Produktif dan Dapat Duit di Tengah Pandemi

Senin, 26 Oktober 2020 - 07:05 WIB
loading...
A A A
Menulis Buku hingga Bercocok Tanam

Dalam kesempatan ini, Mamanjuga sempat menceritakan tentang tiga kejadian penting di masa pandemi Covid-19 yang membuat kondisinya psikologisnya benar-benar terpukul. Dia kehilangan dua orang yang sangat dicintai dan disayangi. Ibu mertuanya meninggal dunia pada 12 Mei dan ibu kandungnya wafat pada 12 Juli. Kejadian ketiga, anak Maman melahirkan cucunya yang pertama secara prematur pada 12 Juni.

"Saya sangat terpukul. Kejadian-kejadian itu 'menghajar' betul secara psikologis. Bayangkan kalau di dalam kondisi seperti it, saya tidak punya kegiatan apapun dan tidak punya penghasilan," ujar Maman lirih. (Baca juga: Ratusan Ribu Bayi Meninggal Akibat Polusi Udara)

Meski mendapat tekanan berat, namun Maman tetap produktif menulis bahkan menghasilkan delapan buku. Enam buku telah terbit hingga Agustus 2020, satu buku akan terbit pada November 2020, dan satu buku kumpulan puisi tentang ibu kandung dan ibu mertuanya berjudul 'Ibu Sebuah Obituari Cinta' sedang tahap akhir dan menunggu waktu terbit. Dari delapan buku tersebut, empat buku ditulis Maman berkolaborasi dengan beberapa orang di antaranya Guru Besar Monash University, Australia Nadirsyah Hosen.

Dari delapan buku tersebut, kata Maman, lima di antaranya sudah disiapkan dan ditulis sejak Oktober hingga Desember 2019. Lima buku ini sebenarnya memang disiapkan untuk terbit pada 2020, tapi bukan direncanakan di saat pandemi. Musababnya kondisi pandemi baru hadir belakangan lebih khusus di Indonesia mulai terungkap suspect pertama pada awal Maret 2020.

"Semesta tuh kayak hanya menyiapkan saya saja. Seperti disiapkan oleh Yang Maha Kuasa untuk menghadapi kondisi ini. Tidak direncanakan kan sebenarnya yang lima buku di masa pandemi. Saya betul-betul disiapkan oleh semesta untuk tetap punya pegangan, tetap punya pekerjaan yang menghasilkan," tuturnya.

Sebagai pekerja kreatif, Maman mengatakan, praktis semua kegiatannya di masa pandemi tidak bisa dilakukan di luar rumah. Maman memenuhi kegiatan literasi, webinar pelatihan kepenulisan, maupun bertindak sebagai konsultan komunikasi bagi beberapa lembaga dan institusi pemerintahan dari rumah dengan tetap bersama keluarga. Kondisi ini jauh berbeda dengan 2019, di mana Maman hanya ada di rumah dua hari dalam satu pekan, yakni Sabtu dan Minggu.

Maman mengakui, dirinya adalah generasi yang gagap teknologi. Di masa pandemi, mau tidak mau ia harus beradaptasi secara cepat dan memanfaatkan teknologi semaksimal mungkin. Maman berkomunikasi dengan penerbit, memantau perkembangan buku, dan promosi secara online. (Baca juga: Rawan Korupsi, KPK Akan Mobitor Pilkada di Daerah ini)

Bahkan Maman secara mandiri mempromosikan dan menjual buku-buku karyanya melalui akun media sosial miliknya, baik Facebook, Twitter, maupun Instagram. Maman juga harus membungkus sendiri buku jika ada pesanan dari pembaca, berikutnya bolak-balik ke agen-agen kurir untuk mengirimkan pesanan. Lama kelamaan Maman pun jadi terbiasa melayani penjualan secara online.

"Di masa pendemi ini kan toko-toko buku hampir semua tutup dan mereka pindah penjualan dengan cara online. Saya pun harus siap melayani pembaca saya di mana saya menjual sendiri buku saya dari rumah. Mendukung promosinya dari rumah supaya toko-toko buku online juga terbantukan penjualannya," tandasnya.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2097 seconds (0.1#10.140)