Ironi Bank Syariah di Negara Muslim Terbesar Dunia

Sabtu, 10 Oktober 2020 - 07:33 WIB
loading...
A A A
“Di masa pandemi ini kita tetap melakukan kegiatan edukasi dengan menyelenggarakan webinar, seperti edukasi keuangan syariah di kampus-kampus dan pesantren, karyawan dan profesional, serta pelaku UMKM,” ujar Kristrianti Puji Rahayu, Kepala Departemen Literasi dan Inklusi Keuangan OJK, saat webinar di Jakarta, Jumat (9/10/2020).

Para pemangku kepentingan harus berupaya sungguh-sungguh untuk memperbanyak infrastruktur perbankan syariah. Kesungguhan tak cuma dari pihak otoritas, tapi juga entitas bisnis, terutama bank-bank konvensional yang memiliki bank syariah. Pasalnya, hampir semua bank syariah merupakan perusahaan anak bank konvensional.

Jika para induknya tak berniat sungguh-sungguh membesarkan anak usahanya itu, ya jangan berharap perbankan syariah bisa tumbuh lebih cepat dan besar. Muliaman Hadad, mantan bos OJK, pernah menyatakan bahwa rasio pertumbuhan dan market share bank syariah terhadap bank konvensional itu sulit membesar dengan cepat.

Musababnya, ketika bank syariah mengalami pertumbuhan, maka bank konvensional juga demikian. Kecuali, bank-bank konvensional yang memiliki bank syariah memang serius mengembangkan anak usahanya itu. Jika tidak, ya wassalam. Misalnya, menyapih (spin off) UUS dari sang induk dan kemudian mendorongnya melantai di bursa (IPO).

Khusus pemerintah, mempercepat merger bank-bank syariah BUMN. Bisa juga menempuh langkah yang "radikal" seperti mengubah bank BUMN menjadi syariah. Misalnya, mengkonversi sebuah bank BUMN konvensional menjadi bank syariah. Wacana seperti ini pernah muncul di tahun 2013 lalu. Makin ciamik jika konversi itu kemudian dilebur dengan bank-bank syariah pelat merah yang sudah ada. Jika itu dilakukan maka ruang gerak perbankan syariah makin leluasa meningkatkan literasi dan inklusi keuangannya.

Pengembangan perbankan syariah memang perlu dilakukan lantaran lembaga ini punya peran sangat penting dalam upaya peningkatan literasi dan inklusi keuangan syariah di Indonesia. Selain itu, harap diingat, mayoritas penduduk Indonesia yang beragama Islam merupakan potensi pasar yang luar biasa. Bahkan, secara global, potensi itu juga sangat menggiurkan.

John Kosasih Presiden Direktur BCA Syariah mengungkapkan besarnya potensi perbankan syariah di Indonesia. Berdasarkan Global Islamic Report, Indonesia merupakan pasar produk halal terbesar di dunia, sekitar 10% dari total pasar produk halal dunia.

“Total halal market dunia tahun 2018 sekitar USD2,2 triliun atau senilai dengan Rp33 ribu triliun. Bahkan hingga tahun 2024 pasar produk halal dunia diperkirakan akan tumbuh dari USD 2,2 triliun menjadi USD 3,2 triliun dan pasar produk halal Indonesia diproyeksikan akan tumbuh signifikan menjadi USD320 juta atau setara Rp4.800 triliun," jelas John.
(uka)
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1192 seconds (0.1#10.140)