Pandemi Dipastikan Tak Ganggu Penyediaan BBM dan Elpiji

Selasa, 29 September 2020 - 16:50 WIB
loading...
Pandemi Dipastikan Tak...
Ketersediaan BBM dan elpiji dipastikan tetap optimal di tengah pembatasan kegiatan fisik akibat pandemi Covid-19. Foto/Ilustrasi
A A A
JAKARTA - Sekretaris Jenderal Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ego Syahrial memastikan keterbatasan aktivitas fisik di tengah masa pandemi Covid-19 tidak memengaruhi penyediaan dan bahan bakar minyak (BBM) dan gas elpiji kepada masyarakat. Penyaluran energi tetap optimal agar perekonomian masyarakat tetap berjalan baik.

"Pemerintah meminta kepada Pertamina untuk tetap menyediakan BBM di masyarakat dan juga menjamin BBM dalam rangka mendukung perekonomian. Beberapa SPBU juga kita tetap meminta beroperasi 24 jam. Demikian juga kepastian agar pasokan elpiji bagi rumah tangga tetap terjaga," ujarnya dalam keterangan tertulis, Selasa (29/9/2020).

(Baca Juga: Jelang Akhir September, Konsumsi BBM-LPG di Jatim Meningkat)

Sebagai komoditas vital bagi masyarakat yang diatur dalam Undang-Undang, lanjut Ego, menjadi kewajiban bagi pemerintah untuk menjamin ketersediaan dan kelancaran pendistribusian BBM dan elpiji ke seluruh wilayah INdonesia.

Pelayanan pendistribusian ini telah dibarengi melalui sistem operasionalisasi stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) dengan protokol kesehatan yang ketat. "Termasuk penyediaan wastafel dan (penyemprotan) disinfektan di area SPBU," ungkap Ego.

Ego mengakui pergerakan konsumsi BBM dan gas elpiji mengalami penurunan pada semester awal tahun 2020 ini. Konsumsi BBM pada semester I/2020 menurun sebesar 13% bila dibandingkan periode yang sama di tahun lalu.
"Dilaksanakannya Pembatasan Sosial Skala Besar (PSBB) bahkan terjadi penurunan demand mencapai sebesar 50% di beberapa kota besar, seperti Jakarta," jelasnya.

Dalam kondisi normal, catatan Kementerian ESDM menunjukkan adanya tren peningkatan konsumsi BBM rata-rata sebesar 2,7% per tahun, bahkan konsumsi elpiji meningkat rata-rata 5% per tahun.

"Ini tahun yang berat bagi seluruh negara di dunia, dampak pandemi terhadap sektor energi pasti sangat signifikan, baik investasi maupun yang bersinggungan langsung kepada masyarakat," tutur Ego.

(Baca Juga: Kuota Elpiji Subsidi Dipangkas, Anggota DPR Cecar Menteri ESDM)

Untuk BBM sendiri konsumsi pada tahun 2015 sebesar 67,51 juta kiloliter (kl) dan terus merangkak naik di tahun 2016 (68,15 juta kl), 2017 (70,98 juta kl), 2018 (74,08 juta kl) dan 2019 (75,12 juta kl). Hal serupa juga terjadi pada gas elpiji dimana tingkat konsumsi gas elpiji di masyarakat cenderung mengalami kenaikan, yakni 2015 (6,38 juta metrik ton), 2016 (6,64 juta Mton), 2017 (7,19 juta Mton), 2018 (7,56 juta Mton), dan 2019 (7,7 juta Mton).

Pada kesempatan yang sama, CEO Commercial & Trading Subholding Pertamina Mas'ud Khamid mengatakan, selama pandemi ini ada tiga hal utama yang mempengaruhi kinerja Pertamina.

Pertama adalah menurunnya permintaan secara tiba-tiba. Kedua, fluktuasi kurs rupiah terhadap mata uang asing dan yang terakhir adalah penurunan harga crude sebagai bahan baku dari bahan bakar minyak. "Kita populerkan (kondisi ini) dengan triple shock," ungkap Mas'ud.
(fai)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1980 seconds (0.1#10.140)