Kunjungan Wisman Meningkat 4,57%, Pariwisata Indonesia Mulai Menggeliat
loading...
A
A
A
JAKARTA - Pariwisata di Tanah Air sepertinya mulai menggeliat. Setidaknya, itu terlihat dari data yang dipaparkan Badan Pusat Statistik (BPS) yang menyatakan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) mengalami kenaikan.
BPS mencatat jumlah kunjungan wisman ke Indonesia bulan Oktober 2020 mencapai 158.190 kunjungan. Jumlah itu meningkat sekitar 4,57% jika dibandingkan bulan September 2020. (Baca: Jadikan Sifat Tawadhu sebagai Modal Kebahagiaan)
Kenaikan jumlah kunjungan wisman ini tentu saja menjadi kabar baik. Pasalnya, cara paling mudah untuk mendapatkan devisa negara dan perbaikan ekonomi salah satunya melalui sektor pariwisata.
Kenaikan jumlah kunjungan wisman tersebut memang masih jauh di bawah periode yang sama tahun lalu yang tercatat 1,35 juta kunjungan atau mengalami penurunan sekitar 88,25%. Namun, jumlah kunjungan wisman di bulan November tersebut merupakan kabar baik di tengah pandemi Covid-19 yang masih melanda Indonesia.
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Setianto mengatakan, peningkatan jumlah kunjungan wisman tersebut dipicu kebijakan beberapa negara yang sudah melakukan pelonggaran perjalanan wisata ke luar negeri bagi warga negaranya.
Meski begitu, tak dimungkiri ada beberapa negara lainnya yang masih memberlakukan pengetatan terkait perjalanan wisata. “Ini yang kemudian menyebabkan wisatawan mancanegara masih berpikir-pikir untuk berwisata karena masalah kesehatan,” tuturnya, di Jakarta, kemarin. (Baca juga: Selama PJJ, Guru Mengaku terkendala Jelaskan Materi Pelajaran ke Siswa)
Secara kumulatif (Januari–Oktober 2020), Setianto menyampaikan jumlah kunjungan wisman ke Indonesia mencapai 3,72 juta kunjungan. Jumlah ini turun sebesar 72,35% jika dibandingkan dengan jumlah kunjungan wisman pada periode yang sama tahun 2019 yang berjumlah 13,45 juta kunjungan.
Tanda-tanda perbaikan pariwisata ini juga terlihat dari tingkat penghunian kamar (TPK) hotel berbintang di Indonesia pada Oktober 2020 mencapai rata-rata 37,48%. Dibandingkan dengan bulan sebelumnya, TPK bulan ini mengalami kenaikan sebesar 5,36 poin.
Jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun lalu, memang masih jauh dari harapan, karena TPK pada Oktober 2019 tercatat sebesar 56,77%. Setianto mengatakan kenaikan TPK hotel berbintang ini lebih banyak dipengaruhi wisatawan domestik.
“Tren wisatawan mancanegara ini yang masih belum banyak bergerak sehingga TPK dipengaruhi oleh wisatawan domestik,” ujarnya. (Baca juga: Covid-19 Bisa Sebabkan Gigi Penderita Tanggal)
Rata-rata lama menginap tamu asing dan Indonesia pada hotel klasifikasi bintang selama Oktober 2020 tercatat sebesar 1,62 hari. “Ini terjadi penurunan sebesar 0,18 poin jika dibandingkan dengan keadaan Oktober 2019,” ucapnya.
Meski sudah ada pelonggaran di sejumlah negara, ia menyatakan belum usainya pandemi Covid-19 masih membuat wisman wait and see untuk melakukan kunjungan ke luar negeri.
Direktur Riset CORE Indonesia Piter Abdulah mengatakan kenaikan jumlah wisman memang cenderung meningkat dari bulan ke bulan, tapi masih sangat terbatas dan jauh di bawah normal.
Namun, dengan asumsi vaksin sudah ada dan bisa didistribusikan pada awal 2021, diyakini pandemi secara bertahap akan mereda. “Pandemi diperkirakan benar-benar berakhir paling cepat kuartal III/2021,” kata Piter saat dihubungi di Jakarta, kemarin. (Baca juga: Moeldoko Ungkap Sulitnya Menumpas Kelompok MIT Pimpinan Ali Kalora)
Seiring meredanya pandemi, lanjut dia, pariwisata diprediksi akan mulai membaik. “Saya perkirakan pariwisata akan benar-benar pulih pada kuartal IV/2021,” sebut dia.
Ketua Umum Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Hariyadi Sukamdani menambahkan permintaan sektor pariwisata akan naik jika masyarakat yakin bahwa penanganan Covid-19 berjalan dengan baik dan terjamin keamanannya.
