Neraca Dagang Surplus karena Ekonomi Belum Sepenuhnya Pulih
loading...
A
A
A
JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa surplus perdagangan Indonesia di bulan Januari sebesar USD1,96 miliar. Direktur Eksekutif Next Policy Fithra Faisal mengatakan bahwa angka itu tidak terlalu mengejutkan karena konsensus sebelumnya berada di kisaran USD1,5 hingga USD2 miliar. ( Baca juga:Hilirisasi Nikel Beri Sumbangan Besar Terhadap Neraca Perdagangan )
"Surplus bulan Januari itu banyak dipicu naiknya ekspor. Naik pertumbuhannya, sehingga ini turning point karena selama 2020 ekspor impor terkontraksi signifikan," ujar Faisal dalam IDX Channel Market Review di Jakarta, Selasa(16/2/2021).
Namun, dia mencatat dari segi impor terjadinya penurunan impor adalah bukti ekonomi Indonesia belum sepenuhnya pulih.
"Kalau lihat tren, ini tren yang sangat bisa dimaklumi. Tren di paruh semester terakhir 2020, impor di bulan November dan Desember memang naik, namun Januari turun. Ini bisa dimaklumi, kita melihat efek inventori saja," ungkap Faisal.
Dia mengatakan bahwa impor di bulan Januari belum naik karena menggunakan inventori bulan-bulan sebelumnya. Sehingga, hal ini tidak terlalu mengkhawatirkan.
Tercatat pula bahwa Purchasing Managers' Index (PMI) bulan Januari 2021 sudah mulai ekspansi, dan capai angka tertinggi selama 6,5 tahun terakhir. Ini melanjutkan reli dari bulan-bulan sebelumnya. ( Baca juga:Kampung Miliarder di Tuban Borong Mobil Mewah, Warganya Rata-rata Dapat Rp8 Miliar )
"Kinerja industri kita sudah on the right track. Impor manufaktur bukan karena menurunnya kapasitas atau produksi, tapi karena inventoris saja," pungkas Faisal.
"Surplus bulan Januari itu banyak dipicu naiknya ekspor. Naik pertumbuhannya, sehingga ini turning point karena selama 2020 ekspor impor terkontraksi signifikan," ujar Faisal dalam IDX Channel Market Review di Jakarta, Selasa(16/2/2021).
Namun, dia mencatat dari segi impor terjadinya penurunan impor adalah bukti ekonomi Indonesia belum sepenuhnya pulih.
"Kalau lihat tren, ini tren yang sangat bisa dimaklumi. Tren di paruh semester terakhir 2020, impor di bulan November dan Desember memang naik, namun Januari turun. Ini bisa dimaklumi, kita melihat efek inventori saja," ungkap Faisal.
Dia mengatakan bahwa impor di bulan Januari belum naik karena menggunakan inventori bulan-bulan sebelumnya. Sehingga, hal ini tidak terlalu mengkhawatirkan.
Tercatat pula bahwa Purchasing Managers' Index (PMI) bulan Januari 2021 sudah mulai ekspansi, dan capai angka tertinggi selama 6,5 tahun terakhir. Ini melanjutkan reli dari bulan-bulan sebelumnya. ( Baca juga:Kampung Miliarder di Tuban Borong Mobil Mewah, Warganya Rata-rata Dapat Rp8 Miliar )
"Kinerja industri kita sudah on the right track. Impor manufaktur bukan karena menurunnya kapasitas atau produksi, tapi karena inventoris saja," pungkas Faisal.
(uka)