Hari Pangan Sedunia, Peran Petani Dalam Pemenuhan Pangan Kian Meningkat

Sabtu, 17 Oktober 2020 - 11:14 WIB
loading...
Hari Pangan Sedunia, Peran Petani Dalam Pemenuhan Pangan Kian Meningkat
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengemudikan alat pertanian saat ikut panen padi di Karawang. Foto: dok/Kementan
A A A
JAKARTA - Pandemi Covid-19 memberi makna yang berbeda bagi perayaan Hari Pangan Sedunia (HPS) tahun ini. Tantangan pangan kian kompleks, peran petani dalam pemenuhan pangan bagi lebih dari 273 juta jiwa masyarakat Indonesia pun kian meningkat.

Meski dalam suasana yang berbeda, Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo mengajak masyarakat agar dapat memberi energi untuk berkontribusi bersama dalam menghadirkan sistem produksi hingga pola konsumsi pangan yang lebih bertanggung jawab.



“HPS 2020 ini harus memberi artikulasi yang baik terhadap pangan. Kita harus secara bersama-sama menghadirkan pangan bagi 273 juta jiwa masyarakat Indonesia, dengan membangun sistem pangan yang lebih baik dan pertanian yang lebih maju, mandiri dan modern,” kata Syahrul di Jakarta kemarin. (Baca: Inilah 10 Adab Berbicara Agar Lisan terjaga)

Syahrul mengajak semua pihak, termasuk dari tingkat keluarga, untuk berperan dalam hal pangan lewat program Family Farming. Upaya ini diharapkan mampu melahirkan pahlawan-pahlawan pangan baru yang turut berperan menghadapi tantangan pemenuhan pangan di Indonesia.

“Kebersamaan yang kita bangun dapat menghadirkan program-program baru yang lebih akseleratif seperti Family Farming. Program ini membuka peluang bagi setiap keluarga untuk memenuhi kebutuhan pangannya secara mandiri,” ungkap Syahrul.

Family Farming, bagi Syahrul, dapat mendukung gerakan diversifikasi pangan, dan penguatan pangan lokal, sebagai alternatif pangan nonberas. “Kalau begitu, pertanian keluarga juga berpotensi besar dalam mendukung pangan lokal, diversifikasi pangan menjadi pilihan. Orang bisa kenyang tidak hanya dengan beras, berbagai pangan lokal juga bisa menjadi pilihan dan bagian yang harus terus kita dorong,” tegas Syahrul. (Baca juga: Kemendikbud Akan Kembangkan SMK untuk Bangun Desa)

Syahrul mengapresiasi kepada petani yang selama ini telah menjadi pahlawan pangan. “Siapa yang telah berjuang dan memberi kekuatan dalam menyediakan pangan untuk negara, mereka layak kita sebut sebagai Pahlawan Pangan. Kalau beli baju, motor, atau lainnya bisa kita tunda, tapi pangan tidak bisa kita tunda, masalah perut tidak bisa menunggu,” terang Syahrul.

Sementara itu, Perwakilan FAO di Indonesia Victor Mol mengatakan, HPS tahun ini dapat menjadi kesempatan kita untuk berterima kasih kepada Pahlawan Pangan, yakni petani, nelayan, komunitas hutan, dan pekerja di seluruh rantai pasokan makanan yang dalam keadaan apa pun terus menyediakan makanan untuk komunitas mereka dan sekitarnya.

Tema HPS tahun ini menyerukan untuk membangun kembali dengan sistem pangan yang lebih baik dan pertanian yang lebih tangguh dan kuat. “Lebih dari sebelumnya, kita membutuhkan inovasi dan kemitraan yang kuat. Setiap orang memiliki peran untuk dilakukan mulai dari pemerintah, swasta, hingga individu untuk memastikan makanan sehat dan bergizi tersedia untuk semua,” ungkap Victor Mol.

Bertepatan dengan Hari Pangan Sedunia ini, FAO berusia 75 tahun. FAO berdiri pada 16 Oktober 1945, beberapa hari sebelum Perserikatan Bangsa-Bangsa didirikan. FAO didirikan untuk membangun pertanian dan menyediakan makanan yang cukup dan bergizi bagi semua orang. Kehancuran masif perang Dunia II yang menimbulkan jutaan korban meninggal dunia baik karena perang maupun kelaparan merupakan latar belakang pendirian FAO. (Lihat videonya: Pernyataan Bank Dunia Mengani Undang-Undang Cipta Kerja)

“FAO lahir di tengah bencana. Situasi saat pandemi Covid-19 semakin menjelaskan bahwa misi FAO hari ini tak berubah sejak FAO berdiri 75 tahun lalu. Pandemi Covid-19 mengingatkan kita bahwa kecukupan dan keamanan pangan bergizi dan pola makan yang sehat penting untuk semua orang,” tegas Victor.

Sampai hari ini kelaparan masih terjadi, angka kegemukan cukup tinggi, lingkungan rusak, pemborosan makanan cukup marak, serta kurangnya proteksi pekerja sepanjang rantai pangan merupakan ironi di tengah kemampuan memproduksi pangan yang cukup. Pandemi menambah kekhawatiran baru di area pangan dan pertanian. Namun, pada saat yang sama pandemi memberikan kesempatan untuk membangun kembali sistem pangan dan pertanian. (Sudarsono)
(ysw)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1510 seconds (0.1#10.140)