Diterjang Pandemi, Bisnis MICE Hadapi Tantangan Berat untuk Pulih

Selasa, 01 Desember 2020 - 14:20 WIB
loading...
Diterjang Pandemi, Bisnis MICE Hadapi Tantangan Berat untuk Pulih
Industri MICE diakui menghadapi tantangan berat untuk memulihkan diri akibat hantaman pandemi Covid-19. Foto/Ilustrasi
A A A
JAKARTA - Bisnis Meetings, Incentives, Conferences, and Exhibitions (MICE) diakui mengalami pukulan berat akibat dampak pandemi Covid-19 . Bahkan, ke depan sektor ini diprekirakan masih menghadapi tantangan berat untuk pulih.

"Sekarang yang menjadi isu kita adalah bagaimana membuat korporat tetap percaya bahwa penyelenggaraan MICE itu aman. Kedua, bagaimana insentif bisa kita lakukan dan juga mengedepankan keamanan," ujar Deputi Bidang Produk Wisata dan Penyelenggara Kegiatan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) Rizki Handayani pada pembukaan Second Indonesia International Mice Expo secara virtual, Selasa (1/12/2020).

(Baca Juga: ICTM Bali Gerakkan MICE Domestik dari Sektor Perusahaan)

Acara ini digawangi oleh tiga pelaku usaha di industri MICE yakni AlcorMICE sebagai perusahaan yang membawahi beberapa unit usaha, salah satunya di bidang venue, lalu RajaMICE yang merupakan perusahaan di bidang professional conference organizer, dan TripEvent sebagai perusahaan yang mengelola trip and event management company.

Menurut Rizki, hampir seluruh pelaku bisnis MICE di dunia saat ini masih mencoba membangun kepercayaan masyarakat bahwa bepergian sebenarnya masih aman. Namun Kemenparekraf masih belum mendorong sepenuhnya masyarakat untuk melakukan perjalanan. "Kita akan lihat situasi di lapangan dan perkembangan kasus Covid-19," ungkapnya.

Dia menuturkan, Kemenparekraf tetap mendorong adanya kegiatan MICE meskipun tidak terlampau besar. Hal ini dilakukan agar industrinya tetap berjalan dan masyarakat bisa terbiasa dengan protokol kesehatan baru.

(Baca Juga: Pulihkan Industri MICE, Kemenparekraf Sudah Kumpulkan 400 Buyer dan Seller)

Di sisi lain, Kemenparekraf juga sudah membuat protokol kesehatan berupa Cleanliness, Health, Safety, and Environmental Sustainability (CHSE) dan menyosialisasi kepada masyarakat.

"Kalau kita tidak pernah menjalankan protokol tersebut, akhirnya orang tidak tahu bagaimana ke depan menjalankan protokol itu. Saran saya kepada dinas pariwisata bisa berkolaborasi dengan pemberi izin untuk menyosialisasikan protokol tersebut," jelasnya.

Rizki berharap meskipun dilakukan secara virtual, pertemuan ini bisa tetap mempromosikan produk seller dan buyer. "Yang paling penting komunikasi. Buat para seller tetaplah mempromosikan produk Anda dan buat buyer ketahuilah apa yang sedang dibutuhkan," tandasnya.
(fai)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.0985 seconds (0.1#10.140)