BP Jamsostek Dinilai Telah Berinvestasi dengan Baik
loading...
A
A
A
JAKARTA- BP Jamsostek dinilai telah melakukan pengelolaan dana di pasar modal dengan baik melalui proses investasi dengan tingkat kehati-hatian.
“BP Jamsostek telah melakukan proses investasi yang prudent, sangat baik dan dapat dipertanggungjawabkan dengan menempatkan 98% posisi sahamnya di indeks LQ45,” ujar Analis dan Pengamat Pasar Modal Reita Farianti dalam keterangan tertulisnya kemarin.
Reita menjelaskan, Indeks LQ45 adalah indeks acuan saham yang mengukur kinerja harga dari 45 saham yang memiliki likuiditas tinggi dan kapitalisasi pasar besar serta didukung oleh fundamental perusahaan yang baik. “Contoh dari konstituen indeks LQ45 yang merupakan perusahaan-perusahaan terbaik di Indonesia saat ini antara lain adalah Bank BRI, Bank BCA, Telkom, Bank Mandiri, Astra Internasional, Bank BNI, Unilever dan lain sebagainya,” ungkapnya. (Baca juga:Kinerja BP Jamsostek Tetap Positif di Masa Pandemi)
Mengenai instansi pemerintah atau badan hukum publik yang memutuskan untuk menggunakan saham LQ45 dalam pengelolaan dana, Reita menegaskan hal tersebut tepat dan sangat aman. Karena likuiditas tinggi, kapitalisasi pasar besar dan fundamental perusahaan yang baik merupakan kriteria utama dalam investasi saham. kalaupun terjadi unrealized loss, hal itu sangatlah wajar.
“Wajar jika terjadi unrealized loss, volatilitas dalam pasar saham adalah hal yang sangat wajar. Apalagi disaat terjadi pandemi Covid-19. Oleh karena itu, sangat penting untuk berinvestasi pada saham - saham yang memiliki likuiditas tinggi, kapitalisasi pasar besar dan fundamental perusahaan yang baik,” paparnya.
Menurut dia, fenomena unrealized loss bukan berarti pasti merugi. Selama belum dilakukan penjualan pada saat rugi (cut loss), unrealized loss dapat pulih seiring pulihnya pasar saham secara umum dan bahkan menjadi gain atau untung. Terutama jika saham yang dimiliki suatu portfolio memiliki kriteria investasi likuiditas, kapitalisasi pasar dan fundamental yang semua baik.
Analis dan Pemerhati Pasar Modal, Toto Murdiono menambahkan, pengelolaan dana yang dilakukan BP Jamsostek di bursa saham telah dilakukan dengan kehati-hatian. “Sebagai mitigasi risiko, menempatkan saham di LQ45 adalah sebuah tindakan kehati– hatian,” katanya.
Disinggung mengenai instansi pemerintah atau badan hukum publik yang menggunakan saham jenis LQ45, dirinya memaparkan, tidak ada investasi yang 100% aman. “Saya harus mengatakan bahwa tidak ada investasi yang 100% aman. Dalam sejarah pasar modal, ada banyak perusahaan yang sebelumnya masuk ke dalam indeks LQ45 namun harus dikeluarkan dari daftar karena kinerjanya menurun dan tidak memenuhi kriteria lagi,” papar dia.
Seperti diketahui, kapitalisasi pasar di BEI saat ini berkisar Rp7.000 triliun. Sedangkan nilai transaksi harian di BEI mencapai Rp18 triliun. “Dengan demikian jika BP Jamsostek akan keluar dari pasar saham pasti akan sangat memengaruhi likuiditas pasar modal. Mungkin bisa menjadi sentimen buruk buat perkembangan pasar modal Indonesia. Jika melihat dana sekarang di saham dan reksadana milik BP Jamsostek sekitar Rp150 triliun," katanya.
Lihat Juga: Having Fund 2024 dari MNC Sekuritas Disambut Antusias Lebih dari 3.500 Peserta di 11 Kota
“BP Jamsostek telah melakukan proses investasi yang prudent, sangat baik dan dapat dipertanggungjawabkan dengan menempatkan 98% posisi sahamnya di indeks LQ45,” ujar Analis dan Pengamat Pasar Modal Reita Farianti dalam keterangan tertulisnya kemarin.
Reita menjelaskan, Indeks LQ45 adalah indeks acuan saham yang mengukur kinerja harga dari 45 saham yang memiliki likuiditas tinggi dan kapitalisasi pasar besar serta didukung oleh fundamental perusahaan yang baik. “Contoh dari konstituen indeks LQ45 yang merupakan perusahaan-perusahaan terbaik di Indonesia saat ini antara lain adalah Bank BRI, Bank BCA, Telkom, Bank Mandiri, Astra Internasional, Bank BNI, Unilever dan lain sebagainya,” ungkapnya. (Baca juga:Kinerja BP Jamsostek Tetap Positif di Masa Pandemi)
Mengenai instansi pemerintah atau badan hukum publik yang memutuskan untuk menggunakan saham LQ45 dalam pengelolaan dana, Reita menegaskan hal tersebut tepat dan sangat aman. Karena likuiditas tinggi, kapitalisasi pasar besar dan fundamental perusahaan yang baik merupakan kriteria utama dalam investasi saham. kalaupun terjadi unrealized loss, hal itu sangatlah wajar.
“Wajar jika terjadi unrealized loss, volatilitas dalam pasar saham adalah hal yang sangat wajar. Apalagi disaat terjadi pandemi Covid-19. Oleh karena itu, sangat penting untuk berinvestasi pada saham - saham yang memiliki likuiditas tinggi, kapitalisasi pasar besar dan fundamental perusahaan yang baik,” paparnya.
Menurut dia, fenomena unrealized loss bukan berarti pasti merugi. Selama belum dilakukan penjualan pada saat rugi (cut loss), unrealized loss dapat pulih seiring pulihnya pasar saham secara umum dan bahkan menjadi gain atau untung. Terutama jika saham yang dimiliki suatu portfolio memiliki kriteria investasi likuiditas, kapitalisasi pasar dan fundamental yang semua baik.
Analis dan Pemerhati Pasar Modal, Toto Murdiono menambahkan, pengelolaan dana yang dilakukan BP Jamsostek di bursa saham telah dilakukan dengan kehati-hatian. “Sebagai mitigasi risiko, menempatkan saham di LQ45 adalah sebuah tindakan kehati– hatian,” katanya.
Disinggung mengenai instansi pemerintah atau badan hukum publik yang menggunakan saham jenis LQ45, dirinya memaparkan, tidak ada investasi yang 100% aman. “Saya harus mengatakan bahwa tidak ada investasi yang 100% aman. Dalam sejarah pasar modal, ada banyak perusahaan yang sebelumnya masuk ke dalam indeks LQ45 namun harus dikeluarkan dari daftar karena kinerjanya menurun dan tidak memenuhi kriteria lagi,” papar dia.
Seperti diketahui, kapitalisasi pasar di BEI saat ini berkisar Rp7.000 triliun. Sedangkan nilai transaksi harian di BEI mencapai Rp18 triliun. “Dengan demikian jika BP Jamsostek akan keluar dari pasar saham pasti akan sangat memengaruhi likuiditas pasar modal. Mungkin bisa menjadi sentimen buruk buat perkembangan pasar modal Indonesia. Jika melihat dana sekarang di saham dan reksadana milik BP Jamsostek sekitar Rp150 triliun," katanya.
Lihat Juga: Having Fund 2024 dari MNC Sekuritas Disambut Antusias Lebih dari 3.500 Peserta di 11 Kota
(aby)