Saham Penopang Bursa Saham AS Rontok, Wall Street Anjlok

Jum'at, 04 September 2020 - 08:58 WIB
loading...
Saham Penopang Bursa Saham AS Rontok, Wall Street Anjlok
Saham-saham di bursa saham Amerika Serikat (AS) alias Wall Street berbalik arah pada perdagangan, Kamis waktu setempat begitu juga dengan saham lima perusahaan terbesar AS yang rontok. Foto/Dok
A A A
NEW YORK - Saham-saham di bursa saham Amerika Serikat (AS) alias Wall Street berbalik arah pada perdagangan, Kamis waktu setempat begitu juga dengan saham lima perusahaan terbesar AS yang rontok. Perusahaan yang telah menggerakkan pasar AS ke rekor tertinggi yakni Apple, Amazon, Alphabet, Microsoft dan Facebook turun antara 4% dan 8%.

Analis mengatakan, kekhawatiran tentang guncangan ekonomi dari virus corona dan kemungkinan gelombang kedua mendorong aksi jual. Sektor teknologi Nasdaq ditutup turun 5%, Dow Jones turun hampir 3%, dan S&P 500 yang berbasis luas menyelesaikan perdagangan dengan kehilangan 3,5%.

(Baca Juga: Perhatian, Resesi AS Bisa Menyeret Ekonomi Nasional )

Produsen mobil Tesla yang sahamnya telah melonjak tahun ini, jatuh 9% pada hari Kamis setelah turun tajam dalam dua sesi sebelumnya. Perusahaan kelas berat teknologi lainnya, Nvidia berakhir turun 9,3%. Apple 8% jatuh berarti sekitar USD150bn telah menghilang.

Rinciannya terpantau Dow Jones Industrial Average turun 807,77 poin atau 2,78% menjadi 28.292,73. Sedangkan indeks S&P 500 kehilangan 125,78 poin yang setara dengan 3,51% ke posisi 3.455,06 dan Komposit Nasdaq merosot 598,34 poin atau 4,96% di level 11.458,10.

Sementara penurunan persentase S&P dan Nasdaq pada hari Kamis adalah yang terdalam sejak 11 Juni, dan penurunan satu hari terbesar Dow Jones sejak 26 Juni. Ini juga menjadi pelemahan terparah ketiga Nasdaq dari rekor penutupan, menurut data dari Bespoke Investment Group. Sekitar 11,98 miliar diperdagangan pada bursa saham AS atau meningkat dibandingkan dengan rata-rata harian 9,22 miliar selama 20 sesi terakhir.

(Baca Juga: AS Terjangkit Resesi, Apakah Berlanjut ke Fase Great Depression Seperti 1929? )

Aksi jual terjadi setelah data ekonomi AS mixed yang dirilis mencakup laporan ang menunjukkan pertumbuhan sektor jasa yang lebih lambat pada bulan Agustus. Selanjutnya penurunan yang lebih besar dari yang diharapkan dalam klaim pengangguran, rekor PHK tahun ini dan defisit perdagangan yang tiba-tiba besar untuk bulan Juli.

Sementara klaim pengangguran awal mingguan terbaru turun lebih dari yang diantisipasi, mereka tetap tinggi di tengah meningkatnya kekhawatiran bahwa pertumbuhan lapangan kerja dapat terhenti tanpa stimulus ekonomi lebih lanjut. Presiden Federal Reserve Chicago Charles Evans mengatakan bahwa Kongres perlu memberikan lebih banyak bantuan fiskal.
(akr)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1664 seconds (0.1#10.140)