Bukannya Untung, Dua BUMN Farmasi Ini Justru Buntung Saat Pandemi

Senin, 05 Oktober 2020 - 23:59 WIB
loading...
Bukannya Untung, Dua BUMN Farmasi Ini Justru Buntung Saat Pandemi
Holding Badan Usaha Milik Negara (BUMN) farmasi yakni PT Bio Farma (Persero) dan anggota holdingnya, PT Indofarma Tbk, mencatat laba yang kurang menguntungkan sepanjang semester II 2020. Foto/Dok
A A A
JAKARTA - Holding Badan Usaha Milik Negara (BUMN) farmasi yakni PT Bio Farma (Persero) dan anggota holdingnya, PT Indofarma Tbk, mencatat laba yang kurang menguntungkan sepanjang semester II 2020. Sejatinya pandemi corona atau Covid-19 membawa keuntungan bagi industri farmasi, menyusul meningkatnya permintaan terhadap produk kesehatan.

Bio Farma sebagai holding BUMN farmasi mencatatkan kinerja keuangan hingga kuartal II tahun ini mencapai Rp5,7 triliun. Angka ini menurun signifikan bila dibandingkan dengan periode yang sama 2019 yang mencapai Rp13,3 triliun.

(Baca Juga: Bos Bio Farma Sebut Harga Vaksin Covid-19 Rp200.000, Beneran Nih? )

Sementara itu, Indofarma sebagai anggota holding meraih laba bersih pada kuartal II sebesar Rp4,7 miliar. Angka ini juga menurun signifikan bila dibandingkan kuartal II 2019 yang menorehkan keuntungan di angka Rp7,96 miliar. Meski begitu, Indofarma menargetkan keuntungan perseroan hingga akhir 2020 sebesar Rp22,3 miliar.

Direktur utama Bio Farma Honesti Basyir mengatakan, laba perseroan yang terkontraksi negatif disebabkan perlambatan impor bahan baku kesehatan selama pandemi Covid-19. Dia menilai, awal periode pandemi banyak negara membatasi impor dan bahkan merebutkan bahan baku kesehatan. Hal itu menyebabkan terjadinya penurunan produksi.

"Permasalahan kita adalah bahan baku karena Covid-19. Bahan baku di Indonesia 90 persen impor, saat pandemi terjadi rebutan supply bahan baku, negara-negara lain juga membatasi ekspornya untuk ketahanan negara masing-masing," ujar Honesti saat rapat dengar pendapat bersama Komisi VI DPR secara virtual Jakarta, Senin (5/10/2020).

Pembatasan impor bahan baku juga menyebabkan terjadinya kenaikan harga. Honesti menyebut, kenaikan harga bahan baku itu terjadi lima kali lipat dari harga normal. Hal itulah yang mempengaruhi laba holding BUMN farmasi sepanjang semester I tahun ini.

Meski begitu, manajemen Bio Farma optimis bila hingga semester II tahun ini perseroan tidak mengalami kerugian. "Tapi laba bersih agak berat karena ada biaya-biaya akibat pandemi. Pendapatan kita optimistis tidak akan rugi tapi memang tidak sama saat kondisi normal," kata dia.

Dalam kesempatan itu, Honesti meluruskan persepsi yang menilai bahwa industri kesehatan dan farmasi menjadi salah satu sektor yang tidak terdampak pandemi Covid-19. Honesti bilang, meski tidak separah sektor bisnis lainnya, bisnis farmasi pun cukup terdampak akibat penyebaran Covid-19.

(Baca Juga: Bagaimana Hasil Relawan yang Disuntik Vaksin Covid-19? Nih Penjelasan Bio Farma )
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2143 seconds (0.1#10.140)