Mata Uang Paling Tak Berharga, Nilai 100 Triliun Dolar Zimbabwe Berapa Dolar AS?

Kamis, 24 Oktober 2024 - 11:21 WIB
loading...
Mata Uang Paling Tak...
Bank sentral menerbitkan uang kertas 100 triliun dolar Zimbabwe pada hari-hari terakhir hiperinflasi di tahun 2009, dan nilainya hampir tidak bisa membayar sepotong roti. Foto/Dok
A A A
JAKARTA - Bank sentral Zimbabwe mengizinkan warganya untuk menukar mata uang negara yang hampir tidak berharga dengan dolar AS. Uang kertas 100 triliun dolar Zimbabwe seperti dilaporkan Wall Street Journal pada Juni 2015 hanya bernilai 40 sen AS.

Apa kesamaan dolar AS, rand Afrika Selatan, pound Inggris, rupee India, yen Jepang dan yuan China? Mereka adalah salah satu mata uang yang digunakan di Zimbabwe sebagai solusi untuk masalah hiperinflasi di negara tersebut.



Sejak 2009, Zimbabwe telah menggunakan mata uang lain sebagai pengganti mata uang mereka sendiri, yang ditinggalkannya setelah hiperinflasi lebih dari 5.000% membuat dolar Zimbabwe pada dasarnya menjadi mata uang paling tidak berharga.

Gubernur bank Zimbabwe saat itu mengatakan, sistem penggunaan beberapa mata uang ini telah menyebabkan tingkat deflasi sebesar -2,3%.

"Kami mengubah ke sistem mata uang ganda untuk menstabilkan, dan inflasi turun menjadi 0% dan itu ajaib," kata Gubernur Bank Sentral Zimbabwe, John Mangudya ketika itu atau tepatnya Mei 2016.

Uang Kertas 100 Triliun Dolar Zimbabwe


Berdasarkan beberapa catatan, bersamaan dengan denominasi sebelumnya, termasuk ZUSD10 triliun dan 1 triliun dolar Zimbabwe dapat ditukar dengan dolar AS hingga akhir April 2016, tetapi nilainya hanya sekitar USD0,40.

Ketika inflasi mencapai 230.000.000 persen pada tahun 2009, bank cadangan negara itu – yang terkenal karena ketidakmampuannya untuk menahan hiperinflasi setinggi langit – menyatakan dolar AS sebagai mata uang resminya.

Dari inflasi yang terlalu tinggi hingga deflasi -2,3%, Mangudya mengingat bakal menjalani tahun-tahun yang berat ke depannya. "Hal ini sangat traumatis," pengakuan Mangudya.

"Kami tidak memiliki alat untuk melawan monster yang dihadapi ekonomi pada saat itu," lanjutnya.

Negara harus terus mencetak uang. Harga akan berubah setiap menit, menyebabkan stres yang terus berputar di sekitar fluktuasi, salah satu efek buruk dari hiperinflasi.

"Itu mengerikan. Anda harus membayar kopi Anda sebelum meminumnya karena jika Anda menunggu, biayanya akan naik dalam hitungan menit," kata pengusaha Shingi Minyeza, chairman Vinal Investments.

Dolar adalah Raja


Dolar AS adalah mata uang yang disukai di Zimbabwe saat ini, tetapi yang lain juga berlaku sebagai alat tukar.

"Kami mengatakan bahwa karena Anda dapat mengimpor/mengekspor barang dari Afrika Selatan, Anda dapat menggunakan rand. Jika Anda mengimpor dari China, Anda dapat menggunakan yuan. Dolar AS adalah mata uang cadangan kami," jelas Mangudya seperti dilansir CNN.

Zimbabwe memiliki koin yang disebut obligasi. Untuk setiap koin yang beredar, ada koin dolar AS yang setara yang disimpan dalam cadangan.

Ada lebih dari USD13 juta koin ini di negara ini, akan tetapi bank kemudian tidak berselang lama mulai mencetak "uang kertas obligasi" yang mewakili nilai dolar AS hingga USD20, karena kekurangan uang tunai.

Ironi Nilai 100 Triliun Dolar Zimbabwe Terus Naik


Bank sentral Zimbabwe menerbitkan uang kertas 100 triliun pada hari-hari terakhir hiperinflasi di tahun 2009, dan nilainya hampir tidak bisa membayar sepotong roti.

Ada 12 nol dalam satu triliun. Tambahkan dua lagi untuk mencapai total uang kertas Zimbabwe 100 triliun dolar, untuk menjadi nol terbanyak dari semua alat pembayaran yang sah sepanjang sejarah.

Hal itu menjadi salah satu contoh hiperinflasi paling mengerikan dalam sejarah, sebelum akhirnya meninggalkan dolar Zimbabwe demi rand Afrika Selatan, dolar AS dan beberapa mata uang asing lainnya.

Pada periode tersebut, uang kertas seratus triliun dolar Zimbabwe bahkan tidak bisa menutupi ongkos bus. Namun mata uang itu, diperkirakan hanya beberapa juta yang pernah dicetak.

