Tren Penurunan Suku Bunga Diharapkan Genjot Kredit
loading...
A
A
A
Ekonom Bank DBS, Radhika Rao memperkirakan Bank Indonesia tetap mempertahankan kebijakannya pada tahun ini. Namun, percepatan jumlah kasus Covid-19 dan dampaknya pada pertumbuhan membuka pintu untuk pelonggaran tahun ini.
"Hal ini tergantung pada stabilitas rupiah dan nilai tukar riil, yang lebar inflasi rata-rata 1,7% secara tahunan pada Desember 2020, di bawah target selama tujuh bulan berturut-turut," kata Radhika kemarin.
Dia juga memproyekasi, BI akan melakukan sebanyak satu kali penurunan suku bunga sebesar 25 bps pada paruh pertama tahun ini. Hal ini untuk meredam perlambatan pertumbuhan yang diantisipasi.
Di sisi pertumbuhan, lanjut dia,peningkatan kasus positif Covid-19 mungkin membuat pihak berwenang mempertimbangkan pembatasan sosial setempat berselang-seling dalam beberapa minggu mendatang. Hal ini tergantung kurva pandemi, karena momentum pertumbuhan melemah memasuki 2021.
“Normalisasi kegiatan kemungkinan akan lebih bertahap dengan asumsi kenaikan kasus tajam tidak memicu pembatasan lebih luas,” jelasnya.
Untuk tahun ini, dia memperkirakan secara konservatif pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 4%. Hal tersebut dimulai dengan awal cukup positif pada tahun ini, diikuti oleh lonjakan akibat distorsi angka inflasi bulanan dalam pertumbuhan kuartal kedua 2021 sebelum tren berubah menjadi stabil.
Pengamat ekonomi Bhima Yudhistira mengatakan, Bank Indonesia diperkirakan akan menahan bunga acuan seiring dengan rupiah yang terjaga stabil dan aliran dana asing yang cukup deras masuk ke Indonesia. "Capital inflow di bursa saham saja mencapai Rp6,92 triliun dalam bentuk nett buy," kata Bhima.
Sementara yang jadi perhatian adalah kenaikan inflasi dari sisi pasokan akibat curah hujan dan bencana alam. "Ruang penurunan bunga memang masih ada, tapi sepertinya BI lebih main aman dengan menahan suku bunga," ungkapnya. Sebagaimana diketahui, BI telah melakukan pemangkasan suku bunga acuan sebesar 125 basis poin (bps) sepanjang 2020 hingga menjadi 3,75%. kunthi fahmar sandy
"Hal ini tergantung pada stabilitas rupiah dan nilai tukar riil, yang lebar inflasi rata-rata 1,7% secara tahunan pada Desember 2020, di bawah target selama tujuh bulan berturut-turut," kata Radhika kemarin.
Dia juga memproyekasi, BI akan melakukan sebanyak satu kali penurunan suku bunga sebesar 25 bps pada paruh pertama tahun ini. Hal ini untuk meredam perlambatan pertumbuhan yang diantisipasi.
Di sisi pertumbuhan, lanjut dia,peningkatan kasus positif Covid-19 mungkin membuat pihak berwenang mempertimbangkan pembatasan sosial setempat berselang-seling dalam beberapa minggu mendatang. Hal ini tergantung kurva pandemi, karena momentum pertumbuhan melemah memasuki 2021.
“Normalisasi kegiatan kemungkinan akan lebih bertahap dengan asumsi kenaikan kasus tajam tidak memicu pembatasan lebih luas,” jelasnya.
Untuk tahun ini, dia memperkirakan secara konservatif pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 4%. Hal tersebut dimulai dengan awal cukup positif pada tahun ini, diikuti oleh lonjakan akibat distorsi angka inflasi bulanan dalam pertumbuhan kuartal kedua 2021 sebelum tren berubah menjadi stabil.
Pengamat ekonomi Bhima Yudhistira mengatakan, Bank Indonesia diperkirakan akan menahan bunga acuan seiring dengan rupiah yang terjaga stabil dan aliran dana asing yang cukup deras masuk ke Indonesia. "Capital inflow di bursa saham saja mencapai Rp6,92 triliun dalam bentuk nett buy," kata Bhima.
Sementara yang jadi perhatian adalah kenaikan inflasi dari sisi pasokan akibat curah hujan dan bencana alam. "Ruang penurunan bunga memang masih ada, tapi sepertinya BI lebih main aman dengan menahan suku bunga," ungkapnya. Sebagaimana diketahui, BI telah melakukan pemangkasan suku bunga acuan sebesar 125 basis poin (bps) sepanjang 2020 hingga menjadi 3,75%. kunthi fahmar sandy
(bai)