Harga Batu Bara Terus Meningkat, Produksinya Gimana?
loading...
A
A
A
JAKARTA - Kondisi pasar dan harga batu bara mulai membaik pada tiga bulan terakhir tahun 2020 dan berlanjut di awal tahun 2021. Namun masih ada faktor-faktor eksternal yang akan berpengaruh terhadap harga yang masih sangat dinamis.
(Baca Juga: Prospek Cerah, Batu Bara Akan Mumbul dalam Jangka Pendek)
Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI) Hendra Sinadia mengatakan, meski tren tiga bulan terakhir ini harga batu bara meningkat akan tetapi belum bisa dipastikan tren ini terus berlanjut di tahun 2021 di tengah kondisi pandemi Covid-19.
"Sebelum pandemi, memang biasanya permintaan batu bara menguat di masa musim dingin. Jadi memasuki kuartal IV dan di awal kuartal I akan naik," ujarnya ketika dihubungi, Rabu (6/1/2021).
Hendra melanjutkan, jika tren harga semakin membaik ke depannya akibat dari permintaan, maka tidak menutup kemungkinan perusahaan untuk melakukan peningkatan produksinya. Hal ini melalui revisi Rencana Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB) yang dimungkinkan sesuai dengan Permen ESDM Nomor 7 Tahun 2020.
(Baca Juga: Gara-gara China, Harga Batu Bara Lompat ke USD75,84 Per Ton)
Pada tahun 2020, realisasi produksi batu bara mencapai 557,34 juta ton, atau lebih tinggi dari target yang ditetapkan pemerintah sebesar 550 juta ton. "Dengan banyak pasar baru yang berkembang maka tidak menutup kemungkinan produksi pun akan lebih tinggi dari 2020," ungkapnya.
Adapun penetapan target produksi batu bara oleh Kementerian ESDM sebesar 550 juta ton pada tahun ini. "Penetapan ini lebih bertujuan agar tingkat produksi bisa lebih dikendalikan untuk mengurangi kelebihan pasokan atau oversupply," jelasnya.
(Baca Juga: Prospek Cerah, Batu Bara Akan Mumbul dalam Jangka Pendek)
Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI) Hendra Sinadia mengatakan, meski tren tiga bulan terakhir ini harga batu bara meningkat akan tetapi belum bisa dipastikan tren ini terus berlanjut di tahun 2021 di tengah kondisi pandemi Covid-19.
"Sebelum pandemi, memang biasanya permintaan batu bara menguat di masa musim dingin. Jadi memasuki kuartal IV dan di awal kuartal I akan naik," ujarnya ketika dihubungi, Rabu (6/1/2021).
Hendra melanjutkan, jika tren harga semakin membaik ke depannya akibat dari permintaan, maka tidak menutup kemungkinan perusahaan untuk melakukan peningkatan produksinya. Hal ini melalui revisi Rencana Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB) yang dimungkinkan sesuai dengan Permen ESDM Nomor 7 Tahun 2020.
(Baca Juga: Gara-gara China, Harga Batu Bara Lompat ke USD75,84 Per Ton)
Pada tahun 2020, realisasi produksi batu bara mencapai 557,34 juta ton, atau lebih tinggi dari target yang ditetapkan pemerintah sebesar 550 juta ton. "Dengan banyak pasar baru yang berkembang maka tidak menutup kemungkinan produksi pun akan lebih tinggi dari 2020," ungkapnya.
Adapun penetapan target produksi batu bara oleh Kementerian ESDM sebesar 550 juta ton pada tahun ini. "Penetapan ini lebih bertujuan agar tingkat produksi bisa lebih dikendalikan untuk mengurangi kelebihan pasokan atau oversupply," jelasnya.
(fai)