Namun ironinya, uang kertas 100 triliun dolar – yang menjadi simbol salah urus keuangan – telah berubah menjadi salah satu aset dicari dalam beberapa tahun terakhir.

Sejak hiperinflasi, uang kertas Zim 100 triliun dolar telah menjadi barang kolektor yang dicari untuk menjadi suvenir dari salah urus ekonomi yang ekstrem. Bahkan, pada awal 2010-an, seorang ekonomi mengaku membeli paket berisi 20 uang kertas itu di Ebay seharga sekitar USD2 per paket.

Nilai tersebut jauh lebih mahal daripada harga pada awal saat beredar. Bahkan nilainya sempat meningkat pesat ketika menjadi benda kolektor, yakni menjadi sekitar USD57 per lembar untuk uang kertas yang tidak beredar.

Harganya sejak itu mendingin menjadi sekitar USD49 per satu lembar, tetapi tetap saja nilainya jauh berlipat ganda dari saat pertama kali dirilis. Hal ini berarti bahwa uang kertas Zimbabwe senilai 100 triliun dolar kemungkinan akan terus tumbuh nilainya, sangat kontras dengan nasibnya ketika benar-benar digunakan sebagai mata uang!

Mata Uang yang Menghilang


Ketika dolar Zimbabwe pertama kali muncul pada tahun 1980, dolar Zimbabwe memiliki nilai yang sama dengan dolar AS, tulis Patrick Collinson. Tetapi pada tahun 2009, USD1 bernilai ZUSD2,621,984,228,675,650,147,435,579,309,984,228.

Bank of England khawatir jika inflasi di Inggris naik lebih dari 2% setahun, namun di Zimbabwe mencapai 79,6 miliar persen.

Bank sentral negara itu bahkan tidak mampu membeli kertas untuk mencetak uang kertas triliunan dolar yang tidak berharga. Hingga pada tahun 2009, pemerintah menghapus mata uang dengan menyisakan dolar AS dan rand Afrika Selatan sebagai uang kertas dan koin utama yang beredar. Kini di 2024, Zimbabwe memiliki mata uang baru.
(akr)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Berita Terkait
Mata Uang yang Paling...
Mata Uang yang Paling Banyak Dipalsukan di Dunia, Dolar AS Jadi Target Utama
Rupiah Terendah Sejak...
Rupiah Terendah Sejak Krismon 1998, Bagaimana Nasibnya ke Depan?
Brasil Batalkan Rencana...
Brasil Batalkan Rencana Mata Uang BRICS, Fokus Pembayaran Lokal
BRICS Tak Berambisi...
BRICS Tak Berambisi Bikin Mata Uang Baru: Apakah Trump Melunak?
Kurs Rupiah Makin Parah,...
Kurs Rupiah Makin Parah, Hari Ini Tembus Rp16.376 per Dolar AS
10 Daftar Mata Uang...
10 Daftar Mata Uang Terkuat di Dunia Saat Ini, Dolar AS Urutan Terakhir
Rupiah Sudah Sentuh...
Rupiah Sudah Sentuh Rp16.312 per Dolar AS, Apa Biang Keroknya?
Rubel Ambruk, Bank Sentral...
Rubel Ambruk, Bank Sentral Rusia Setop Beli Dolar AS
Rupiah Babak Belur,...
Rupiah Babak Belur, Hari Ini Hampir Rp16.000 per Dolar AS
Rekomendasi
Ditetapkan Tersangka...
Ditetapkan Tersangka Suap Perkara Migor, 3 Hakim Langsung Ditahan
Pangeran William-Kate...
Pangeran William-Kate Middleton Terima Sinyal Damai dari Harry, Isyaratkan dengan Pesan Khusus
Memotret Kebijakan Palestina...
Memotret Kebijakan Palestina dan Urgensi Harmoni Sosial dalam Perspektif Global
Berita Terkini
Melongok Rekomendasi...
Melongok Rekomendasi Saham saat IHSG Bergerak Terbatas Jelang Neraca Dagang dan Dividen Bank
28 menit yang lalu
ASDP Layani 5,82 Juta...
ASDP Layani 5,82 Juta Penumpang dan 1,3 Juta Kendaraan Sepanjang Periode Lebaran 2025
54 menit yang lalu
Aturan Pengalihan Saham...
Aturan Pengalihan Saham BUMN ke Danantara Masih Digodok, Semua Masuk Kecuali Perum
1 jam yang lalu
Beri Semangat Para Pejuang...
Beri Semangat Para Pejuang Kanker, MNC Peduli Dukung Fun Run
9 jam yang lalu
Gokil, Harga Emas Diramal...
Gokil, Harga Emas Diramal Tembus Rp2,1 Juta per Gram
10 jam yang lalu
Kena Tarif Baru Trump...
Kena Tarif Baru Trump 32%, Wamen BUMN: Tantangan Revitalisasi Industri
12 jam yang lalu
Infografis
Bukan Dolar AS, Ini...
Bukan Dolar AS, Ini Daftar Mata Uang Termahal di Dunia
Copyright ©2025 SINDOnews.com All Rights Reserved