Keperkasaan BRICS di Sektor Pangan Global, Tak Hanya Penguasa Minyak dan Gas
loading...
A
A
A
Mitra dagang terpenting adalah AS, yang menyumbang 36% dari total ekspor Brasil ke G7, diikuti oleh Jepang sebesar 18% dan Jerman sebesar 15%. Perlu dicatat bahwa 81% dari ekspor biji-bijian Brasil ke G7 pada tahun 2021 masuk ke Jepang dan 99% dari hewan hidup yang diekspor Brasil masuk ke AS.
Gambaran serupa muncul untuk perdagangan pertanian antara BRICS dan UE. Pada tahun 2022, UE mengekspor 12% produk pertaniannya ke negara-negara BRICS dan mengambil sekitar 22% impor pertaniannya dari BRICS (Komisi Eropa, 2023).
BRICS menyumbang porsi yang signifikan dari ekspor lima komoditas pertanian dan pangan teratas berdasarkan nilai perdagangan.Dengan total nilai ekspor sekitar USD730 miliar pada tahun 2021 (berdasarkan nomenklatur 2 digit UN Comtrade), lima komoditas teratas adalah biji-bijian (USD151 miliar), daging (USD153 miliar), minuman (USD139 miliar), buah-buahan dan kacang-kacangan (USD139 miliar) dan lemak dan minyak (USD145 miliar).
Semua itu menyumbang sekitar 40% dari nilai ekspor pertanian global. Raihan tersebut tidak termasuk kacang kedelai, yang juga memiliki nilai perdagangan signifikan sekitar USD80 miliar.
Secara khusus, BRICS merupakan pemain kunci di pasar biji-bijian, yang menguasai sekitar seperlima (19%) dari ekspor global pada tahun 2021. Posisi ini sebanding dengan AS (20%) dan UE (21%). Jika anggota BRICS yang baru juga diperhitungkan, pangsanya akan menjadi 28% dan akan setara dengan G7 (34%).
BRICS juga memegang pangsa yang cukup besar dalam hal nilai ekspor di pasar daging, buah-buahan dan kacang-kacangan, serta lemak dan minyak masing-masing sebesar 16%, 12% dan 9%; dengan pengecualian lemak dan minyak. Angka ini kira-kira setara dengan AS (14%, 11% dan 3%) tetapi jauh lebih rendah dari UE (35%, 26% dan 23%).
Jika pangsa ekspor anggota BRICS baru ditambahkan, nilai ekspor relatif untuk buah-buahan dan kacang-kacangan, serta lemak dan minyak (15% dan 15%) akan sangat mirip dengan G7 (18% dan 14%). Namun untuk daging, G7 (31%) berada sekitar sepuluh poin lebih tinggi secara persentase daripada BRICS+ (19%).
Hal ini sebagian besar disebabkan oleh pangsa pasar ekspor yang tinggi dari anggota G7 di UE (Jerman, Prancis, dan Italia).
Rusia sebelumnya mendesak BRICS untuk membentuk bursa gandum antar-blok. Tujuan resmi aliansi ini adalah untuk memfasilitasi perdagangan antarnegara anggota, tetapi analis memperingatkan bahwa struktur baru ini akan bertujuan untuk menjadi analog dari Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) untuk pasar gandum global, dengan tujuan memengaruhi harga.
“Mengatur harga hanya dengan menciptakan bursa tidak akan berhasil karena ini memerlukan penyatuan eksportir ke dalam organisasi yang mirip dengan OPEC+ sehingga kita dapat bersama-sama membatasi pasokan di pasar,” kata Vladimir Chernov, analis di Freedom Finance Global.
Gambaran serupa muncul untuk perdagangan pertanian antara BRICS dan UE. Pada tahun 2022, UE mengekspor 12% produk pertaniannya ke negara-negara BRICS dan mengambil sekitar 22% impor pertaniannya dari BRICS (Komisi Eropa, 2023).
BRICS Pemain Kunci di pasar pertanian
BRICS menyumbang porsi yang signifikan dari ekspor lima komoditas pertanian dan pangan teratas berdasarkan nilai perdagangan.Dengan total nilai ekspor sekitar USD730 miliar pada tahun 2021 (berdasarkan nomenklatur 2 digit UN Comtrade), lima komoditas teratas adalah biji-bijian (USD151 miliar), daging (USD153 miliar), minuman (USD139 miliar), buah-buahan dan kacang-kacangan (USD139 miliar) dan lemak dan minyak (USD145 miliar).
Semua itu menyumbang sekitar 40% dari nilai ekspor pertanian global. Raihan tersebut tidak termasuk kacang kedelai, yang juga memiliki nilai perdagangan signifikan sekitar USD80 miliar.
Secara khusus, BRICS merupakan pemain kunci di pasar biji-bijian, yang menguasai sekitar seperlima (19%) dari ekspor global pada tahun 2021. Posisi ini sebanding dengan AS (20%) dan UE (21%). Jika anggota BRICS yang baru juga diperhitungkan, pangsanya akan menjadi 28% dan akan setara dengan G7 (34%).
BRICS juga memegang pangsa yang cukup besar dalam hal nilai ekspor di pasar daging, buah-buahan dan kacang-kacangan, serta lemak dan minyak masing-masing sebesar 16%, 12% dan 9%; dengan pengecualian lemak dan minyak. Angka ini kira-kira setara dengan AS (14%, 11% dan 3%) tetapi jauh lebih rendah dari UE (35%, 26% dan 23%).
Jika pangsa ekspor anggota BRICS baru ditambahkan, nilai ekspor relatif untuk buah-buahan dan kacang-kacangan, serta lemak dan minyak (15% dan 15%) akan sangat mirip dengan G7 (18% dan 14%). Namun untuk daging, G7 (31%) berada sekitar sepuluh poin lebih tinggi secara persentase daripada BRICS+ (19%).
Hal ini sebagian besar disebabkan oleh pangsa pasar ekspor yang tinggi dari anggota G7 di UE (Jerman, Prancis, dan Italia).
Bentuk Kartel Gandum
Rusia sebelumnya mendesak BRICS untuk membentuk bursa gandum antar-blok. Tujuan resmi aliansi ini adalah untuk memfasilitasi perdagangan antarnegara anggota, tetapi analis memperingatkan bahwa struktur baru ini akan bertujuan untuk menjadi analog dari Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) untuk pasar gandum global, dengan tujuan memengaruhi harga.
“Mengatur harga hanya dengan menciptakan bursa tidak akan berhasil karena ini memerlukan penyatuan eksportir ke dalam organisasi yang mirip dengan OPEC+ sehingga kita dapat bersama-sama membatasi pasokan di pasar,” kata Vladimir Chernov, analis di Freedom Finance Global.
(akr)