Tak Sekadar Terang, Berkat PLN Produksi Petani Bawang Sulsel Meningkat
loading...
A
A
A
Sementara itu, Camat Anggeraja, Kabupaten Enrekang, Suparman mengungkapkan, masyarakat petani terbantu sekali dengan hadirnya inovasi lampu pijar yang dijadikan pengusir hama, jadinya ada pengurangan penggunaan pestisida.
"Dahulu dua pikul bisa dianggarkan Rp50 juta, sekarang hanya Rp20 juta dengan asumsi penggunaan pestisida berkurang 70 sampai 85%. Jadi dari sisi kesehatan, bisa dipastikan petani sudah berkurang yang terpapar menggunakan pestisida," ungkapnya.
Dia mengakui, warga di Kecamatan Anggeraja sejak pertengahan tahun 2020 mulai melirik penggunaan lampu pijar tersebut, lalu kemudian meminta ke PLN untuk dipasangkan jaringan listrik.
"Semua petani pakai, makanya kalau di gunung-gunung daerah kami sudah seperti kota metropolitan makanya ramai kelihatan lampunya. kalau melihat di gunung sebelah, kayak kota besar padahal di sana merupakan lahan pertanian bawang merah," ungkapnya.
Suparman mengakui, dari sisi kualitas, bawang merah sudah tidak ada lagi bawang kecil, semua kualitasnya bagus dan bersaing dengan bawang impor.
"Alhamdulillah, sangat signifikan tidak ada lagi bawang kecil hasil semuanya bagus. Kualitas sekarang sudah bersaing dengan impor, pestisida sudah dikurangi. dulunya satu sampai dua hari semprot, sekarang baru satu minggu diberikan pestisida. Hasilnyapun sudah kian meluas dipasarkan tidak saja di Sulawesi, tapi ke Kalimantan hingga Papua," terangnya.
Hadirnya inovasi tersebut, diakui Suparman, membuat petani yang dulunya berhenti menjadi petani bawang, kembali bangkit. Bahkan, dari total 21.550 warga Kecamatan Anggeraja, Kabupaten Enrekang, 75%-nya sudah kembali menjadi petani, meski sekalipun mereka sudah menjadi ASN .
"Musim tanam 50 sampai 60 hari panen,dengan adanya inovasi penerapan lampu PLN sangat membantu ekonomi masyarakat. Pendapatan meningkat, dan dipastikan warga jadi sejahtera," paparnya.
"Dahulu dua pikul bisa dianggarkan Rp50 juta, sekarang hanya Rp20 juta dengan asumsi penggunaan pestisida berkurang 70 sampai 85%. Jadi dari sisi kesehatan, bisa dipastikan petani sudah berkurang yang terpapar menggunakan pestisida," ungkapnya.
Dia mengakui, warga di Kecamatan Anggeraja sejak pertengahan tahun 2020 mulai melirik penggunaan lampu pijar tersebut, lalu kemudian meminta ke PLN untuk dipasangkan jaringan listrik.
"Semua petani pakai, makanya kalau di gunung-gunung daerah kami sudah seperti kota metropolitan makanya ramai kelihatan lampunya. kalau melihat di gunung sebelah, kayak kota besar padahal di sana merupakan lahan pertanian bawang merah," ungkapnya.
Suparman mengakui, dari sisi kualitas, bawang merah sudah tidak ada lagi bawang kecil, semua kualitasnya bagus dan bersaing dengan bawang impor.
"Alhamdulillah, sangat signifikan tidak ada lagi bawang kecil hasil semuanya bagus. Kualitas sekarang sudah bersaing dengan impor, pestisida sudah dikurangi. dulunya satu sampai dua hari semprot, sekarang baru satu minggu diberikan pestisida. Hasilnyapun sudah kian meluas dipasarkan tidak saja di Sulawesi, tapi ke Kalimantan hingga Papua," terangnya.
Hadirnya inovasi tersebut, diakui Suparman, membuat petani yang dulunya berhenti menjadi petani bawang, kembali bangkit. Bahkan, dari total 21.550 warga Kecamatan Anggeraja, Kabupaten Enrekang, 75%-nya sudah kembali menjadi petani, meski sekalipun mereka sudah menjadi ASN .
"Musim tanam 50 sampai 60 hari panen,dengan adanya inovasi penerapan lampu PLN sangat membantu ekonomi masyarakat. Pendapatan meningkat, dan dipastikan warga jadi sejahtera," paparnya.