Generasi Z dan Milenial Paling Banyak Lakukan Transaksi Digital

Selasa, 20 Oktober 2020 - 23:23 WIB
loading...
Generasi Z dan Milenial...
Foto/Ilustrasi/SINDOnews
A A A
JAKARTA - Kemudahan berbelanja daring selama pandemi membuat e-commerce dan transaksi keuangan digital semakin menjadi pilihan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Riset Kredivo dan Katadata Insight Center mengenai Perilaku Konsumen E-Commerce Indonesia menunjukkan peningkatan adopsi digital dan keyakinan konsumen untuk bertransaksi dalam nominal besar.

Dari riset yang sama, peningkatan aktivitas transaksi digital didukung oleh konsumen generasi Z dan milenial yang berkontribusi sebesar 85% dari total transaksi. Meski demikian, menariknya semua kelompok umur tetap terbuka untuk bertransaksi daring, terlihat dari jumlah transaksi rata-rata per orang per tahun yang hampir sama, yakni 17-20 kali dalam setahun, berapa pun usianya. ( Baca juga:Restriksi Lalu Lintas Data Bisa Hambat Ekonomi Digital )

General Manager Kredivo Indonesia Lily Suriani menyampaikan di tengah upaya pemerintah dalam pemulihan ekonomi nasional , fokus Kredivo adalah memberikan kemudahan akses dan fleksibilitas pembayaran guna terus menjaga pertumbuhan transaksi para merchant, dan mampu untuk turut menjaga daya beli masyarakat, serta meningkatkan kepercayaan konsumen Indonesia dalam berbelanja daring.

Berdasarkan data internal Kredivo pada September 2020, jumlah transaksi pengguna dan rata-rata nilai pembelanjaan (AoV) sudah melebihi angka pre-COVID. Ada Optimisme bahwa pemulihan ekonomi bergerak ke arah yang positif.

"Konsumen sudah kembali memiliki keberanian untuk berbelanja, apalagi jika distimulasi oleh berbagai program yang menarik dan meringankan pembayaran," kata dia saat webinar di Jakarta Selasa (20/10/2020).

Peningkatan adopsi digital dan keyakinan konsumen tersebut sejalan dengan temuan Survei Nasional Literasi Keuangan (SNLIK) dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) tahun 2019. Survei tersebut menunjukkan indeks inklusi keuangan atau penggunaan produk keuangan yang sudah mencapai 76,19%.

Akan tetapi masih terdapat kesenjangan angka tersebut dengan indeks literasi keuangan (38,03%) yang menunjukkan pemahaman. Kesenjangan itu memperlihatkan banyak pengguna produk keuangan di Indonesia yang belum tahu dan terampil menggunakan produk keuangan secara efektif.

Padahal, sebagai negara dengan nilai ekonomi digital terbesar di Asia Tenggara, literasi keuangan yang baik khususnya di ranah digital menjadi penting.

Di tengah Bulan Inklusi Keuangan sepanjang Oktober 2020, literasi keuangan digital pun semakin digalakkan pemerintah maupun pemain industri sektor keuangan. Hal ini sejalan dengan inisiatif Literasi Keuangan Digital yang merupakan upaya Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk terus meningkatkan literasi keuangan masyarakat melalui teknologi informasi.

Terlebih di tengah keterbatasan berbagai kegiatan sosialisasi literasi keuangan yang berbentuk fisik akibat pandemi. Deputi Direktur Pengaturan, Penelitian dan Pengembangan Teknologi Finansial Otoritas Jasa Keuangan Munawar Kasan, literasi keuangan digital memiliki empat komponen.

Pertama yaitu mengetahui produk, paham produk dalam industri keuangan digital dan aneka produk fintech. Kedua, yakni bijak memanfaatkan, tak hanya memanfaatkan tetapi juga meminjam sesuai kebutuhan, menghitung kemampuan membayar, paham bunga, denda. bayar sesuai jumlah dan waktunya.

"Kemudian berbicara soal literasi literasi, penting untuk mengetahui risiko dan bagaimana mitigasinya, khususnya mengenai penggunaan data pribadi di tengah literasi digital masyarakat yang masih rendah. Terakhir paham menyelesaikan masalah, khususnya terkait pelaporan apabila ada pengaduan," beber dia.

Di samping empat poin tersebut, inovasi dan kolaborasi regulator dan industri dalam mendorong literasi keuangan terus didorong oleh pelaku industri fintech lending. ( Baca juga:Pasar Modal Mulai Dikuasai Investor Lokal, Performa Lebih Kuat dari Thailand )

Ketua Harian AFPI, Kuseryansyah menekankan di tengah fintech adoption di Indonesia yang masih di bawah 34% dan funding gap sebesar Rp989 Triliun, kolaborasi regulator dan industri, serta inovasi dari pelaku ekosistem digital penting dalam memaksimalkan pemanfaatan kehadiran kemudahan akses keuangan digital saat ini secara bijak.

"Dengan ruang tumbuh yang masih cukup tinggi, kami berharap pelaku industri fintech dapat terus mendukung program literasi keuangan digital sesuai misi AFPI dan program OJK dan pemerintah dalam pemulihan ekonomi nasional," tutup Kasan.
Kunthi fahmar sandy
(uka)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2025 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.5807 seconds (0.1#10.24)