Dia juga meminta agar pemerintah menghentikan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) transisi di DKI Jakarta dan kota lainnya serta menghapus peraturan yang menghambat pergerakan masyarakat. (Lihat videonya: Mari Sukseskan Pilkada Serentak 2020)
Menurut dia, pelaksanaan PSBB di lapangan tidak dilakukan dengan disiplin baik oleh masyarakat maupun pemerintah. Adapun selama PSBB diterapkan, tingkat okupansi hotel anjlok hingga ke kisaran 25%-30%. Bahkan pada bulan April-Mei 2020 ada anggota PHRI yang melaporkan bahwa sebanyak 2.000 hotel dan 8.000 restoran tutup. (Rina Anggraeni/Kunthi Fahmar Sandy)
BPS mencatat jumlah kunjungan wisman ke Indonesia bulan Oktober 2020 mencapai 158.190 kunjungan. Jumlah itu meningkat sekitar 4,57% jika dibandingkan bulan September 2020. (Baca: Jadikan Sifat Tawadhu sebagai Modal Kebahagiaan)
Kenaikan jumlah kunjungan wisman ini tentu saja menjadi kabar baik. Pasalnya, cara paling mudah untuk mendapatkan devisa negara dan perbaikan ekonomi salah satunya melalui sektor pariwisata.
Kenaikan jumlah kunjungan wisman tersebut memang masih jauh di bawah periode yang sama tahun lalu yang tercatat 1,35 juta kunjungan atau mengalami penurunan sekitar 88,25%. Namun, jumlah kunjungan wisman di bulan November tersebut merupakan kabar baik di tengah pandemi Covid-19 yang masih melanda Indonesia.
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Setianto mengatakan, peningkatan jumlah kunjungan wisman tersebut dipicu kebijakan beberapa negara yang sudah melakukan pelonggaran perjalanan wisata ke luar negeri bagi warga negaranya.
Meski begitu, tak dimungkiri ada beberapa negara lainnya yang masih memberlakukan pengetatan terkait perjalanan wisata. “Ini yang kemudian menyebabkan wisatawan mancanegara masih berpikir-pikir untuk berwisata karena masalah kesehatan,” tuturnya, di Jakarta, kemarin. (Baca juga: Selama PJJ, Guru Mengaku terkendala Jelaskan Materi Pelajaran ke Siswa)
Secara kumulatif (Januari–Oktober 2020), Setianto menyampaikan jumlah kunjungan wisman ke Indonesia mencapai 3,72 juta kunjungan. Jumlah ini turun sebesar 72,35% jika dibandingkan dengan jumlah kunjungan wisman pada periode yang sama tahun 2019 yang berjumlah 13,45 juta kunjungan.
Tanda-tanda perbaikan pariwisata ini juga terlihat dari tingkat penghunian kamar (TPK) hotel berbintang di Indonesia pada Oktober 2020 mencapai rata-rata 37,48%. Dibandingkan dengan bulan sebelumnya, TPK bulan ini mengalami kenaikan sebesar 5,36 poin.
Jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun lalu, memang masih jauh dari harapan, karena TPK pada Oktober 2019 tercatat sebesar 56,77%. Setianto mengatakan kenaikan TPK hotel berbintang ini lebih banyak dipengaruhi wisatawan domestik.
“Tren wisatawan mancanegara ini yang masih belum banyak bergerak sehingga TPK dipengaruhi oleh wisatawan domestik,” ujarnya. (Baca juga: Covid-19 Bisa Sebabkan Gigi Penderita Tanggal)
Rata-rata lama menginap tamu asing dan Indonesia pada hotel klasifikasi bintang selama Oktober 2020 tercatat sebesar 1,62 hari. “Ini terjadi penurunan sebesar 0,18 poin jika dibandingkan dengan keadaan Oktober 2019,” ucapnya.
Meski sudah ada pelonggaran di sejumlah negara, ia menyatakan belum usainya pandemi Covid-19 masih membuat wisman wait and see untuk melakukan kunjungan ke luar negeri.
Direktur Riset CORE Indonesia Piter Abdulah mengatakan kenaikan jumlah wisman memang cenderung meningkat dari bulan ke bulan, tapi masih sangat terbatas dan jauh di bawah normal.
Namun, dengan asumsi vaksin sudah ada dan bisa didistribusikan pada awal 2021, diyakini pandemi secara bertahap akan mereda. “Pandemi diperkirakan benar-benar berakhir paling cepat kuartal III/2021,” kata Piter saat dihubungi di Jakarta, kemarin. (Baca juga: Moeldoko Ungkap Sulitnya Menumpas Kelompok MIT Pimpinan Ali Kalora)
Seiring meredanya pandemi, lanjut dia, pariwisata diprediksi akan mulai membaik. “Saya perkirakan pariwisata akan benar-benar pulih pada kuartal IV/2021,” sebut dia.
Ketua Umum Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Hariyadi Sukamdani menambahkan permintaan sektor pariwisata akan naik jika masyarakat yakin bahwa penanganan Covid-19 berjalan dengan baik dan terjamin keamanannya.
Dia juga meminta agar pemerintah menghentikan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) transisi di DKI Jakarta dan kota lainnya serta menghapus peraturan yang menghambat pergerakan masyarakat. (Lihat videonya: Mari Sukseskan Pilkada Serentak 2020)
Menurut dia, pelaksanaan PSBB di lapangan tidak dilakukan dengan disiplin baik oleh masyarakat maupun pemerintah. Adapun selama PSBB diterapkan, tingkat okupansi hotel anjlok hingga ke kisaran 25%-30%. Bahkan pada bulan April-Mei 2020 ada anggota PHRI yang melaporkan bahwa sebanyak 2.000 hotel dan 8.000 restoran tutup. (Rina Anggraeni/Kunthi Fahmar Sandy)
(ysw)