Ekonom Kasih 6 Catatan Penting Pasar Obligasi Pemerintah, Yuk Cek!
loading...
A
A
A
JAKARTA - Pasar obligasi pemerintah di tahun 2020 nyaris tidak berkaitan dengan aktivitas investasi pemerintah. Chief Economist CIMB Niaga Adrian Panggabean menuturkan ada enam catatan penting terkait pasar obligasi pemerintah.
Pertama, belanja APBN yang dibiayai oleh defisit tahun ini lebih disasarkan untuk program pemulihan dan dukungan subsidi konsumsi rumah tangga, bukan belanja modal.
Kedua, belanja pembangunan atau modal yang ada pun mengalami pemotongan tajam sejalan dengan merosotnya penerimaan pajak dan rendahnya aktivitas ekonomi atau bisnis.
Ketiga, tingginya likuiditas di pasar uang akibat kebijakan pelonggaran kuantitas uang oleh Bank Indonesia ternyata tidak menyebabkan naiknya dinamika di pasar saham dan obligasi. Yield tenor 10 tahun tetap berada di kisaran 6,8 - 6,9% sepanjang Agustus-September.
( )
"Keempat, animo investor secara keseluruhan justru menunjukkan penurunan di bulan September 2020 dengan total permintaan di lelang obligasi menunjukkan penurunan," katanya saat dihubungi di Jakarta, Kamis (22/10/2020).
Kelima, struktur pasar obligasi negara saat ini telah menjadi sangat “concentrated” karena 80% dinamika di pasar bergantung pada investor asing, bank indonesia, serta bank komersial.
Keenam, realisasi defisit APBN sampai Agustus 2020 hanya mencapai 3% dari PDB. "Artinya, realisasi defisit fiskal (APBN) di tahun 2020 diperkirakan hanya akan mencapai 5% dari PDB, alias jauh dibawah target defisit 6,3% dari PDB yang disampaikan dalam Perppu revisi APBN," pungkas Adrian.
( )
Rendahnya penyaluran belanja ini menurut dia menyebabkan tetap rendahnya penyerapan saat lelang obligasi. Sehingga pada gilirannya telah menyebabkan turunnya animo investor domestik di pasar obligasi.
Pertama, belanja APBN yang dibiayai oleh defisit tahun ini lebih disasarkan untuk program pemulihan dan dukungan subsidi konsumsi rumah tangga, bukan belanja modal.
Kedua, belanja pembangunan atau modal yang ada pun mengalami pemotongan tajam sejalan dengan merosotnya penerimaan pajak dan rendahnya aktivitas ekonomi atau bisnis.
Ketiga, tingginya likuiditas di pasar uang akibat kebijakan pelonggaran kuantitas uang oleh Bank Indonesia ternyata tidak menyebabkan naiknya dinamika di pasar saham dan obligasi. Yield tenor 10 tahun tetap berada di kisaran 6,8 - 6,9% sepanjang Agustus-September.
( )
"Keempat, animo investor secara keseluruhan justru menunjukkan penurunan di bulan September 2020 dengan total permintaan di lelang obligasi menunjukkan penurunan," katanya saat dihubungi di Jakarta, Kamis (22/10/2020).
Kelima, struktur pasar obligasi negara saat ini telah menjadi sangat “concentrated” karena 80% dinamika di pasar bergantung pada investor asing, bank indonesia, serta bank komersial.
Keenam, realisasi defisit APBN sampai Agustus 2020 hanya mencapai 3% dari PDB. "Artinya, realisasi defisit fiskal (APBN) di tahun 2020 diperkirakan hanya akan mencapai 5% dari PDB, alias jauh dibawah target defisit 6,3% dari PDB yang disampaikan dalam Perppu revisi APBN," pungkas Adrian.
( )
Rendahnya penyaluran belanja ini menurut dia menyebabkan tetap rendahnya penyerapan saat lelang obligasi. Sehingga pada gilirannya telah menyebabkan turunnya animo investor domestik di pasar obligasi.
(ind)