Duh! Banyak Hotel di Jogja Bangkrut, Diobral via Online
loading...
A
A
A
JAKARTA - Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia ( PHRI ) membenarkan fenomena penjualan secara online hotel di Yogyakarta. Alasannya, jumlah hotel yang gulung tikar dari hari ke hari kian bertambah karena sepi pengunjung. Berdasarkan penulusuran ada hotel berbintang yang dijual dengan banting harga. Namun rata-rata memang hotel kecil yang ramai dijual di lapak online.
"Hotel kecil asetnya di bawah Rp50 miliar itu yang dilepas, tapi kalau hotel besar susah nyari pembelinya," ujar Ketua Umum PHRI Haryadi Sukamdani kepada SINDOnews, Minggu (7/2/2021).
Tidak hanya itu, pengusaha juga membenarkan banyaknya kos-kosan di Jogja yang dijual di lapak online. Hal itu disebabkan penghuni kosan sepi lantaran banyak mahasiswa yang memilih pulang ke daerah masing-masing.
Baca Juga: Lelah Bertahan, Indonesia Akan Pakai Strategi Menyerang Hadapi Kampanye Hitam Sawit
Sebab itu, pengusaha kos-kosan yang akhirnya merugi sehingga mau tidak mau menjual properti mereka lantaran membutuhkan uang cash untuk bertahan hidup di tengah pandemi Covid-19. "Sekarang yang penting pegang cash. Tentu mereka ini kepikiran beban besar, artinya selama ada yang mau beli ya harganya dilepas," kata dia.
Baca Juga: Nelongso Lur! Pengusaha Kos-kosan di Jogja Babak Belur
Dia menilai fenomena tersebut wajar selama wabah corona belum teratasi, utamanya bagi pengusaha kos-kosan karena membutuhkan uang tunai. Apalagi kota pelajar seperti Yogyakarta kebanyakan mahasiswa lebih memilih tinggal di rumah masing-masing sebab sistem pembelajaran sekarang semuanya serba online. "Apalagi mahasiswa yang kampusnya kuliah online itu pasti lebih memilih di rumah masing-masing. Makanya kos-kosan jadi sepi," kata dia.
"Hotel kecil asetnya di bawah Rp50 miliar itu yang dilepas, tapi kalau hotel besar susah nyari pembelinya," ujar Ketua Umum PHRI Haryadi Sukamdani kepada SINDOnews, Minggu (7/2/2021).
Tidak hanya itu, pengusaha juga membenarkan banyaknya kos-kosan di Jogja yang dijual di lapak online. Hal itu disebabkan penghuni kosan sepi lantaran banyak mahasiswa yang memilih pulang ke daerah masing-masing.
Baca Juga: Lelah Bertahan, Indonesia Akan Pakai Strategi Menyerang Hadapi Kampanye Hitam Sawit
Sebab itu, pengusaha kos-kosan yang akhirnya merugi sehingga mau tidak mau menjual properti mereka lantaran membutuhkan uang cash untuk bertahan hidup di tengah pandemi Covid-19. "Sekarang yang penting pegang cash. Tentu mereka ini kepikiran beban besar, artinya selama ada yang mau beli ya harganya dilepas," kata dia.
Baca Juga: Nelongso Lur! Pengusaha Kos-kosan di Jogja Babak Belur
Dia menilai fenomena tersebut wajar selama wabah corona belum teratasi, utamanya bagi pengusaha kos-kosan karena membutuhkan uang tunai. Apalagi kota pelajar seperti Yogyakarta kebanyakan mahasiswa lebih memilih tinggal di rumah masing-masing sebab sistem pembelajaran sekarang semuanya serba online. "Apalagi mahasiswa yang kampusnya kuliah online itu pasti lebih memilih di rumah masing-masing. Makanya kos-kosan jadi sepi," kata dia.
(nng)