China Pasang Target Pertumbuhan Ekonomi 5% di Tengah Hantaman Tarif Trump

Kamis, 06 Maret 2025 - 09:58 WIB
loading...
China Pasang Target...
China memasang target pertumbuhan ekonomi tahun ini di sekitar 5% dan berjanji bakal memompa insentif miliaran dolar untuk mengobati ekonomi yang sedang sakit. Foto/Dok
A A A
JAKARTA - China memasang target pertumbuhan ekonomi tahun ini di sekitar 5% dan berjanji bakal memompa insentif miliaran dolar untuk mengobati ekonomi yang sedang sakit. Kondisi perekonomian Beijing diperparah dengan perang dagang versus AS yang semakin memanas.

Rencana ini diumumkan dalam Kongres Rakyat Nasional, yang menjadi perhatian untuk mencari sinyal serta arah kebijakan China di tahun 2025. Seperti diketahui Presiden Xi Jinping sedang berjuang melawan pelemahan konsumsi, krisis properti dan peningkatan pengangguran, sebelum tarif trump terbaru 10% untuk impor China mulai berlaku.

Ditambah tarif 10% yang dikenakan pada awal Februari, sehingga total retribusi AS menjadi 20%. Kebijakan itu menyasar apa yang menjadi penopang ekonomi China , yakni ekspor.



Tarif terbaru Trump langsung direspons Beijing, seperti yang terjadi bulan lalu. Sebagai balasan, China menjatuhkan 10%-15% pada impor beberapa komoditas pertanian. Lantaran China merupakan pasar terbesar untuk barang-barang ini, seperti jagung Amerika, gandum, dan kedelai.

Selain itu China berjanji untuk menjadikan permintaan domestik sebagai "mesin utama dan jangkar" pertumbuhan ekonominya.

Beijing dalam dua tahun terakhir mempu menjaga ekonomi bergerak di angka 5%, tetapi pertumbuhan didorong oleh ekspor yang kuat, untuk menghasilkan surplus perdagangan yanng mencetak rekor hampir triliun dolar. Sepertinya untuk mengulangi hal itu bakal sulit pada tahun 2025.

"Jika tarif berlanjut, ekspor China ke AS bisa turun seperempat hingga sepertiga," kata Kepala ekonomi China di Moody's Analytics, Harry Murphy Cruise seperti dilansir BBC.

Menurutnya, Beijing harus lebih mengandalkan pengeluaran domestik untuk mencapai pertumbuhan 5% - tetapi itu telah menjadi salah satu tantangan terbesarnya.

Krisis Konsumsi

Perdana Menteri China Li Qiang mengakui, konsumsi berjalan lamban dan berjanji "dengan penuh semangat meningkatkan" permintaan rumah tangga. "Di dalam negeri, fondasi untuk pemulihan dan pertumbuhan ekonomi China yang berkelanjutan tidak cukup kuat," ungkapnya.

"Secara internasional, perubahan yang tidak terlihat dalam satu abad sedang berlangsung di seluruh dunia dengan kecepatan yang lebih cepat," kata Li, saat ia mencatat kebangkitan proteksionisme di seluruh dunia.

Beijing meluncurkan skema untuk mendorong rakyatnya membelanjakan uang lebih banyak, termasuk mengizinkan mereka untuk menukar dan mengganti barang-barang konsumen seperti peralatan dapur, mobil, telepon dan perangkat elektronik.

Target pemerintah China saat ini yakni bagaimana memasukkan lebih banyak uang ke kantong rakyat Tiongkok dan membantu mengurangi ketergantungan negara itu pada ekspor dan investasi.

Rencana Beijing termasuk menerbitkan obligasi treasury khusus USD179 miliar pada tahun ini untuk membantu mendanai langkah-langkah stimulusnya. Pemerintah daerah juga akan diizinkan untuk meningkatkan jumlah uang yang mereka pinjam menjadi 4,4 triliun yuan, naik dari 3,9 triliun yuan, menurut "Laporan Kerja" tahunan.



Belum pernah sebelumnya, Beijing juga menaikkan defisit fiskalnya - selisih antara pengeluaran dan pendapatan pemerintah - sebesar satu poin persentase menjadi 4% dari produk domestik bruto (PDB), level tertinggi dalam beberapa dekade.

(akr)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Lanjut Baca Berita Terkait Lainnya
Berita Terkait
Dihantam Tarif Trump,...
Dihantam Tarif Trump, Arus Modal Keluar dari Indonesia Capai Rp46,7 Triliun
Perusahaan Tambang Wanti-wanti...
Perusahaan Tambang Wanti-wanti AS Kekurangan Pasokan Mineral Tanah Jarang
Ini Sosok Mantan Presiden...
Ini Sosok Mantan Presiden AS yang Mengilhami Trump Kobarkan Perang Tarif
Impor Batu Bara China...
Impor Batu Bara China dari Rusia Melesat 6% pada Maret, Indonesia Turun Tajam
3 Tahun Berturut-turut...
3 Tahun Berturut-turut Pertumbuhan Ekonomi Negara Eropa Ini Nol Persen
Gubernur BI Perry Warjiyo...
Gubernur BI Perry Warjiyo Wanti-wanti Ancaman Perang Tarif AS-China
Trump Tiba-tiba Bersikap...
Trump Tiba-tiba Bersikap Baik ke China, Iming-iming Turunkan Tarif Impor
10 Negara Penghasil...
10 Negara Penghasil Emas Terbesar di Dunia, Indonesia Urutan ke Berapa?
Batasi Impor Baja Murah...
Batasi Impor Baja Murah dari China, India Kenakan Tarif 12%
Rekomendasi
Nonton Laga Tunda LaLiga...
Nonton Laga Tunda LaLiga Villarreal vs Espanyol di VISION+, Perebutan Poin Krusial!
10 Paus Gereja Katolik...
10 Paus Gereja Katolik yang Hidup Sezaman dengan Nabi Muhammad
Penampakan 2 Kapal Pesiar...
Penampakan 2 Kapal Pesiar Milik Ariyanto Bakri yang Disita Kejagung
Berita Terkini
Tarik Ulur Kenaikan...
Tarik Ulur Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan, Begini Kabar Terbarunya
15 menit yang lalu
Profesi Penilai Didorong...
Profesi Penilai Didorong Lebih Adaptif Hadapi Era Revolusi Industri 5.0
21 menit yang lalu
Wakil ICC Indonesia...
Wakil ICC Indonesia Ikut Bahas Amandemen Rancangan Aturan Arbitrase internasional
31 menit yang lalu
Dihantam Tarif Trump,...
Dihantam Tarif Trump, Arus Modal Keluar dari Indonesia Capai Rp46,7 Triliun
56 menit yang lalu
Pengamat Ekonomi Sebut...
Pengamat Ekonomi Sebut Kinerja Korporasi Bank Jatim Positif
1 jam yang lalu
Harga Bitcoin Melesat...
Harga Bitcoin Melesat Tembus Rp1,56 Miliar, Institusi Besar Serbu Pasar Kripto
1 jam yang lalu
Infografis
Perbandingan Pangkalan...
Perbandingan Pangkalan Militer AS vs China di Dunia
Copyright ©2025 SINDOnews.com All Rights Reserved