Corona Kills Everything (1)
loading...
A
A
A
Beralasan karena kerumunan di kantong-kantong mudik di kampung dikhawatirkan akan menjadi medium penularan Covid-19 karena para perantau umumnya merupakan orang yang tinggal di episentrum Covid-19.
Mengacu pada data mudik Kemenhub, pada musim mudik tahun 2019 lalu terdapat pergerakan 7,2 juta pemudik selama H-7 sampai H+1 Lebaran. Bisa dibayangkan jika jutaan orang yang berada di zona merah itu tumplek-blek di kampung. Kasus terinfeksi bakal makin menggila.
#5. "9-t-5" Work Hour
Dalam buku Millennials Kill Everything (2019) saya mengatakan, ke depan milenial "membunuh" jam kerja "9-to-5".
Rupanya Covid-19 membunuhnya lebih cepat. Saat ini semua karyawan dipaksa untuk menjalankan work from home (WFH) sehingga mereka berkesempatan melakukan "eksperimen" untuk menjalankan pola kerja flexible working hour (FWH).
Awalnya memang denial (apalagi harus menggunakan platform digital remote working seperti Zoom atau Webex), namun setelah berjalan berminggu-minggu, bahkan berbulan-bulan, mereka mulai terbiasa, menikmatinya, dan ketagihan. Mereka makin produktif karena lebih banyak waktu berkumpul dengan keluarga
#6. Air Pollution
Covid-19 menjadikan langit kota-kota tersibuk di dunia semakin biru. Pandemi ini menjadikan pabrik-pabrik tak beroperasi dan kendaraan tak lagi hilir-mudik di jalan, maka polusi udara pun terpangkas drastis.
Kota tersibuk New York misalnya, dengan adanya pandemi, lalu-lintas kendaran berkurang 35%, polusi karbon monoksida turun tajam 50%, dan polusi CO2 turun 10%, begitu juga polusi metana. Di Cina, hanya dalam rentang waktu 2 minggu setelah lockdown pengguna energi dan emisi turun 25%, sehingga memangkas 1% total emisi karbon kumulatif di Cina. (Baca juga: Golden year Berwirausaha)
Tak ketinggalan, pandemi juga menjadikan langit Jakarta semakin biru. "Kami mendapati bahwa konsentrasi polutan baik debu yang beterbangan (SPM/suspended particulate matter) maupun debu polutan ukuran <10 mikron (PM 10) pada pekan ini, selepas tanggal 26 Maret, relatif menurun bila dibandingkan dengan pekan sebelumnya," kata BMKG.
Mengacu pada data mudik Kemenhub, pada musim mudik tahun 2019 lalu terdapat pergerakan 7,2 juta pemudik selama H-7 sampai H+1 Lebaran. Bisa dibayangkan jika jutaan orang yang berada di zona merah itu tumplek-blek di kampung. Kasus terinfeksi bakal makin menggila.
#5. "9-t-5" Work Hour
Dalam buku Millennials Kill Everything (2019) saya mengatakan, ke depan milenial "membunuh" jam kerja "9-to-5".
Rupanya Covid-19 membunuhnya lebih cepat. Saat ini semua karyawan dipaksa untuk menjalankan work from home (WFH) sehingga mereka berkesempatan melakukan "eksperimen" untuk menjalankan pola kerja flexible working hour (FWH).
Awalnya memang denial (apalagi harus menggunakan platform digital remote working seperti Zoom atau Webex), namun setelah berjalan berminggu-minggu, bahkan berbulan-bulan, mereka mulai terbiasa, menikmatinya, dan ketagihan. Mereka makin produktif karena lebih banyak waktu berkumpul dengan keluarga
#6. Air Pollution
Covid-19 menjadikan langit kota-kota tersibuk di dunia semakin biru. Pandemi ini menjadikan pabrik-pabrik tak beroperasi dan kendaraan tak lagi hilir-mudik di jalan, maka polusi udara pun terpangkas drastis.
Kota tersibuk New York misalnya, dengan adanya pandemi, lalu-lintas kendaran berkurang 35%, polusi karbon monoksida turun tajam 50%, dan polusi CO2 turun 10%, begitu juga polusi metana. Di Cina, hanya dalam rentang waktu 2 minggu setelah lockdown pengguna energi dan emisi turun 25%, sehingga memangkas 1% total emisi karbon kumulatif di Cina. (Baca juga: Golden year Berwirausaha)
Tak ketinggalan, pandemi juga menjadikan langit Jakarta semakin biru. "Kami mendapati bahwa konsentrasi polutan baik debu yang beterbangan (SPM/suspended particulate matter) maupun debu polutan ukuran <10 mikron (PM 10) pada pekan ini, selepas tanggal 26 Maret, relatif menurun bila dibandingkan dengan pekan sebelumnya," kata BMKG.