Jokowi Jengkel Kedelai Masih Impor, Netizen: Kalau Mau Tinggal Nerusin Soeharto

Senin, 11 Januari 2021 - 21:01 WIB
loading...
Jokowi Jengkel Kedelai...
Presiden Joko Widodo. FOTO/dok.SINDOnews
A A A
JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) kesal lantaran RI masih impor jutaan komoditas kedelai . Padahal kedelai di Indonesia berlimpah sehingga perlu pertanian nasional perlu dipernaiki dan dikembangkan secara serius.

Keresehan presiden pun mendapat tanggapan dai netizen. Sejumlah warganet pun sontak membandingkan swasembada kedelai dengan zaman era kepemimpinan Presiden Soeharto."Jaman Soeharto kita swasembada, tinggal nerusin aja kalau mau," tulis akun @robindoang yang dikutip, Senin (11/1/2021).



Akun lainnya, @PutraMerdeka menuliskan bahwa Indonesia pernah swasembada kedelai zaman Orde Baru, tepatnya pada 1992 silam. "Sebelum doyan impor, Indonesia rupanya pernah swasembada kedelai di zaman Orde Baru, tepatnya pada tahun 1992. Saat itu, luas panen kedelai di seluruh Indonesia mencapai 1,889 juta hektar sehingga produksi melimpah," cuit @BERKARYA_NET.

(Baca Juga : PPKM Bikin Mata Uang Garuda Tak Berkutik Terhadap Dolar )

"Era Presiden Soeharto Bukan hanya beras tapi kedelai juga swasembada dng infrastruktur pertanian yg sdh dibangunpun gak mudah jadi swasembada lagi jd jangan meremehkan hasil kerja swasembada tsb," jelas akun @ya2t _jakarta.

(Baca Juga : Harga Cabai Naik Tinggi, Mendag Lutfi Minta Maaf )

Diketahui sebelumnya, beberapa hari belakangan ini, tahu dan tempe hilang dari pasar karena harga kedelai impor yang mahal. PresidenJokowi memperingatkan bahwa kedelai sebagai salah satu komoditas yang masih impor harus menjadi fokus perhatian dalam membangun pertanian.



Dia menyebut kedelai masih impor jutaan ton. Jokowi menyebut bahwa petani Indonesia enggan menanam kedelai karena kalah bersaing harga dengan kedelai impor. Padahal sebenarnya di Indonesia kedelai bisa tumbuh baik.

"Kenapa pertama kedelai yang juga di Indonesia bisa tumbuh baik, kenapa petani kita enggak mau tanam? Karena harganya kalah dengan kedelai impor. Kalau petani disuruh jual dengan yang impor harga pokok produksi enggak nutup. Jadi hanya dalam jumlah yang besar untuk melawan yang impor," ujarnya.
(nng)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1689 seconds (0.1#10.140)