Rencana Pembentukan Dewan Moneter Dianggap Sebagai Bentuk Kepanikan

Selasa, 01 September 2020 - 07:45 WIB
loading...
Rencana Pembentukan...
Para Anggota KSSK. Foto/SINDOnews
A A A
JAKARTA - Chief Economist TanamDuit Ferry Latuhihin menilai, pemerintah tidak perlu panik dan salah tingkah di tengah situasi saat ini. Serta jangan panik oleh suara sumbang yang terus menerus mengritik.

"Karena faktanya resesi terjadi di mana-mana, bukan hanya dialami Indonesia saja. Bahkan Indonesia dalam kategori moderat resesinya dibanding banyak negara lain," ujar Ferry di Jakarta, Senin (31/8/2020). ( Baca juga:Bonus Demografi Tantangan Menuju Indonesia Emas, Mendag: Kuncinya SDM Berkualitas )

Menurut Ferry, pemerintah sanggup menyelamatkan ekonomi nasional lewat kebijakan fiskal dan moneter yang dipilih. Jadi tidak perlu panik sampai muncul ide untuk membentuk Dewan Moneter.

"Ini bukan waktu yang tepat untuk mencetuskan ide-ide semacam itu. Sebab bisa memberikan kesan kepada para pelaku pasar dan ekonomi bahwa pemerintah sudah kehabisan peluru," ujarnya. ( Baca juga:5 Syarat Sahnya Salat Menurut Mazhab Syafi'i )

Berikutnya pemerintah juga tidak perlu mengulang-ulang kata resesi di media. Itu sangat merusak sentimen pasar dan tidak baik untuk nilai tukar rupiah. Justru sebaiknya, pemerintah fokus pada kasus-kasus yang terjadi di lapangan lalu secepat mungkin menggulirkan dana penyelamatan ekonomi yang masih tersendat-sendat dan terparkir di BPD .

"Itu saja fokusnya. Tidak perlu berimprovisasi mendahului fakta agar optimisme pelaku pasar dan ekonomi tetap solid. Semua menteri harus sadar setiap pernyataan yang dikeluarkannya dapat mempengaruhi sentimen pasar. Jadi saran saya sebaiknya sedikit bicara banyak kerja," ujarnya.
(uka)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Berita Terkait
Ketakutan Resesi AS...
Ketakutan Resesi AS dan Perang Timur Tengah Mengangkat Harga Emas ke Rekor Sepanjang Masa
Resesi Amerika Makin...
Resesi Amerika Makin Dekat? Inflasi Diramal Sentuh Level Tertinggi sejak 1991
JPMorgan Bunyikan Alarm...
JPMorgan Bunyikan Alarm Resesi Amerika, Ini Biang Keroknya
Trump Tepis Ancaman...
Trump Tepis Ancaman Resesi: Ekonomi AS dalam Masa Transisi di Tengah Perang Dagang
Deflasi 5 Bulan Beruntun...
Deflasi 5 Bulan Beruntun Tak Lumrah: Daya Beli Lesu, PHK di Mana-mana
Ekonomi Terbesar Eropa...
Ekonomi Terbesar Eropa Mandek, Berpotensi Jatuh dalam Resesi
Ekonomi Rapuh, Peluang...
Ekonomi Rapuh, Peluang AS Masuk Jurang Resesi Sudah 40%
Resesi AS Sudah Lewat,...
Resesi AS Sudah Lewat, CEO Bank of America Ramal Fed Pangkas Suku Bunga 2 Kali
Angka Pengangguran Melonjak,...
Angka Pengangguran Melonjak, Ekonomi AS di Ambang Resesi?
Rekomendasi
Tevin Farmer dan 13...
Tevin Farmer dan 13 Petinju Sial Yang Tidak Pernah Memenangkan Gelar
Seragam Baru Teknisi...
Seragam Baru Teknisi Suzuki: Bukan Sekadar Ganti Baju, Tapi Revolusi Layanan Purna Jual!
Ray Sahetapy Dimakamkan...
Ray Sahetapy Dimakamkan di TPU Tanah Kusir 4 April, Tunggu Kepulangan Anak dari Amerika
Berita Terkini
Pembangunan Perumahan...
Pembangunan Perumahan di RI Disebut Tak Sinkron dengan Layanan Transportasi
1 jam yang lalu
Perluasan Jaringan Penerbangan...
Perluasan Jaringan Penerbangan GIAA-Japan Airlines Diresmikan
2 jam yang lalu
Turun Tipis, Harga Emas...
Turun Tipis, Harga Emas Hari Ini Rp1.819.000 per Gram
4 jam yang lalu
Menuju Industri Baja...
Menuju Industri Baja yang Hijau dan Kompetitif, GRP Tegaskan Komitmen Transformasi
4 jam yang lalu
Digempur Sanksi Barat,...
Digempur Sanksi Barat, Rusia Malah Cetak 15 Miliarder Baru
5 jam yang lalu
10 Orang Terkaya China...
10 Orang Terkaya China 2025, Founder TikTok Jadi Nomor 1
6 jam yang lalu
Infografis
AS Tolak Rencana Inggris...
AS Tolak Rencana Inggris untuk Kirim Pasukan ke Ukraina
Copyright ©2025 SINDOnews.com All Rights Reserved