Ini Dia Sosok Industrialis Rokok Kretek di Masa Lampau
loading...
A
A
A
Juragan rokok Nitisemito kemudian meresmikan nama perusahannya menjadi ‘Sigariten Fabriek M Nitisemito Koedoes’ pada 1918. Pabrik yang berlokasi di Desa Jati tersebut mempekerjakan 10.000 karyawan dan sejak itulah Kudus dikenal sebagai sentra rokok kretek. Pemandangan kota berubah drastis karena setiap pagi dan sore ramai dengan hilir mudik ribuah buruh parik rokok tersebut.
Satu hal lagi yang membuat kretek buatan Nitisemito terkenal adalah karena perusahaan itu mampu menerapkan strategi pemasaran modern yang hingga kini masih dilakukan para produsen modern. Konon, pada masa kejayaannya Nitisemito sudah melakukan berbagai cara promosi seperti membuka stan pameran, mobil keliling, hingga sponsorsip pada kegiatan olahraga. Sayangnya, pabrik rokok ini terpaksa ditutup oleh Nitisemito pada 1938 karena terjadi konflik keluarga.
Tutupnya pabrik rokok ini kemudian membuka peluang perusahaan lain dari Jawa Timur seperti Sampoerna (1913) dan Bentoel (1932). Kendati perusahaan Nitisemito sempat beroperasi lagi saat pendudukan Jepang, namun produksinya tidak bertahan lama karena pasokan bahan bakunya tersendat.
Kendati Nitisemito disebut sebagai Raja Kretek, namun kehadiran rokok kretek yang hingga saat ini beredar tidak bisa lepas dari seorang Djamhari yang disebut sebagai penemu kretek. Namun, sosok pria ini belum banyak yang mengulas karena minimnya bukti dan peninggalannya. Yang pasti dalam kedua buku yang di atas disebutkan Djamhari merupakan orang yang menemukan racikan rokok kretek dengan memadukan campuran tembakau dan cengkeh. Saat itu, campuran dua bahan tersebut digunakan sebagai obat batuk dan untuk melegakan napas dan hanya dikonsumsi sendiri beserta keluarganya.
Satu hal lagi yang membuat kretek buatan Nitisemito terkenal adalah karena perusahaan itu mampu menerapkan strategi pemasaran modern yang hingga kini masih dilakukan para produsen modern. Konon, pada masa kejayaannya Nitisemito sudah melakukan berbagai cara promosi seperti membuka stan pameran, mobil keliling, hingga sponsorsip pada kegiatan olahraga. Sayangnya, pabrik rokok ini terpaksa ditutup oleh Nitisemito pada 1938 karena terjadi konflik keluarga.
Tutupnya pabrik rokok ini kemudian membuka peluang perusahaan lain dari Jawa Timur seperti Sampoerna (1913) dan Bentoel (1932). Kendati perusahaan Nitisemito sempat beroperasi lagi saat pendudukan Jepang, namun produksinya tidak bertahan lama karena pasokan bahan bakunya tersendat.
Kendati Nitisemito disebut sebagai Raja Kretek, namun kehadiran rokok kretek yang hingga saat ini beredar tidak bisa lepas dari seorang Djamhari yang disebut sebagai penemu kretek. Namun, sosok pria ini belum banyak yang mengulas karena minimnya bukti dan peninggalannya. Yang pasti dalam kedua buku yang di atas disebutkan Djamhari merupakan orang yang menemukan racikan rokok kretek dengan memadukan campuran tembakau dan cengkeh. Saat itu, campuran dua bahan tersebut digunakan sebagai obat batuk dan untuk melegakan napas dan hanya dikonsumsi sendiri beserta keluarganya.
(ynt)