Gak Macem-Macem, Pelaku Usaha Kecil Butuh Realisasi
loading...
A
A
A
JAKARTA - Perlambatan laju pertumbuhan ekonomi terjadi di hampir semua sektor. Dengan kondisi pertumbuhan ekonomi terkontraksi, ada potensi kenaikan angka pengangguran dan kemiskinan .
Ekonom CORE Indonesia Akhmad Akbar Susamto mengatakan, peran usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) terhadap perekonomian sangat besar. Peran itu dilihat dari proporsinya terhadap PDB, dan dilihat juga kontribusinya terhadap penyerapan tenaga kerja. Tetapi, tentu saja mereka (UMKM) terdampak pula oleh pandemi Covid-19.
"Karena itu, menyelamatkan UMKM menjadi sangat urgen di tengah situasi seperti sekarang," kata Akbar di Jakarta, Jumat (18/9/2020).
Lebih-lebih karakteristik krisis sekarang berbeda dengan krisis yang pernah kita hadapi sebelumnya. Krisis sekarang, dimulai dari Covid-19 yang langsung terjadi di sektor riil. Tentu saja yang paling terkena adalah para pelaku UMKM.
"Meskipun prediksi kontraksi pertumbuhan ekonomi tidak separah, misalnya dengan krisis 1997/1998, tetapi karena karakterisktik krisisnya yang berbeda, dampak terhadap UMKM-nya sangat besar," tambah Akbar. ( Baca juga:Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung Dikasih Diskon Sewa Tanah Negara 85% )
Dia menyebut, permasalahan yang dihadapi UMKM saat ini adalah masalah penjualan atau perminta yang menurun, sulitnya bahan baku, distribusi yang terhambat, permodalan, dan produksi terhambat. Menariknya, di tengah pandemi Covid-19 ini masih banyak UMKM yang menunjukkan keinginan untuk rencana mengembangkan usaha.
"Meskipun tidak semuanya dituliskan secara detail," ungkap dia.
Bantuan apa yang paling dibutuhkan oleh UMKM? Tujuh dari sepuluh pelaku usaha UMKM membutuhkan bantuan modal usaha. Menurut dia, sebenarnya masalah utama UMKM adalah penjualan. Tapi modal menjadi penting untuk mempertahankan usaha mereka.
"Hal yang paling penting, idealnya kita membutuhkan bantuan lebih banyak stimulus untuk UMKM kita. Tetapi, yang lebih urgen dari itu saya kira adalah apa yang sudah diprogramkan itu (stimulus untuk UMKM) bisa diimplementasikan dengan baik. Segera diimplementasikan, sehingga program itu bisa mengena mereka yang terdampak dan membantu. Lebih cepat, lebih baik," cetus Akbar. ( DKI Libatkan 6.000 Personel TNI-Polri Disiplinkan Protokol Kesehatan di Pasar dan Mal )
Yang menarik adalah, dari survei BPS, pelaku pelaku usaha itu masih cukup optimistis dengan keadaan yang ada. 80% perusahaan optimistis bahwa usaha mereka akan pulih maksimal enam bulan ke depan. "Ini bagus. Tapi kita masih harus hati-hati karena pandemi Covid-19 masih panjang. Saya bukan ahli Kesehatan, tapi ini susah akan berakhir dalam waktu singkat," katanya.
Ekonom CORE Indonesia Akhmad Akbar Susamto mengatakan, peran usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) terhadap perekonomian sangat besar. Peran itu dilihat dari proporsinya terhadap PDB, dan dilihat juga kontribusinya terhadap penyerapan tenaga kerja. Tetapi, tentu saja mereka (UMKM) terdampak pula oleh pandemi Covid-19.
"Karena itu, menyelamatkan UMKM menjadi sangat urgen di tengah situasi seperti sekarang," kata Akbar di Jakarta, Jumat (18/9/2020).
Lebih-lebih karakteristik krisis sekarang berbeda dengan krisis yang pernah kita hadapi sebelumnya. Krisis sekarang, dimulai dari Covid-19 yang langsung terjadi di sektor riil. Tentu saja yang paling terkena adalah para pelaku UMKM.
"Meskipun prediksi kontraksi pertumbuhan ekonomi tidak separah, misalnya dengan krisis 1997/1998, tetapi karena karakterisktik krisisnya yang berbeda, dampak terhadap UMKM-nya sangat besar," tambah Akbar. ( Baca juga:Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung Dikasih Diskon Sewa Tanah Negara 85% )
Dia menyebut, permasalahan yang dihadapi UMKM saat ini adalah masalah penjualan atau perminta yang menurun, sulitnya bahan baku, distribusi yang terhambat, permodalan, dan produksi terhambat. Menariknya, di tengah pandemi Covid-19 ini masih banyak UMKM yang menunjukkan keinginan untuk rencana mengembangkan usaha.
"Meskipun tidak semuanya dituliskan secara detail," ungkap dia.
Bantuan apa yang paling dibutuhkan oleh UMKM? Tujuh dari sepuluh pelaku usaha UMKM membutuhkan bantuan modal usaha. Menurut dia, sebenarnya masalah utama UMKM adalah penjualan. Tapi modal menjadi penting untuk mempertahankan usaha mereka.
"Hal yang paling penting, idealnya kita membutuhkan bantuan lebih banyak stimulus untuk UMKM kita. Tetapi, yang lebih urgen dari itu saya kira adalah apa yang sudah diprogramkan itu (stimulus untuk UMKM) bisa diimplementasikan dengan baik. Segera diimplementasikan, sehingga program itu bisa mengena mereka yang terdampak dan membantu. Lebih cepat, lebih baik," cetus Akbar. ( DKI Libatkan 6.000 Personel TNI-Polri Disiplinkan Protokol Kesehatan di Pasar dan Mal )
Yang menarik adalah, dari survei BPS, pelaku pelaku usaha itu masih cukup optimistis dengan keadaan yang ada. 80% perusahaan optimistis bahwa usaha mereka akan pulih maksimal enam bulan ke depan. "Ini bagus. Tapi kita masih harus hati-hati karena pandemi Covid-19 masih panjang. Saya bukan ahli Kesehatan, tapi ini susah akan berakhir dalam waktu singkat," katanya.
(uka)