Lawan Isu Negatif, Minyak Sawit Merah Alami Diyakini Aman Bagi Kesehatan

Kamis, 05 November 2020 - 16:33 WIB
loading...
Lawan Isu Negatif, Minyak Sawit Merah Alami Diyakini Aman Bagi Kesehatan
Foto/Ilustrasi/SINDOnews
A A A
JAKARTA - Isu negatif terhadap sawit di dalam negeri masih marak dan kerap diterima masyarakat dengan pemahaman yang keliru sehingga dianggap sebagai kebenaran umum. Salah satunya tuduhan bahwa minyak sawit tidak baik bagi kesehatan sudah lama menjadi kampanye negatif dari produsen minyak nabati lain. ( Baca juga:Industri Sawit Redup, Ini Sebabnya )

Tuduhan negatif seperti minyak sawit mengandung kolesterol, asam lemak trans, dan menyebabkan penyakit-penyakit degeneratif telah lama digunakan untuk menghadang minyak sawit di pasar internasional. Padahal tuduhan tersebut tidak lain karena produsen minyak nabati lain kalah bersaing dengan minyak sawit.

Sejatinya kelapa sawit bukan tanaman asli Indonesia. Kelapa sawit berasal dari Afrika yang kemudian dibawa orang Belanda ke Indonesia. Tanaman ini bisa tumbuh subur setelah dicoba di beberapa daerah sehingga sejak 1990 kelapa sawit dibudidayakan secara komersial dan meluas di Sumatera.

Ketua Umum Masyarakat Perkelapasawitan Indonesia (MAKSI) Darmono Taniwiryono menjelaskan, minyak sawit merah alami atau virgin red palm oil (VRO) menjadi bahan dasar makanan sehari-hari masyarakat Afrika. Bahkan di Afrika Barat, VRO dijual di pasar tradisional sebagai kelompok bumbu-bumbu memasak.

Sementara di Indonesia, masih banyak orang yang belum paham bahkan tidak tahu jika makanannya mengandung minyak kelapa sawit. "Minyak sawit alami sudah turun-temurun sejak ribuan tahun yang lalu di negara-negara tempat sawit dianggap sudah sebagai makanan tradisional," ujarnya dalam Fellowship Journalist Batch II 2020 yang diselenggarakam oleh Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDP-KS) secara daring baru-baru ini.

Darmono menjelaskan, minyak sawit justru baik untuk kesehatan dibandingkan dengan minyak nabati lainnya. VRO mengandung beta karoten atau pro-vitamin A 15 kali lebih tinggi daripada pro-vitamin A yang terkandung dalam wortel. Selain itu, VRO juga mengandung asam palmitat yang merupakan lemak jenuh dan salah satu komponen dominan di dalam minyak sawit.

Minyak sawit mengandung vitamin E yang paling tinggi dibandingkan dengan minyak nabati lainnya. Vitamin E, tokotrienol, dan pro-vitamin A yang terlarut di dalam VRO merupakan antioksidan kuat yang mampu menangkal radikal bebas.

Menurut dia, edukasi dan sosialisasi kandungan VRO bagi masyarakat Indonesia masih kurang sehingga masih ada stigma negatif akan kandungan sawit sebagai efek dari kampanye negatif terhadap sawit Indonesia.

Darmono menilai tuduhan terhadap minyak sawit yang demikian sangat tidak beralasan, baik dari segi nilai gizi maupun bukti-bukti ilmiah, dalam memengaruhi konsumsi. Untuk itu, pemerintah, stakeholders, dan masyarakat harus melawan isu negatif sawit mengingat besarnya kontribusi kelapa sawit dalam kehidupan masyarakat Indonesia, mulai dari aspek ekonomi, sosial, hingga ketahanan energi.

"Kita banyak dipengaruhi oleh opini-opini dari barat yang memang tujuannya menekan perkembangan minyak kelapa sawit yang sehat. Mereka sengaja menuduh kelapa sawit," ungkapnya.

Pada tahun 2019, nilai ekspor minyak sawit (diluar produk Oleokimia & Biodiesel) mencapai USD15,57 miliar atau setara kurang lebih Rp220 triliun, melampaui nilai ekspor dari sektor migas maupun sektor nonmigas lainnya. Di masa pandemi Covid-19, sektor sawit juga terbukti mampu bertahan dan tetap menyumbangkan devisa ekspor sekitar USD13 miliar sampai dengan Agustus 2020, ditengah lesunya sektor-sektor penghasil devisa lainnya seperti migas, batubara, dan pariwisata. ( Baca juga:Jika Biden Menang di Nevada, Selesai Sudah Pilpres AS )

Perkebunan dan industri sawit juga membuka jutaan lapangan kerja di dalam negeri, baik untuk petani sawit, pekerja pabrik, maupun tenaga kerja lainnya di sepanjang rantai produksi kelapa sawit dari kebun sampai dengan menjadi produk akhir. Tercatat kurang lebih 4,2 juta tenaga kerja langsung dan 16 juta tenaga kerja tidak langsung yang diserap oleh sektor sawit.

Dengan besarnya peran komoditas sawit tersebut, sangat ironis bahwa kemudian komoditas ini belum menjadi tuan rumah di negeri sendiri.

"Indonesia merupakan produsen kelapa sawit terbesar di dunia. Karenanya, tidak heran banyak serangan-serangan yang ingin menjatuhkan Indonesia, terutama di sektor perkebunan kelapa sawit agar produktivitasnya bisa terganggu dan menurun," ungkap Direktur Utama BPDP-KS Eddy Abdurrachman.
(uka)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2318 seconds (0.1#10.140)