, tanpa menjatuhkan sejumlah besar minyak Rusia dari pasar global dan mendorong harga minyak, harga bensin dan inflasi. Kekhawatiran serupa membuat Uni Eropa (UE) tidak memaksakan boikot pada sebagian besar minyak Rusia selama hampir setahun setelah Rusia menginvasi Ukraina.
Para pemimpin G-7 setuju untuk merekayasa pinjaman USD50 miliar untuk membantu Ukraina, yang dibayar oleh bunga yang diperoleh dari keuntungan dari aset bank sentral Rusia yang dibekukan. Aset Rusia yang dibekukan tersebut, sebagian besar berada di Eropa sebagai jaminan. Namun, sekutu belum menyetujui garis beras pemberian pinjaman.
Pemerintahan Biden mengakui bahwa sanksi saja tidak dapat menghentikan invasi Rusia — ia juga telah mengirim sekitar USD56 miliar dalam bentuk bantuan militer ke Ukraina sejak invasi 2022. Dan banyak pakar kebijakan mengatakan, sanksi itu tidak cukup kuat, sebagaimana dibuktikan oleh pertumbuhan ekonomi Rusia.
Para pejabat AS mengatakan, Rusia telah beralih ke China untuk mendapatkan peralatan mesin, mikroelektronika dan teknologi lain yang digunakan Moskow untuk memproduksi rudal, tank, pesawat terbang dan persenjataan lainnya untuk digunakan dalam perang.
Seorang perwakilan Departemen Keuangan menunjuk pada pernyataan Menteri Keuangan Janet Yellen pada bulan Juli selama pertemuan menteri keuangan G20, di mana dia menyebut tindakan terhadap Rusia "belum pernah terjadi sebelumnya."
"Kami terus menindak penghindaran sanksi Rusia dan memperkuat serta memperluas kemampuan kami untuk menargetkan lembaga keuangan asing dan siapa pun di seluruh dunia yang mendukung mesin perang Rusia," katanya.
Namun, Rusia mampu menghindari pembatasan harga USD60 pada ekspor minyaknya yang diberlakukan oleh AS dan negara G7 lainnya yang mendukung Ukraina. Batas tersebut diberlakukan dengan melarang perusahaan asuransi dan perusahaan pelayaran Barat menangani minyak di atas batas harga tersebut.
Tapi Rusia mampu menghindari pembatasan harga minyak dengan merakit armada tanker bekas yang tidak menggunakan layanan Barat dan mengangkut 90% minyaknya.
Sementara itu AS mendorong pembatasan harga sebagai cara untuk mengurangi keuntungan minyak Moskow, tanpa menjatuhkan sejumlah besar minyak Rusia dari pasar global dan mendorong harga minyak, harga bensin dan inflasi. Kekhawatiran serupa membuat Uni Eropa (UE) tidak memaksakan boikot pada sebagian besar minyak Rusia selama hampir setahun setelah Rusia menginvasi Ukraina.
Para pemimpin G-7 setuju untuk merekayasa pinjaman USD50 miliar untuk membantu Ukraina, yang dibayar oleh bunga yang diperoleh dari keuntungan dari aset bank sentral Rusia yang dibekukan. Aset Rusia yang dibekukan tersebut, sebagian besar berada di Eropa sebagai jaminan. Namun, sekutu belum menyetujui garis beras pemberian pinjaman.
(akr)