Penelitian Terbaru Membuktikan Indonesia Pilihan Populer Perusahaan Investasi Dunia

Selasa, 10 November 2020 - 19:10 WIB
loading...
Penelitian Terbaru Membuktikan Indonesia Pilihan Populer Perusahaan Investasi Dunia
Penelitian terbaru dari Standard Chartered mengungkapkan, Indonesia adalah pilihan populer dengan 43% perusahaan investasi dunia mencantumkannya sebagai salah satu pasar prioritas mereka. Foto/Ilustrasi
A A A
JAKARTA - Penelitian terbaru dari Standard Chartered mengungkapkan, bahwa meskipun diminati oleh perusahaan investasi terkemuka dunia, Indonesia tidak mendapatkan investasi yang dibutuhkan untuk membantu dunia dalam pemenuhan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG) PBB. Indonesia adalah pilihan populer dengan 43% perusahaan investasi dunia mencantumkannya sebagai salah satu pasar prioritas mereka.

Riset The USD50 Trillion Question menyelidiki bagaimana beberapa manajer aset terbesar di dunia, dengan gabungan aset dalam kelolaan (AUM) sebesar 50 triliun Dolar AS berinvestasi pada saat kritis ini untuk ekonomi global dan lingkungan.

(Baca Juga: Pembiayaan Non-Pemerintah untuk SDGs Diperkirakan Semakin Tinggi )

Penelitian, yang dilakukan melalui survei antara Juli dan Agustus 2020, menunjukkan bahwa hampir dua pertiga (64%) AUM diinvestasikan di pasar negara maju di Eropa dan Amerika Utara. 22% investasi ada di Asia, yang juga mencakup beberapa pasar maju di kawasan tersebut. Hanya 2% aset diinvestasikan di Timur Tengah, 3% di Afrika dan 5% di Amerika Selatan.

Di antara negara-negara berkembang di dunia, Indonesia adalah pilihan populer dengan 43% perusahaan investasi dunia mencantumkannya sebagai salah satu pasar prioritas mereka. Angka tersebut yang meningkat menjadi 60% di kelompok perusahaan-perusahaan investasi dengan pertumbuhan AUM setidaknya 5%.

CEO Standard Chartered Bank Indonesia, Andrew Chia mengatakan, bahwa, Riset The USD50 Trillion Question membuktikan bahwa investor perlu memperluas fokus mereka di luar negara maju.

"Indonesia, dan negara berkembang lainnya menawarkan peluang unik kepada investor: pengembalian yang kuat dikombinasikan dengan peluang untuk mendapatkan dampak positif yang signifikan. Sekaranglah waktunya untuk meraih peluang yang ada," kata Andrew di Jakarta, Selasa (10/11/2020).

(Baca Juga: Dorong Inovasi UMKM Berkelanjutan, Pertamina Raih Anugerah Gatra 2020 )

Sekitar 55% mengklaim bahwa SDG tidak relevan dengan investasi umum/mainstrean dan 47% mengatakan, bahwa investasi dalam SDG terlalu sulit untuk diukur. Namun demikian, seperlima investor mengakui bahwa mereka tidak mengetahui tentang SDGs.

Responden juga menyebutkan lima faktor utama yang dapat memacu lebih banyak investasi SDG, yaitu: perubahan peraturan, perlakuan pajak yang menguntungkan, bukti pengembalian yang lebih tinggi, data yang lebih baik untuk mengukur dampak, dan peningkatan permintaan dari investor ritel.

Studi The USD50 Triliun Question merupakan kelanjutan dari studi Opportunity2030: The Standard Chartered SDG Investment Map yang pertama kali mengungkapkan peluang multi triliun dolar bagi investor sektor swasta untuk membantu mencapai SDG di pasar negara berkembang.
(akr)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1015 seconds (0.1#10.140)