Tahun Ini Penerbitan Surat Utang Swasta Bakal Semarak
loading...
A
A
A
JAKARTA - Pertumbuhan ekonomi Indonesia diproyeksikan tumbuh 4,5% pada tahun 2021. Ekonom PT Pefindo Fikri C. Permana mengatakan, berbagai langkah menjadi faktor kunci, terutama distribusi vaksin secara merata.
"Saat ini kami berpegang dengan skenario moderat dengan kemungkinan pertumbuhan ekonomi Indonesia di 4,5% sampai akhir tahun 2021," ujarnya pada Market Review IDX Channel, Senin (4/1/2021). ( Baca juga:Ekonomi Mulai Pulih, Likuiditas Perbankan Tertinggi Sepanjang Sejarah )
Menurut dia, tekanan global diperkirakan mulai berkurang di tahun ini. The Fed diperkirakan masih akan menjaga tingkat suku bunga di level yang rendah. Sementara itu, dengan terpilihnya Joe Biden sebagai Presiden Amerika Serikat (AS) diperkirakan perekonomian AS akan lebih stabil.
"Di saat yang sama kami juga melihat dari dalam negeri, inflasi kita akan lebih baik dibanding tahun 2020. Kami harap inflasi sesuai perkiraan Bank Indonesia (BI) dalam kisaran 2%-4% di 2021 sehingga bisa menjadi peluang bagi BI untuk menurunkan suku bunga acuan," jelasnya.
Sementara untuk rupiah diproyeksi di level Rp14.000 hingga Rp14.5000 per USD. Menurut Fikri, dengan investor global yang sudah mulai mencari negara-negara dengan yield lebih tinggi, memungkinkan mendorong masuknya aliran modal global yang lebih banyak ke Indonesia di tahun ini. ( Baca juga:Abu Bakar Ba'asyir Segera Bebas, Ini Rekam Jejak dan Kontroversinya )
"Kami harapkan rupiah akan terjaga antara Rp14.000 sampai Rp14.500 sampai akhir 2021. Di saat yang sama, ini akan berdampak positif bagi pasar keuangan di Indonesia baik pasar modal atau pasar utang korporasi sehingga kami harapkan di 2021 mendatang penerbitan surat utang korporasi akan lebih tinggi dari tahun ini," tandasnya.
"Saat ini kami berpegang dengan skenario moderat dengan kemungkinan pertumbuhan ekonomi Indonesia di 4,5% sampai akhir tahun 2021," ujarnya pada Market Review IDX Channel, Senin (4/1/2021). ( Baca juga:Ekonomi Mulai Pulih, Likuiditas Perbankan Tertinggi Sepanjang Sejarah )
Menurut dia, tekanan global diperkirakan mulai berkurang di tahun ini. The Fed diperkirakan masih akan menjaga tingkat suku bunga di level yang rendah. Sementara itu, dengan terpilihnya Joe Biden sebagai Presiden Amerika Serikat (AS) diperkirakan perekonomian AS akan lebih stabil.
"Di saat yang sama kami juga melihat dari dalam negeri, inflasi kita akan lebih baik dibanding tahun 2020. Kami harap inflasi sesuai perkiraan Bank Indonesia (BI) dalam kisaran 2%-4% di 2021 sehingga bisa menjadi peluang bagi BI untuk menurunkan suku bunga acuan," jelasnya.
Sementara untuk rupiah diproyeksi di level Rp14.000 hingga Rp14.5000 per USD. Menurut Fikri, dengan investor global yang sudah mulai mencari negara-negara dengan yield lebih tinggi, memungkinkan mendorong masuknya aliran modal global yang lebih banyak ke Indonesia di tahun ini. ( Baca juga:Abu Bakar Ba'asyir Segera Bebas, Ini Rekam Jejak dan Kontroversinya )
"Kami harapkan rupiah akan terjaga antara Rp14.000 sampai Rp14.500 sampai akhir 2021. Di saat yang sama, ini akan berdampak positif bagi pasar keuangan di Indonesia baik pasar modal atau pasar utang korporasi sehingga kami harapkan di 2021 mendatang penerbitan surat utang korporasi akan lebih tinggi dari tahun ini," tandasnya.
(uka)