Tingkatkan Skill SDM Pasca Pandemi

Kamis, 22 Oktober 2020 - 06:01 WIB
loading...
A A A
Otomatisasi dinilai akan menjadi kebutuhan utama dan memegang peranan besar dalam menjalankan roda bisnis perusahaan. Studi Fredy dan Osborne juga memprediksi hampir separuh karyawan di AS terancam kehilangan pekerjaan dalam 10 tahun ke depan. Negara berkembang juga akan terkena dampaknya. “Hal ini sangat mencemaskan mengingat tingkat pengangguran sarjana juga masih tinggi,” kata ahli ekonomi dari Bank Dunia, Jieun Choi.

Menurut Choi, sedikitnya 600 juta pekerjaan baru perlu dibangun dalam 10 tahun ke depan. Sebab, China dan India saja akan memiliki sekitar 500 juta calon pekerja muda pada 2030 nanti.

Senada dengan Saadia, Choi mengatakan bahwa teknologi otomasi tidak semuanya akan berdampak buruk terhadap pasar buruh. Pada dasarnya, kemajuan teknologi akan menciptakan lapangan pekerjaan baru yang belum ada sebelumnya, bahkan biasanya jumlahnya lebih besar dibandingkan pekerjaan yang hilang.

“Pada zaman dulu komputer menghapus beberapa pekerjaan, tapi di sisi lain juga membuka pekerjaan baru. Hanya saja skill-nya lain. Perusahaan kini banyak membutuhkan tenaga TI (teknologi informasi),” tambahnya, “peluang seperti itu tidak pernah terbayangkan oleh masyarakat dalam dua atau tiga dekade yang lalu.” (Baca juga: Tokoh KAMI Ahmad Yani Akui Hendak Diangkut Polisi)

Perubahan lanskap pekerjaan sudah berubah sejak beberapa tahun terakhir. Perusahaan seperti Google dan Apple telah mengubah bisnis musik hingga komunikasi, Amazon mengubah pasar ritel, dan Uber mengubah industri taksi. Menurut para ahli, dengan teknologi baru, perusahaan dapat meraup untung lebih besar.

“Revolusi industri 4.0 merupakan peluang bagi sektor manufaktur AS untuk mengembalikan posisi yang membutuhkan skill ke dalam ekonomi nasional,” kata pengamat industri Aaron Ahlburn dari JLL, dilansir jilrealviews.com. Dia menambahkan, AS memiliki keuntungan ketika berbicara tentang buruh yang memiliki skill tinggi.

Sebelumnya, perusahaan ritel Uniqlo Co Ltd menggantikan 90% stafnya dengan AI dan robot di seluruh pabriknya. Seperti dilansir Financial Times, induk perusahaan Uniqlo, Fast Retailing, meneken kemitraan dengan startup robot Mujin untuk menciptakan jenis robot baru. Salah satu robot yang dipesan ialah robot pemaketan. (Baca juga: NASA dan Nokia Hendak Bangun Jaringan 4G di Bulan)

Inovasi itu dinilai penting mengingat Uniqlo berencana memproses semuanya secara otomatis. Wakil Presiden Eksekutif Fast Retailing Takuya Jimbo mengatakan, inovasi pengembangan dan penggunaan robot di dalam pabrik itu penting. Pasalnya, saat ini Jepang sedang mengalami krisis sumber daya manusia (SDM).

“Kami sangat sulit mencari pekerja baru,” ujar Jimbo. “Kami sebisa mungkin harus menjadi yang terdepan dan pantang menyerah, sekalipun melalui trial and error. Pasalnya, menurut saya, perusahaan yang mampu memperbaharui model bisnisnya adalah perusahaan yang akan mampu bertahan hidup.”

Sementara itu, Direktur Jenderal International Labour Orgaization Guy Ryder mengungkapkan, saat ini terjadi dislokasi di pasar tenaga kerja dengan skala sangat besar. ILO memperkirakan, 495 juta pekerjaan hilang pada pertengahan tahun ini. Kondisi itu merupakan pukulan besar terhadap pendapatan tenaga kerja karena mengalami penurunan lebih dari 10%. (Lihat videonya: Diduga Depresi, Anggota Polisi Tewas Tembak Dada Sendiri)
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1057 seconds (0.1#10.140)